TES OSIS PT.2

33 2 0
                                    

Dan ini yang terakhir. Tes wawancara OSIS. Bahkan Hanin adalah calon terakhir yang akan masuk sesi wawancara OSIS. Dan Hanin pun masuk ke dalam ruang OSIS saat namanya terpanggil pertanda bahwa gilirannya sudah datang.

Tok tok tok
"Permisi"

"Masuk" ucap pemilik suara husky yang familiar di telinga Hanin.

Hanin masuk dengan tenang. Tak seperti tadi, ruangan wawancara kali ini terang, bahkan 3 pewawancara yang akan mewawancarainya bisa terlihat jelas.

Pewawancara yang berada di tengah menangkap sosok yang akhir akhir ini sering mengganggu pikirannya.

"Hanin?" batin Nathan. Ya, pewawancara itu adalah Nathan sebagai Ketua OSIS, dan 2 lainnya adalah Arina sang Wakil Ketua OSIS, dan Arya sebagai Sekretaris OSIS.

"Silakan duduk" ucap Nathan mempersilakan Hanin duduk.

"Perkenalkan nama kamu" ucap Arina dengan nada yang sinis.

"Saya Hanin Rinjani Chelya, kelas X MIPA 2"

"Hanin Rinjani Chelya, di formulir kamu, kamu tidak mengisi jabatan yang kamu inginkan. Apa kamu tidak niat untuk menjadi pengurus OSIS hah?" tanya Arina dengan nada suara yang agak meninggi.

Arya dan Nathan segera melirik Arina yang menurut mereka terlalu berlebihan. Padahal dari tadi, Arina bersikap biasa saja pada calon yang lain.

"Jika saya tidak memiliki niat untuk menjadi Pengurus OSIS, untuk apa saya membuang waktu disini"

Ucapan Hanin mampu membuat Arina mendidih seketika. Wajahnya merah padam menahan amarahnya kepada adik kelas yang ada di depannya itu.

"Baiklah, jadi apa jabatan yang kamu inginkan?" tanya Arya mencoba meredam suasana yang mulai tidak enak ini.

"Saya siap ditempatkan di jabatan mana saja, sesuai dengan kepercayaan yang kalian berikan kepada saya"

Nathan yang sedang menuliskan lembar penilaian seketika mendongakkan wajahnya. Jawaban Hanin, entahlah, dia bahkan tak menyangka jawaban itu keluar dari bibir gadis yang kemarin dia tolong.

Arya yang senyum setelah mendengar jawaban dari Hanin, langsung yakin untuk benar benar membuat rencananya menjadikan Hanin adik strukturnya menjadi nyata.

Sedangkan Arina, ah jangan tanya. Dia sedang mengontrol nafasnya yang tak teratur karena emosinya yang benar benar memuncak. Sejak awal, dia tak suka dengan Hanin, apalagi tau kalau Nathan pernah menolongnya. Kalau tidak ada Nathan di samping nya, entah apa yang akan terjadi pada Hanin.

"Ditempatkan di jabatan mana saja. Kalau gitu, apa kamu siap jika jabatan kamu nantinya adalah Ketua OSIS?" tanya Nathan.

"Tentu saja. Seperti yang saya bilang"

"Kamu bahkan tak punya pengalaman berorganisasi sebelumnya. Apa kamu yakin 'siap ditempatkan di jabatan mana saja'?" kali ini Arina yang bertanya dengan mata yang tertuju pada formulir pendaftaran Hanin.

"Bukankah tujuan menjadi Pengurus OSIS adalah salah satunya untuk belajar dan mencari pengalaman? Dan apakah pengalaman berorganisasi adalah tolak ukur bagimana seseorang bisa mengelola sebuah organisasi? Saya rasa tidak. Selama saya bisa membangun kerjasama, kenapa tidak"

"Apa motivasi terbesarmu untuk menjadi Pengurus OSIS?" tanya Arya.

"Entahlah. Saya hanya mengikuti naluri saya untuk mengikuti organisasi ini".

"Cih, bahkan 'anda' tidak mempunyai motivasi" sindir Arina lagi.

"Oh ya, satu pesan buat kamu ya nona Hanin Rinjani, bisakah kamu berbicara sopan kepada angkatan yang lebih lama darimu. Bicaramu tadi benar benar tidak seperti orang yang memiliki sopan santun?" sinis Arina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JINGGA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang