chapter 17 : gross

2.7K 234 4
                                    

Wonwoo terbangun dengan tak ada Mingyu di sampingnya. Ia bangun duduk dengan susah payah, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Ia merintih sakit merasakan tubuhnya yang remuk dan lubang analnya yang begitu sakit. Namun ia menarik sudut bibirnya ketika mengingat apa yang terjadi semalam.

Wajah dan telinganya memerah padam, benar-benar tidak mengira bahwa kejadian semalam sungguh terjadi. Ia benar-benar merasa malu saat ini entah pada siapa.

Melihat tubuhnya yang telanjang dan penuh dengan tanda yang dibuat Mingyu, apalagi di leher dan dadanya. Wonwoo menelan ludahnya, ia harus menstabilkan napas dan detak jantungnya. Menghilangkan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya dan senyum senang di wajahnya.

Ia turun dengan perlahan, masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Lalu mulai membersihkan kekacauan yang terjadi di kamarnya, mencuci pakaian kotornya, seprei dan selimut. Jangan lupakan baju Mingyu juga yang masih ada di sana.

Wonwoo tersenyum lagi, ia benar-benar merasa bahagia saat ini. Ia tidak bisa membuang rasa senang itu begitu saja. Bahkan ia tidak tahu harus bagaimana jika ia bertemu dengan Mingyu.

Wonwoo mengulum bibirnya, ia tengah memasak untuk makan siangnya karena begitu lapar. Lagi-lagi mengingat kejadian semalam. Bagaimana Mingyu menyentuhnya, memberikan kecupan, membuat tanda, me—

Wonwoo berjengit kaget saat ponselnya berdering, mengangkat telepon yang ternyata dari Soonyoung. "Kenapa Soonyou—"

"Apa yang kau lakukan pada Kim-sajang?" Sela Soonyoung.

Wonwoo mengernyit. "Aku tidak mengerti."

"Lehernya! Astaga, kau tahu suamimu harus pergi ke kantor jadi jangan meninggalkan tanda sebanyak itu Wonwoo."

"Apa maksudmu?"

"Seluruh pegawai membicarakannya, pertama kali melihat leher Kim-sajang penuh dengan kissmark!"

Wonwoo menelan ludahnya. "Apa Mingyu tidak pakai turtle neck atau syal?"

"Tentu saja tidak, hari sedang sepanas ini." Keduanya terdiam sejenak. "Apa dia ingin memamerkan hasil karyamu huh?"

"Soonyoung jangan seperti itu, kau membuatku malu." Wajah Wonwoo memerah padam, ia memanyunkan bibirnya.

"Astaga, Jeon Wonwoo, lain kali jika ingin membuat tanda, di bagian tubuh yang tertutup." Balasnya lalu menutup panggilan tersebut sepihak.

Wonwoo mendengus kesal, ia mengerjap dan mengingat saat semalam ia membuat tanda di leher dan tubuh Mingyu. Ia tidak tahu jika Mingyu akan dibicarakan oleh pegawainya.

Ia kemudian terdiam saat sadar sesuatu. "Saat Mingyu bersetubuh dengan jalang, aku tidak pernah melihat ada tanda di tubuhnya." Ia terdiam sejenak. "Apa Mingyu.. Aish Jeon Wonwoo, bagaimana jika Mingyu marah.." Ia menutup wajahnya sendiri. Ia harus meminta maaf pada Mingyu saat Mingyu pulang.

•••••

Mingyu keluar dan turun ke lantai dua untuk makan siang di kafe perusahaan. Ia menghela napasnya lagi, sudah banyak sekali mendengar bisikan para pegawainya tentang tanda di lehernya yang cukup banyak.

Seungkwan datang dan menyajikan makanan untuk Mingyu, lalu duduk di seberang Mingyu. "Ada apa Sajang-nim?" Tanya Seungkwan.

"Kau tidak mau membicarakan ini seperti mereka?" Tanyanya sembari menunjuk lehernya.

Seungkwan terkekeh pelan. Lalu berdahem. "Tentu saja mereka membicarakannya, ini pertama kalinya bagi kami melihat Kim-sajang seperti itu." Balasnya, mendengar helaan napas dari Mingyu. "Jika boleh bertanya, apakah anda dan suami anda sedang mengalami masa rut seperti di dunia werewolf?"

AromanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang