16. The Party

119 22 8
                                    

∆Chapter Sebelumnya

"Oyasumi..." ucapnya sebelum terlelap dalam mimpi. (Name) nemeluk Oikawa, dan ikut menutup matanya.

"Oyasumi mou" jawab (Name) dengan senyuman, dan tertidur dengan pulas di pelukan sang terkasih.

✨👾✨

Dua hari sudah berlalu semenjak kejadian hari itu, markas pun juga sudah berusaha menghubungi (Name) lewat hp nya.

Namun, karna merasa terganggu dan tak ingin (Name) pergi lagi, Ayah melempar hp itu ke dinding hingga hancur setelahnya menginjak-injak hingga menjadi kepingan kecil.

Lalu Bunda ikut membantu menginjak hp itu hingga jadi debu, sisanya di ambil dan di bakar dengan senyuman sadis yang merekah di wajah mereka.

Oikawa dan (Name) yang menjadi saksi pun hanya bisa diam membeku melihat Ayah dan Bunda menjadi psikopet dadakan.

Seperti yang author bilang, 2 hari sudah berlalu, yang berarti ini waktunya PESTAAAAAAAAH!!

Untuk yang pertama kalinya, (Name) di seret Bunda ke kamarnya yang sudah penuh akan alat make up seakan-akan ingin mendandani ondel-ondel. Bahkan (Name) yakin, makeup ini bisa memenuhi bathup di rumah ini.

"Duduk yang tenang ya cantik" ujar Bunda dengan senyuman manis, namun, dilihat bagaimana pun di mata (Name) itu terlihat horor.

"B-bun... (Name) mau ke pesta doang, bukan nikahan.." (Name) mulai merasa takut, bahkan rasa takut ini melebihi rasa takut saat melawan Zegi.

"Tenang, Bunda pake makeup natural kok" ucap Bunda tersenyum sembari memegang pensil alis di samping pipi, namun yang (Name) lihat bukanlah pensil alis, namun, sebuah pisau kecil nan tajam yang siap menusuknya kapan saja. Pada akhirnya, (Name) hanya bisa memejamkan matanya berharap bahwa dirinya akan selamat setelah sesi makeup ini.

"Nah selesai!" ucap Bunda setelah selesai dengan makeup pada (Name). Gadis itu membuka mata dan melihat dirinya di pantulan cermin. Makeupnya tidak tebal, terlihat natural, bahkan wajahnya masih merasa nyaman.

"Lalu makeup sebanyak itu untuk apa kalo cuma di pake dikit?.."

"Dih ge'er, orang ini buat jualan" ucap Bunda merapihkan makeup yang baru saja di pakai. Dengan muka merah (Name) menunduk menahan malu, dia kira wajahnya akan dipakaikan makeup sebegitu banyak, nyatanya, hanya polesan sedikit.

"(NAME)-CHAAAN! AYO CEPETAN NANTI KITA TE-" setelah sebuah suara dobrakan pintu kamar Bunda di sertai dengan suara nyaring Oikawa. Dia terpaku melihat (Name) dengan baju lama Bunda, dan makeup naturalnya.

"B-bunda, dia siapa?" tanya Oikawa menunjuk (Name) yang seperti biasa memasang wajah sedatar triplek. Bunda menaikan sebelah alisnya menatap Oikawa heran.

"Sejak kapan Bunda punya anak bodoh gini ya? Ini (Name) lah, ya kali dugong terdampar" jawab Bunda kembali fokus pada aktivitasnya.

"Udah sana pergi!" ucap Bunda mengusir dengan cara paling 'halus' sehalus sutra. Bukan sutra yang di jual di supermarkt loh-.

Oikawa berjalan berdampingan dengan (Name), namun tak ada satu pun percakapan antara mereka. Hanya bunyi jangkring dan rakun di chapter sebelumnya.

"Tooru" Oikawa menoleh ke (Name), namun pandangan (Name) menuju ke arah lain membuat Oikawa penasaran dan melihat tujuan atensi (Name).

Stay With Me [Tooru Oikawa × Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang