10

408 123 14
                                    

"Saat itu aku selalu bertanya-tanya kenapa ibu meninggalkan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat itu aku selalu bertanya-tanya kenapa ibu meninggalkan kami. Selalu."






"Hari ini ibuku memasak sayur untuk bekal makan siangku!"

Suara riang anak-anak memenuhi ruangan. Kotak makanan dengan warna beraneka ragam memenuhi meja mereka masing-masing. Mereka nampak begitu senang ketika membicarakan lauk serta ibu mereka masing-masing.

"Kalau ibuku memasak daging!"

"Ibuku juga memasak daging!"

"Hari ini ibuku tidak memasak bekal! Tapi sebagai gantinya ibu akan mengajakku makan di restoran!"

Dengan telaten Mirai mengeluarkan bekal makan siangnya dari dalam tas. Kotak dengan warna pink yang lucu terlihat begitu besar ditangan mungilnya. Begitu pula dengan sticky note dengan gambar dirinya dan sang ayah disana. Gambar yang cukup buruk untuk ukuran orang dewasa. Kendati begitu, Mirai justru menaruh sticky note bergambar wajah keduanya di lemari kulkas.

Dan tanpa disadari itu menjadi sebuah kebiasaan bagi ayah-anak itu.

"Bagaimana denganmu Mirai!?"

"Um?"

"Ibumu masak apa untuk bekal makan siangmu itu?"

Seketika seluruh atensi terpusat pada Mirai yang duduk di kursi belakang. Iris [eye colour] Mirai berkilat, bibirnya kelu untuk mengucapkan kata yang ada di kepala.

"Mirai kan tidak punya ibu!"

Sebuah kalimat singkat menusuk dada. Mirai menoleh, menatap sosok anak kecil yang tersenyum lebar seakan mengejeknya. Ishikawa, anak tetangga yang suka sekali menganggu dirinya.

"Rumahku itu disamping rumah Mirai! Dia tidak pernah sekalipun keluar bersama ibunya! Dan juga ayahku bilang kalau ibu Mirai itu pergi meninggalkan Mirai! Ibuku bilang ibu Mirai itu tidak bertanggung jawab dan membiarkan ayah Mirai sendirian! Bekal yang ia buat juga pasti bukan buatan dari ibunya!"

"Ha! Ibuku bilang kalau ibunya Mirai meninggalkan ayahnya demi pria lain!"

Genggaman Mirai pada sendok ditangan mengerat. Matanya berkaca-kaca, namun setengah mati tidak ingin menumpahkan air mata. Mirai tidak ingin terlihat cengeng didepan orang lain. Ayahnya selalu berkata bahwa dirinya adalah anak perempuan yang kuat.

"Jangan menghina ibuku!"

~

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kini Mirai sudah menginjak umur 6 tahun. Mirai tumbuh menjadi anak yang begitu pintar dan sehat. Dia bisa mengeja dengan baik diumurnya sekarang ini. Bahkan guru TKnya-Koushi Sugawara-kerap kali mengatakan pada Iwaizumi bahwa Mirai merupakan anak yang cerdas. Jauh lebih cerdas dari anak sebayanya.

Iwaizumi hanya bisa mengulas senyum, mengiyakan segala perkataan sang guru. Kendati wajahnya menampilkan ekspresi biasa saja, Iwaizumi sungguh merasa bangga dengan anaknya semata wayangnya itu. Bahkan ia sampai pergi ke mall demi membelikan berbagai macam hadiah untuk Mirai karena anaknya itu sudah mulai lancar membaca.

AYAH | H. IWAIZUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang