Disclaimer © Naruto by Masashi Kishimoto
FATE by Val Morlightdale
.
.
.Semua orang tahu Klan Uchiha memiliki sejarah kelam. Kejadian pembantaian klan yang merupakan peristiwa besar sejarah dunia Shinobi. Pembantaian yang dilakukan kakaknya, tidak hanya berdampak pada klan Uchiha tapi juga sangat berdampak pada Konoha dan Sasuke.
Hatinya berdenyut sakit mengingat hal itu lagi.
Napasnya tercekat, Ia dikagetkan dengan sebuah fakta baru. Sebuah fakta mengenai sejarah klan Uchiha dengan klan kemampuan kekkai genkai lainnya, klan Chinoike. (kalian bisa baca Sasuke Shinden)
Pikirannya terbuyarkan, "Aku iri padamu, Sasuke. Kau terlahir di desa Konoha, mewarisi nama Uchiha dan memiliki keluarga yang menyayangimu." Sang pemilik Ketsuryugan, Chino dari klan Chinoike memandangnya.
Kenangan masa lalu itu muncul seperti putaran film dalam pikirannya. Kenangan masa kecilnya, bagaimana ia menghabiskan waktu bersama keluarganya, berlatih bersama kakak atau ayahnya, dan yang sangat menghangatkan jiwanya dapat melihat senyuman indah ibunya. Sasuke tersadar dari pikirannya dan hanya memandang Chino yang sedang berlutut kelelahan di depannya. Ia terlalu banyak menggunakan chakra. Pertarungan sengit itu sebenarnya tak ada artinya bagi Sasuke. Namun ia memang tidak berniat membunuh Chino.
Chino melanjutkan perkataanya, "Saat kau meninggalkan desamu, reputasimu juga meningkat. Bahkan sekarang pun kau bisa pergi dengan bebas."
Sasuke tidak memperlihatkan reaksi kecuali hanya merenungi perkataan Chino. Ia memejamkan matanya, dan ketika...
"Itu karena kau memiliki orang yang mencintai dan melindungimu." Sambungnya. Sasuke tidak bisa memungkiri, matanya sedikit terbelalak mendengar perkataan itu.
Seketika ia mengingat hari itu, tepat saat dirinya dinyatakan diampuni dan dia pergi menjelajah untuk penebusan dosa-dosanya. Di depan gerbang besar Konoha, ia dengan dua jarinya mengetuk pelan dahi perempuan yang sejujurnya telah mencuri hatinya sejak lama. Sakura..., benaknya. Hatinya menghangat. Dan mengingat sahabat pirangnya yang berisik itu. Si bodoh itu, pikirnya. Namun ia kembali tersadarkan oleh keberadaan Chino.
Anggota terakhir klan Chinoike itu berkata setengah berteriak, air mata mulai merembes dari matanya.
"Kau selalu mempunyai orang yang mencintaimu apapun yang terjadi."Hatinya berdenyut sakit mengingat semua itu. Sudah berapa kali ia mengabaikan niat baik Naruto? Terlebih lagi sudah berapa banyak ia menyakiti orang yang selalu menunggunya, orang yang selalu ingin menariknya dari kegelapan? Ia tak ingin menyakiti Sakura lebih dari ini. Tapi apakah ia pantas mendapatkan cinta dari gadis itu?
Sasuke meragukan dirinya sendiri, ia ingin bersamanya tapi ia bimbang. Sasuke tak juga memberikan respon yang berarti untuk Chino, ia merenungi semua perkataannya yang benar adanya itu.
"Kau tau klan mu sempat dimanfaatkan oleh Konoha bahkan dibantai oleh desamu sendiri. Memang desa Konoha sangat indah tapi dasar akarnya hitam! Seperti ada cahaya dan kegelapan di Konoha. Jadi kenapa kau bertarung untuk Konoha? Apa yang membuatmu sampai sejauh ini?!" Bentak Chino sambil menatap Sasuke dengan amarah.
Sasuke menghela napasnya kemudian membalas perkataan Chino.
"Karena aku masih hidup. Aku mempunyai teman yang menyelamatkanku. Seorang teman yang berbagi suka dan duka. Dan sebuah janji yang harus kutepati, itu semua menjadi penghubungku dengan Konoha." Sasuke masih belum berhenti untuk menjawab semua pertanyaan Chino.Tapi apakah benar ia masih menungguku?
Sasuke bertekad untuk memastikannya."Dia memiliki keinginan untuk mewujudkan dunia yang saling mengerti satu sama lain. Janji itu juga memiliki keinginan yang sama. Itu yang memberikanku harapan untuk percaya kepada Konoha" Sasuke menambahkan.
"Dan melihat dunia ini yang suatu hari diselimuti cahaya." Sasuke menutup kata-katanya.
Selama hidupnya, Sasuke selalu dihadapkan oleh dua pilihan. Kegelapan atau cahaya. Baginya, satu-satunya sumber cahaya yang bisa ia lihat di depan matanya hanya Haruno Sakura. Seketika ia teringat oleh senyum gadis itu.
.
.
.Sasuke melangkahkan kakinya perlahan, badannya sedikit kelelahan akibat misi mendadak yang ia tangani beberapa saat lalu. Ia memandang ke arah laut lepas, rambutnya melambai mengikuti angin. Tidak ada patah kalimat keluar dari bibirnya, namun pikirannya terfokus pada seseorang.
Pria berjubah hitam itu seketika memandang sendu ke arah lautan, ia bertanya-tanya kenapa hatinya serasa merindukan gadis itu. Terakhir kali ia menghubunginya ketika pernikahan Naruto, ia bisa saja pulang saat itu tapi dengan misi rahasia yang tak bisa ia tinggalkan dan kegundahannya bertemu gadis itu, Sasuke berpikir untuk menundanya untuk beberapa saat. Tapi waktu terus berputar bukan? Ia tidak bisa terus bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Sekarang ia benar-benar memikirkan gadis itu. Tapi perasaan lain juga menghambat dirinya untuk terus memikirkannya. Sasuke merindukannya, tapi ia merasa tidak pantas dirindukan oleh gadis bersurai merah muda itu. Ia telah banyak menyakiti gadis musim semi itu. Sasuke merasa tak pantas.
Sasuke mungkin melupakan banyak kenangan indah dalam hidupnya. Namun ia tidak bisa mengingkari kenangannya bersama tim tujuh selalu melekat dalam jiwanya. Sasuke sendiri menyimpan kekaguman di dalam hatinya. Pikirannya terarah kepada Naruto, betapa sahabat pirangnya itu selalu berada di pihaknya apapun yang terjadi, walaupun Naruto sangat berisik namun ia satu-satunya orang yang membuat Sasuke tersadar. 'Dan pecundang itu telah menikah?' Batinnya, Sasuke mendengus.
Walaupun Sasuke menolak memanggil Kakashi dengan sensei, tapi diam-diam ia mengagumi sosok gurunya itu. Ia masih ingat bagaimana Kakashi mengajarinya teknik chidori, dan itu pengalaman mengesankan baginya.
Gadis itu, Sakura... Sosok yang memberinya kehangatan sama persis seperti sosok ibunya. Bagaimana gadis itu selalu memperhatikan dirinya saat mereka masih genin. Walaupun ia bukan berasal dari klan ninja, namun kemampuannya jangan diragukan lagi. Paras cantik itu, ceria dan pintar, siapa saja bisa terpikat olehnya. Dan Uchiha Sasuke salah satunya, walaupun ia sering mengabaikan perasaan itu, tapi ia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia pernah mendengar bahwa seorang Uchiha mencintai sangat dalam, perlahan ia merasakannya.
'Setelah apa yang aku lakukan terhadapnya, apa ia masih merasakan hal yang sama? Ini sudah lebih dari setahun, apa ia masih menungguku?' Seketika Sasuke merasa egois. Gadis itu terlalu banyak berkorban dalam perasaannya. Hal itu membuat Sasuke bimbang untuk menemuinya lagi. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, Sasuke tidak ingin menyesal untuk kesekian kalinya.
Lamunannya terbuyar dengan kehadiran burung elang pengantar pesan. Dengan cepat ia mengambil surat itu dan membacanya. Setelah itu menghela napas.
"Jelek sekali tulisannya. Ini pasti dari Naruto." Sasuke membaca surat dari sahabatnya itu. Ia tersenyum tipis.
"Sudah lama sejak aku pergi dari desa. Sudah kuputuskan, mungkin ini saat yang tepat untuk kembali."
Setelah cukup lama bergulat di dalam hatinya sendiri dan membaca surat itu, ia memutuskan untuk kembali, entah apa yang akan dilakukannya setelah sampai di Konoha. Dalam pikirannya yang terpenting ia harus segera menemui Sakura.
- END
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
FanfictionCANON. Mereka dipertemukan oleh takdir. Dipisahkan untuk sementara waktu oleh takdir. Setelah penantian panjang dan perjuangan yang sepadan, mereka dipersatukan kembali oleh takdir. A new comer to SasuSaku fanfiction! Hello it's Val here, of course...