Naruto © Masashi Kishimoto
FATE © Val Morlightdale
All photos © to the right artist/owner (Pinterest)
.
.
.Mata hijau itu, lebih indah dari teduhnya pepohonan dan lebih berkilauan dibanding pertama jamrud. Warna rambutnya senada dengan cantiknya bunga sakura yang bermekaran. Panjang ataupun pendek, tidak sekalipun ia terlihat buruk. Perpaduan mata hijau jamrud, rambut halus berwarna merah muda ditambah wajah cantiknya.
Haruno Sakura. Sakura di musim semi. Dia tak hanya sempurna secara fisik, namun mengagumkan dari sifat bahkan kepintarannya. Tidak salah berpikir aku sangat beruntung menjadikannya istriku. Setiap malam ketika aku terbangun, memandangi wajahnya yang sedang tertidur adalah hobiku. Sebenarnya aku ingin mengatakan banyak hal dengannya. Namun aku bukanlah orang yang pandai berekspresi apalagi mengungkapkan perasaan lewat kata-kata.
Sejak mengenalnya hampir bertahun-tahun, aku tersadar selama ini hanya ia yang mampu menarik perhatianku. Tak menampik kenyataan ketika dia sempat mencegatku dulu saat akan meninggalkan desa, aku sempat meragukan tekadku. Tapi aku tak bisa membuatnya menderita hanya dengan egoku.
Bertahun-tahun lama dipisahkan, akhirnya takdir yang membuatku bersyukur akan hidup datang. Aku menjadikan Sakura sebagai istriku, ibu dari anak kami dan keluarga yang selalu menjadi tempatku untuk pulang. Dan bersama dengannya aku merasa memiliki banyak perasaan yang tidak kumengerti selama ini. Cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan.
.
Kaki-kaki jangkung Uchiha Sasuke berjalan perlahan menyusuri Desa Konoha. Sudah menjelang tengah malam sehingga tak banyak orang berlalu-lalang. Sasuke baru kembali dari misinya. Sebenarnya belum seharusnya ia pulang, namun entah kenapa Naruto mengiriminya pesan tidak penting yang sejujurnya membuat hatinya gusar.
'Apakah si pecundang itu sengaja mengirimiku pesan untuk membuatku merasa tak tenang?' Sasuke mengusap wajahnya kasar.
Terang saja, sahabat berisiknya itu entah iseng atau tidak ada kerjaan, malah mengiriminya pesan bahwa banyak lelaki Konoha sengaja datang ke rumah sakit hanya untuk mengunjungi Sakura. Menawarinya untuk pulang bersama atau memberinya makan siang. Jangan lupakan ingatannya yang membaca surat Naruto bertuliskan pria-pria itu memberi istinya bunga? Sial, Sasuke masih ingat bagaimana ia membakar surat Naruto setelah membacanya.
Walaupun Sasuke mengerti betul Sakura sudah pasti menolak secara halus namun buaya-buaya itu tak menyerah juga walaupun Sakura sudah mempunyai suami dan memiliki anak. Sasuke tidak masalah jika istrinya populer namun apabila ada yang mencari kesempatan dalam kesempitan, amaterasu-nya siap membakar siapapun tanpa terkecuali.
Baru saja akan membuka pintu utama, Sakura yang baru tiba dari rumah sakit terperanjat akan kepulangan suaminya yang tiba-tiba.
"Sa-sasuke...-kun?" Panggil Sakura beberapa langkah dari tempat Sasuke berdiri. Mata jelaganya mengatensikan pada suara itu. Sakura tak salah lihat, itu benar suaminya.
"Sasuke-kun!" Tanpa pikir panjang Sakura setengah berlari dan menerjang suaminya untuk memeluk hangat tubuhnya.
"Anata....hiks kenapa tiba-tiba pulang?" Sakura tak dapat menyembunyikan isakannya, ia menangis bahagia. Dekapannya masih erat di tubuh suaminya. Sasuke tak bersuara, ia hanya membalas pelukan istrinya sambil menepuk pelan punggungnya.
Malam itu mereka habiskan berdua karena Sarada sedang dititipkan di rumah orang tua Sakura. Ia mempercayakan satu hari ini untuk menjaga Sarada pada orang tuanya karena Sakura baru kembali ke rumah pada malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE
FanfictionCANON. Mereka dipertemukan oleh takdir. Dipisahkan untuk sementara waktu oleh takdir. Setelah penantian panjang dan perjuangan yang sepadan, mereka dipersatukan kembali oleh takdir. A new comer to SasuSaku fanfiction! Hello it's Val here, of course...