"Nata, pembimbing lo siapa?"
"Pak Victor."
Mata Jinny terbelalak. "Wah, gila! Beruntung banget lo dapet pembimbing skripsi setampan Pak Victor."
Alicya yang tengah menyeruput es teh nyaris tersedak. "Rejekinya Nata ga main-main cuy! Punya pembimbing setampan Jay." Terjeda sejenak karena terbatuk sekali, gadis berponi itu menaik-turunkan kedua alis.
"Si Jaya? Jauhlah! Masih gantengan Pak Victor kali," protes Jinny.
Lili alias Alicya mendengus, malas menghadapi Jinny yang suka sekali mencak-mencak sendiri kala nama Jaya masuk dalam obrolan. "Dan mulai sekarang sepuasnya dapet pemandangan seorang pembimbing seseksi dosen kulkas itu. Beuh, kalo gue jadi lo, Nat... gue bakal minta dibimbing yang lain."
Gadis yang duduk di sebelah kiri Dinata menoyor kepala Lili. "Gue tau jalan pikir lo kotor. Tapi jangan bawa-bawa Dinata ya! Dia pikirannya bersih, ngga ada sampah kaya otak lo."
"Anjir, sakit ati gue." Lili menyentuh dadanya dramatis.
Dinata mengernyit. "Bentar, Jaya tadi kayanya nyariin lo," ucapnya pada Jinny. Ia teringat ada temannya yang membuat WA Story, "Jinny dicariin Jaya! Yang sama Jinny bilangin ya!" begitu kira-kira.
"Pasti ada maunya."
Seperti dipanggil, Jay datang sambil terengah. "Jin! Elah ternyata di kantin. Ngapa gue capek-capek nyariin lo di perpustakaan."
Jinny menoleh dan mendapati adik keponakannya yang kini telah duduk di depannya. "Lo ngarepin apa dari kakak keponakan kaya gue? Doyannya sama makanan, bukan buku. Salah sendiri berekspetasi tinggi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enggan
FanfictionDinata menyesali keengganannya untuk menolak permintaan Eliana. Ia tidak berpikir secara matang kala menandatangani surat persetujuan yang disodorkan malam itu. Dinata lengah untuk menyadari kehidupannya dipertaruhkan, begitu pula masa depannya yang...