4. Masih Pagi udah Plot Twist aja

19 3 0
                                    

***

Hilir mudik mulai memadati jalanan di pagi buta. Dan aku kembali duduk di atas motor ini untuk kesekian kalinya. Rencana hanya tinggal rencana, niatku sia-sia. Karena nyatanya, aku masih enggak bisa mengontrolnya. Dan sepertinya, agenda move on yang sudah terencana harus terkendala juga.

Yang di bilang Kala semalam memang benar, Tara di suruh berangkat sama seseorang. Dan enggak ada yang salah dengan itu. Tapi kenapa seseorang itu harus aku?

Hah! Plot twist macam apa ini tuhan!

Kalo ngasih plot twist tuh lemaparin aja aku uang seratus ribuan sepuluh gepok gitu, ikhlas aku mah.

Aku bisa berangkat sendiri. Kenapa juga tante Mila hobi banget nyuruh si Tara buat berangkat bareng aku. Kalau begini akunya yang ketar-ketir takut nggak bisa move on. Udah satu sekolah, satu perumahan, terus mamanya si Tara kelewat baik lagi, pakai segala nyuruh anaknya buat angkut aku sekalian ke sekolah. Gimana mau cepet coba move on-nya.

Sebenernya bisa aja aku nolak, dan bilang langsung ke tante Mila. Tapi aku nggak enak sama beliau. Nanti kalau tante Mila tersinggung gimana? Nasib jadi orang nggak enakan ya gini nih.

Author : Nggak enakan apa emang lagi  cari kesempatan sih Praya?

Tadi pagi Tara datang ke rumah dengan senyum hangat di wajahnya. Tapi Senyum itu hanya di tujukan buat ayah sama Mama. Bukan buatku, yang terbilang sangat mustahil. Dia kelewat sensi kalau menyangkut tentangku, sepertinya. Jadi enggak usah GR!

Dan kalo aja kalian lihat dia tadi pas sudah seselai pamit sama ayah dan mama mukanya langusung balik ke setelan awal, kembali datar. Kalau memang dia enggak mau berangkat sama aku, kenapa enggak nolak aja coba. Kan kalau begini aku yang jadi korbannya, dia jadinya tambah judes ke aku. Padahal bukan aku yang cari gara-gara.

Dasar muka dua!

Begitu sampai di parkiran sekolah, aku langsung turun dan mengucapkan terimakasih padanya. Tapi yang terjadi malah, dia enggak memberikan respon apapun dan hanya menatapku saja. Aku tertawa getir dalam hati.

Memangnya apa yang kamu harapkan Praya?-batinku.

Tapi walau bagaimanapun, aku tetap harus positif thinking, mungkin aja telinga dia lagi bermasalah kan? Atau kemungkinan positifnya juga, dia lagi puasa bicara. Jadi enggak usah di ambil hati. Ya walaupun hatiku udah di ambil sih sama dia. Padahal dia nggak ada usaha apa-apa buat ngambil hatiku, justru hatiku yang menyerahkan diri kepadanya.

Hati kalau di jual harganya berapaan sih? Mahal kan ya? Tapi dengan bodoh dan tololnya, hatiku malah nyerahin diri. Miris emang!

Berjalan menyusuri koridor, aku merasa aneh dengan sekitarku. Rasanya mereka melihatku dengan tatapan aneh, kenapa begitu coba ? Memangnya ada yang aneh sama penampilanku? Perasaan aku ke sekolah nggak pakai make up berlebihan, ya paling cuma lip balm doang. Tapi kan itu udah umum di pake sama anak sekolahan. Dan lagi, kenapa rasanya kepalaku terasa agak berat ya?

Perasaan tadi malam aku nggak begadang deh. Tadi pagi juga udah sarapan. Ah baikan sajalah, palingan ini cuma kayak biasanya aja. Biasalah rempo, remaja jompo.

Aku terus berjalan ke arah kelasku berada tanpa memperdulikan tatapan orang-orang. Saat sampai di depan kelas, terdengar suara ribut-ribut dari dalamnya. Tentu saja aku enggak lupa, sekarang hari rabu. Hari menonton drama gratis bagiku di pagi hari. Saat aku memasuki kelas, mereka berdua yang lagi berargumen lantas melihatku.

"Nah kebetulan pawangnya datang!" Serunya, kala melihatku berdiri di ambang pintu.

Alisku memicing, heran kenapa dia seakan sangat mengharapkan kedatanganku. Saat teringat sesuatu, barulah aku sadar kalau dia ada maunya.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang