1. Masa udah ketahuan aja sih?

55 11 2
                                    


Happy Reading

※※※

"Masih aja ngeliatin dia, move on dong! Kayak nggak ada cowok lain aja!" Tegurannya membuatku tersadar dari lamunan.

"Tara di cariin Mas Bimo!" teriak seseorang memanggil namanya. Dia mengangguk, lalu beranjak dan pamit pada teman-temannya yang lain.

Aku tersenyum kecut sembari menghela napas pelan saat mendengar ucapan Ara. Kemudian berbalik menghadap ke depan kelas di mana saat sebelumnya aku menghadap ke halaman sekolah, melihat dia dari atas balkon depan kelas. Kegiatan sehari-hariku kalau lagi ada kesempatan.

"Iya nanti. Ini juga lagi di usahain kok" jawabku, sembari menatap sepatu hitam yang ku kenakan.

Tara, begitu orang memanggilnya. Namanya Kastara Bayanaka. Jika di perhatikan selama ini, Tara sepertinya orang yang pelit senyum. Bahkan saat bersama keluarganya pun mukanya selalu sama saja, datar. Terus gimana aku bisa tau kalau Tara jarang tersenyum saat bersama keluarganya? Ya tau lah. Orang aku kenal kok sama keluarganya.

Kalau di bilang populer, dia memang populer meskipun nggak sepopuler Si Biang onar. Sudah menjadi rahasia umum kalau rata-rata cewek di sekolah ini suka atau bahkan kagum padanya. Jujur aku nggak tau tepatnya kapan rasa itu ada, yang jelas rasa suka itu hanya ku simpan untuk diriku sendiri, alih-alih menyampaikannya kepada orangnya langsung. Emang gue cewe apaan cuy?

Enggak bohong, yang sebenarnya terjadi adalah aku nggak berani dekat-dekat sama Tara. Dia terlalu dingin buat aku yang nggak bisa cari topik buat ngobrol ini. Dan juga aku rada takut sama fansnya, fanatik bener deh. Ngeri.

"Jangan cuma nanti-nanti aja! Emangnya enggak sakit hatimu, kalau lihat dia bawa gebetan yang baru?"

"Iya nanti Ara, aku lagi ngumpulin niat tau! Dan satu lagi, dia nggak seplayboy itu ya!"

"Belain aja terus, tapi jangan lupa kalo kapan hari yang lalu kalo ada gosip tentang dia yang lagi deket sama temen sekelasnya. Dan kamu sendiri juga tau itu"

"Nggak usah cemberut gitu! Aku ngomong gini biar kamu sadar dan nggak terlalu jauh" aku menipiskan bibir mendengar ucapan Ara yang terikakhir.

Ansara Danastri, atau biasa ku panggil Ara. Dia di juluki si pahit lidah oleh teman sekelas kami, karena ucapannya yang seringkali sesuai fakta namun terlalu menyakitkan untuk di dengar. Enatah secara kebetulan atau bagaimana, terkadang ucapannya seringkali menjadi kenyataan. Bahkan tak jarang teman sekalas kami terkadang meminta Ara untuk menebak skor pertandingan sepak bola di televisi, Ara tentu saja menjawab secara asal-asalan. Tetapi yang terjadi malah apa yang di ucapkan Ara benar-benar terjadi.

Aku sebenearnya juga heran sih, tapi saat ku tanya apakah dia mempunyai kekuatan spesial atau pun semacamnya dia malah menangkalnnya secara mentah-mentah.

"Tapi Ra, siapa yang bisa ngendaliin perasaan? Kalau pun boleh milih,udah dari dulu aku nggak akan milih buat suka sama dia"


Merasa di tatap, aku melihat Ara yang dari tadi masih setia di sampingku. hSaat ku kira dia bakal ngomong sesuatu yang bijak, dia malah meledekku.

"Dasar Bucin!" Serunya. Lalu menarikku berjalan mengikutinya.

"Mau kemana?" Tanyaku.

"Ke kantin beli makan, biar kamu punya nutrisi buat lupain dia"

***

Suara bel yang  berbunyi menandakan bahwa pembelajaran hari ini telah usai. Teman-teman sekelasku mulai sibuk mengemasi semua peralatan tulisnya dan memasukkannya ke dalam tas.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang