3. Sok Cenayang!

30 3 0
                                    

Rasanya aku enggak mau lagi muncul di hadapan tante Mila. Aku malu, dan ini semua gara-gara Niscala Bayanaka. Kalau aja dia enggak ngomong kayak tadi siang, aku pasti nggak bakal semalu ini. Sumpah rasanya aku pengen ngejual Kala ke Shopee!

Mana tadi dia bilang begitu pas ada tante Mila lagi, gimana kalo tante Mila beneran ngira kalo aku suka sama Tara? Kan jadi canggung pastinya. Ya meskipun pada kenyataannya aku emang beneran suka sama anaknya yang satu itu sih. Ya tapi tetep aja rasanya aneh, apalagi tante  Mila sudah ku anggap seperti ibuku sendiri. Apa nggak di ledekin terus aku sama beliau nanti.

Cukup Kala aja deh yang ngeledekin, jangan nambah lagi. Mentalku mental yupi, nanti kalo aku tambah nggak bisa move on gimana? kan aku sendiri yang susah.

Kala emang tau kalau aku suka sama masnya yang judes, dingin, plus sinis yang sayangnya aku malah jatuh cinta sama dia. Tapi untungnya, dia nggak pernah bilang sama siapapun soal perasaanku itu. Padahal kan bisa aja dia bilang ke masnya itu kalau sebenarnya aku suka padanya.

*Flashback

Siang ini aku pulang lebih awal dari biasanya, karena di sekolah para guru akan mengadakan rapat dadakan mengenai kelulusan kelas XII, karena ada satu masalah yang harus mereka diakusikan. Banyak yang berspekulasi bahwa terdapat salah satu siswi yang hamil di luar nikah. Tentang siapa yang hamil duluan, belum di ketahui siapa dan dari kelas mana siswi tersebut berasal.

Masa muda seru begini malah milih hamil duluan, nggak habis thinking deh aku. Berhubung hari ini pulang lebih awal, ojek yang biasanya menjemputku nggak bisa datang karena dia sedang mendapat customer lain, jadilah aku pulang menaiki angkot. Sebenrnya bisa aja sih minta tolong jemput sama mama, tapi mama pasti sibuk di toko. Jadi dari pada aku ngerepotin mama, mending aku naik angkot aja. Toh aku juga nggak setiap hari aku naik angkot.

Begitu sampai di lampu merah yang nggak begitu jauh dari rumahku, aku melihat Tara berboncengan dengan seorang gadis yang memakai seragam yang sama, seperti seragam yang kami kenakan. Entahlah aku nggak mengenalnya, tapi satu hal yang pasti. Dadaku rasanya sesak. Saat lampu berubah menjadi hijau, Tara berbelok ke arah kiri berlawanan dengan arah rumahnya. Aku mengalihkan pandangan ke arah lain, guna meredam rasa sesak yang tak kunjung usai. Aku menatap langit-langit atap angkot untuk mencegah genangan air yang sudah hampir penuh di pelupuk mata itu runtuh. Meskipun pada akhirnya aku nggak berhasil untuk menahannya agar tidak jatuh. Tanganku reflek menyingkirkan buliran air mata itu secepatnya, tak mau orang di ssekitarku menyadari apa yang sedang terjadi kepadaku. Toh mereka juga tak akan peduli.

Beberapa saat kemudian, aku sampai di depan rumah. Segera aku berjalan cepat ke kamarku yang  berada di lantai atas. Ku letakkan tas di atas ranjang, lalu membuka laci dan mengambil sebuah buku berwarna biru muda.

"Dear Diary...

Boleh ngumpat nggak sih? nggak boleh ya.

 Tapi hatiku sakit banget!!!

 Dari awal seharusnya aku tau kalo udah jatuh cinta tuh harus siap sama segala resikonya. Termasuk sakit hati! Apalagi aku jatuh cinta nya sama orang yang modelannya kayak Tara, udahlah dingin, jutek , sinis, terkenal seantero sekolah lagi. Apa nggak makan hati setiap hari aku. Please lahhh tutorin kek caranya move on dalam satu malam, kalo perlu dalam satu menit, atau yang paling cepet dalam tiga detik.

Tapi kalo boleh jujur--

"Mbak Ayaa!!"

Suara seseorang membuatku berhenti menulis dan menoleh ke arah pintu kamarku.Di sana terdapat Kala yang berdiri masih dengan seragam sekolahnya.

SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang