2. Ini tetangga pedes amat mulutnya!

31 5 2
                                    

※※※

Tapi sepertinya bukan, dia malah ngeluarin sesuatu dari saku celananya dan benda itu adalah ponsel mikiknya. Dia tampak mengutak-atik ponselnya lalu mengulurkannya ke depanku.

Seakan mengerti maksudnya, ku lihat ke arah ponselnya, dan di dalamnya tertera chating antara dia sama Tante Mila.

Ku baca perlahan-lahan, dan mataku sedikit menyipit  untuk memastikan tulisan dalam ponsel itu. Ini beneran? Ku rasa aku enggak salah baca.

Di dalam ponsel tersebut tante Mila menyuruh Tara untuk pulang bersamaku. Bukan, maksudku tante Mila menyuruh Tara supaya sekalian memberiku tumpangan untuk pulang. Beliau bilang juga sudah mengabariku lewat pesan, tapi berhubung ponselku mati jadi otomatis aku enggak tahu.

Kalau di tanya senang atau enggak, tentu rasa senang itu pasti ada.

Tapi gimana dengan agenda move on ku? Sholatku bolong-bolong, dan imanku enggak sekuat itu kalau lagi sama dia. Bisa-bisa judulnya jadi gamon. Iman setipis tisu di kasih cobaan macam ini.

Dia menarik kembali ponselnya dan mengembalikan ponselku yang dari tadi di genggamnya.

"Terimakasih, tapi aku bisa pulang sendiri" Ucapku, mencoba menolaknya secara halus. Tapi tanpa ku duga dia malah ngeluarin kata-kata yang rasanya sedikit nyelekit di hati.

"Kamu buta huruf ?"

Bukan, bukan sedikit lagi. Tapi udah nyelekit banget di hati. Mood dia lagi buruk apa gimana? Kenapa juga kata-kata yang di ucapkan-nya sangat amat sarkastik. Ini mulut tetangga kenapa pedes bener deh? Untung ganteng, mwehehe pisss✌️

Dia kelewat judes, dingin, dan sinis. Melebihi Ara ketika awal kami bertemu dulu. Berbanding terbalik dengan Tara, adiknya justru malah terkesan jauh dari kata judes plus dingin. Padahal jika ku ingat-ingat lagi dia enggak begitu judes sama cewek lain, enggak begitu dingin juga, apalagi sinis.

Apa dia begitu hanya saat berada di dekatku saja?

Atau malah aku terlihat memiliki aura yang gelap di matanya? Apa aku harus mandi kembang tujuh rupa ya? Atau pergi ke pak ustad aja biar di ruqyah dan ngilangin energi negatif yang ada di dalam tubuhku.

"Jadi kamu beneran nganterin Praya dulu?" Tanya Rigel menginterupsi, yang sedari tadi berdiri di sampingnya. Tara mengangguk pelan.

"Tapi nanti bakalan nyusul kan? "

"Lihat nanti" Jawab Tara.

Mendengar obrolan mereka berdua, aku berpikir kalau mereka mau pergi lagi setelah bubaran sekolah ini.

"Kamu bisa pulang duluan, aku bisa pulang sendiri, lagipula kamu masih ada urusan kan? " Ujarku berusaha menolak lagi.

Aku enggak lagi jual mahal ya, tapi aku emang lagi berusaha buat tahu diri aja. Lagian biasanya juga aku pulang naik ojek atau enggak naik angkot. Lagian Tante Mila tumben banget nyuruh ini anaknya yang kayak cewek PMS ngajak aku pulang bareng.

"Mau pulang aja ribet! " Ucapnya berdecak, lalu berjalan menuruni tangga.

Lah?! Dia kenapa sih aneh banget jadi orang. Main pergi aja, persis bocah yang lagi ngambek.

Aku menatap aneh ke arahnya, waktu bertemu pandang dengan Rigel dia memberiku kode supaya cepat-cepat mengikuti Tara.

Aku menghela nafas panjang sebelum kemudian mulai berjalan mengikutinya dari belakang. Setelah sebelumnya berpamitan kepada Ara.

Beneran deh! Tara persis cewek PMS!

Aku jadi heran sama diriku sendiri, kenapa juga aku bisa suka sama dia yang modelannya cuek dan dingin itu. Padahal di sekitarku banyak cowok-cowok lain yang jauh dari kata dingin dan terbilang humoris. Tapi aku malah jatuh cinta pada cowok modelan Tara. Jatuhnya dapat cintanya enggak.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang