Hujan gerimis menggiring tangis. Labium itu meringis tak kala oksigen mulai menipis.
Malam ini, memperingati tiga hari kematian sang terkasih. Sang puan terduduk penuh sendu.
"Bu ...."
Kantung mata yang tebal, tak dapat lagi membendung tirta. Samar-samar isakan lolos dari celah labium miliknya.
Daksa ia rengkuh dalam diri, sanubari penuh nestapa. Begitupula jiwa sang adiratna.
Jatuhkan daksa pada ubin tanpa alas, tubuhnya limbung. Namun, sepasang jemari kokoh menahan daksa miliknya.
"Sakura ...."
Sang teruna bersuara.
Bariton menggema di bilik kamarnya. Labium tipis tanpa masker usang yang biasa ia gunakan, membisik pada rungu.
"Aku di sini untukmu."
Jemari tangan menyisir surai perak yang menutupi durja elok miliknya. Kemudian, dialihkan atensinya pada puan yang tengah bermuram durja.
"Aku ingin sendiri. Kakashi," ujarnya.
Ibu jari perlahan menyusuri gumpalan daging pada durja yang berisi. "jangan menangis, kamu menyakitiku."
Binar lintang terpancar pada langit bumantara. Cantiknya angkasa, tak lebih dari cantiknya adiratna yang tak ada bandingannya.
Ditatapnya teruna penuh damba, lalu sang Laksmi mengulas senyum pada labium miliknya.
"Harus apa agar kamu tidak terluka?" Puan kembali bertanya.
"Aku ingin itu-" Kakashi membuang durja.
Sakura mengangkat sebelah alisnya. "Apa?"
"Mencium bibirmu."
Sang puan diam seribu bahasa. Lidahnya kelu. Euforia meletup dalam sanubari. Menahan diri, agar lengkungan kurva tidak mengacaukan diri.
"Kamu bahkan sering menciumi pipiku--" sebait kata langsung dipotong teruna.
"Bibir!" Sela nya.
Laksmi tertawa mendapati. "Kenapa tertawa?"
"Seorang teman tidak pernah berciuman."
Laksmi menatap teruna, lagi. "Apalagi dengan status seorang murid dan mantan guru."
Teruna diam tanpa suara. Sanubari mencelos penuh lara. Terdiam, diselimuti canggung keduanya.
"HAHA ... Kakashi aku hanya-" sebait kata lagi, dipotong teruna.
Kekecewaan terpancar dari onyx milik sang teruna.
"Maaf. A-ku tidak bermaksud menyinggung soal itu," Kakashi menghela nafasnya," hanya bercanda."
Diusap surai merah muda adiratna. Teruna menatap puan penuh damba, lagi.
"Jangan terlalu menjatuhkan dirimu pada rasa duka. Kendati, lihatlah dirimu Sakura ..."
Siluet tubuh terbentuk lewat rembulan yang tengah bersinar. Daksa yang jakung, paras yang rupawan. Kakashi adalah pria yang sempurna dimata Sakura.
"... Aku, tidak ingin kehilanganmu. Layaknya seorang, ya- teman. Sakura."
Kurva tercipta di labium Laksmi. "Aku tersanjung, terimakasih. Rokudaime-sama."
"Jangan memanggilku, dengan sebutan itu ...." Sakura menatap sang teruna. "Kakashi?"
"Kakashi. Hanya Kakashi."
Teruna mengundurkan dirinya. "Sampai jumpa."
Kendati sang adiratna hanya mengulas senyum pada teruna. "Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruno Sakura.
Romance[𝙎𝙖𝙠𝙪𝙧𝙖 𝙃𝙖𝙧𝙚𝙢] •𝚂𝚊𝚔𝚞𝚛𝚊 𝚡 𝙼𝚊𝚕𝚎 𝚌𝚑𝚊𝚛𝚊𝚌𝚝𝚎𝚛𝚜 𝚒𝚗 𝙽𝚊𝚛𝚞𝚝𝚘 𝚜𝚑𝚒𝚙𝚙𝚞𝚍𝚎𝚗• • Disclaimer © Masashi Kishimoto. Picture © Pinterest, dll.