chapter 3 : crying out loud

2.7K 287 6
                                    

Wonwoo menyesal, sangatlah menyesal ia memutuskan untuk menikah dengan Mingyu. Seharusnya ia memilih pilihannya untuk menjual organ dalamnya saja, jadi ia tidak akan pernah memiliki perasaan cinta terhadap Mingyu.

Ia tidak mengira, bahwa ia bisa mudah sekali jatuh cinta pada Kim Mingyu. Benar sekali kata mereka, kau bisa dengan mudah mencintai pada apa yang tidak bisa dimiliki.

Malam itu, di mobil, ia sama sekali tidak mengerti kenapa dirinya bisa merasakan hal seperti itu saat bibirnya bersentuhan dengan Mingyu. Ia tidak mengira bahwa ia bisa dengan mudah mencintai seseorang yang membelinya untuk dijadikan suami.

Semua itu begitu cepat, terjadi detik itu juga saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Mingyu.

Ada hal yang membahagiakan memang, ia jatuh cinta pada Mingyu, bisa menikah dengannya, hidupnya dan adiknya terjamin, ia sangat bahagia.

Namun mengetahui bahwa orang yang dicintainya tidak bisa membalas perasaannya itu sangatlah menyakitkan, apalagi Mingyu menikahinya hanya karena menuruti kewajibannya sebagai anak dari keluarga Kim, tidak lebih.

Wonwoo menghela napasnya, ia menatap adiknya yang terus menunduk. "Bohyuk-ah, kau kenapa?" Tanyanya dengan lembut.

Bohyuk mendongak. "Aku merasa bersalah pada hyung. Hyung harus menikah diusia muda untuk bertahan, seharusnya hyung pergi saja, kabur. Aku bisa bertahan."

Wonwoo menatapnya dengan sendu, ia mendekat ke arah Bohyuk dan mengusap pundaknya dengan lembut. "Jika kau merasa bersalah padaku, jangan pernah buat hyung kecewa, belajarlah dengan giat dan kejar cita-citamu."

Bohyuk mendongak, ia menatap manik kakaknya dengan lekat. "Terima kasih banyak hyung." Lirihnya, meraih tubuh Wonwoo dan memeluknya dengan erat.

Wonwoo mengelus rambut belakangnya. "Setelah hari ini, kuharap kehidupan kita menjadi lebih baik." Ucapnya dan mendapat anggukan dari adiknya. "Kita harus berterima kasih pada Mingyu hyung." Lanjutnya.

Bohyuk mendongak, menghapus air matanya lalu tersenyum. "Aku janji tidak akan pernah mengecewakanmu hyung." Ucapnya.

Wonwoo tersenyum, mengusap wajah adiknya dan ia meraih tangannya. "Ayo antar hyung ke altar."

Bohyuk mengangguk, keduanya kemudian berjalan keluar dari ruangan tersebut. Bohyuk yang harus mengantarnya karena kedua orang tuanya bahkan tidak datang di acara pernikahannya. Mereka sedang asik berlibur ke pulau Jeju setelah keberangkatan mereka pagi tadi.

Wonwoo memasuki aula pernikahan, tidak ada orang yang ia kenal di sini kecuali Keluarga Kim dan adiknya. Ia menelan ludahnya kasar, melihat betapa banyaknya orang yang menatapnya.

Bahkan ada beberapa kamera yang memotretnya. Ia baru mengetahui fakta bahwa Mingyu adalah seroang CEO salah satu perusahaan besar di negaranya kemarin.

Tidak tahu bahwa ia menikahi seorang yang tersohor. Yah, bagaimana lagi, ia hanya sibuk mencari uang untuk kebutuhan keluarganya, tidak memiliki waktu untuk mengulik kehidupan orang lain.

Ia berjalan menuju ke arah Mingyu yang menunggunya di altar, menatap Mingyu dan ia yang sudah jatuh cinta pada Mingyu semakin jatuh cinta pada pria tampan itu. Ia terpesona.

Ia sedikit tersenyum, adiknya turun dan kedua tangannya di raih oleh Mingyu, menggenggamnya dengan erat. Pendeta memulai inti acara pernikahan tersebut, Mingyu dan Wonwoo bergantian mengikrarkan janji suci mereka.

Lalu saling bertukar cincin, dan Wonwoo rasanya ingin menangis, hanya dalam waktu tiga hari, ia sepenuhnya sudah menjadi suami dari orang yang baru ia kenal. Dalam waktu singkat ia bisa memiliki perasaan yang cukup besar untuk orang yang berdiri di hadapannya.

AromanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang