Bad Weekend

13 1 0
                                    

"Lebih baik menjadi diri sendiri daripada menjadi
orang lain demi mendapatkan sesuatu."
~Kezia Axelliona~

Hari minggu adalah hari yang Zia tunggu-tunggu. Bergelung nyaman dalam selimut tebalnya sambil baca novel adalah kegiatan Zia di setiap akhir pekan. Tapi kegiatan unfaedahnya itu terganggu saat Lintang bertamu ke rumah Zia tepat jam 6 pagi.

"Sorry gua nggak nerima tamu jam segini. Baiknya lo pulang aja!" Usir Zia saat membuka pintu rumahnya.

"Lo ke rumah gua jam 5 ada gua bilang gitu?" Tanya Lintang sambil menaikkan sebelah alis tebalnya. Zia menggeram kesal. Dengan pandangan sayunya ia mengkode agar Lintang masuk ke dalam rumahnya.

"Eh Lintang, ada apa pagi-pagi ke sini, tumben?" Tanya seseorang yang baru keluar dari kamar di lantai bawah.

"Eh maaf tante Sekar. Lintang cuma mau cari Zia, mau ngajak jogging." Tutur sopan Lintang pada Sekar, mama Zia.

Mendengar kata jogging, mata Zia langsung terbuka lebar. "Heh lo tau kan gua nggak suka jogging? Udah sana lo sendiri aja!" Ketus Zia.

"Salah satu syarat jadi pacar gua, lo harus rajin jogging sama gua." Kata Lintang pelan di telinga Zia. Zia mendelik, kalau begini dirinya sendiri yang akan terjerat dalam pesona Lintang.

"Udah Zia, cuci muka sana. Jogging pagi-pagi bagus loh daripada rebahan mulu di kamar." Perintah Sekar yang dibalas anggukan mantap oleh Lintang.

"Tapi ma, Zia nggak mau—"

"Sana Zia! Kasian Lintang udah bela-belain ke rumah buat jemput kamu!" Suruh Sekar. Zia berjalan ke kamarnya dengan langkah yang dihentak-hentakkan kesal. Dirinya mana bisa membantah Sekar.

"Eh kenapa tuh Zia?" Tanya Nando yang baru keluar dari kamarnya dengan penampilan yang masih berantakan.

"Biasa, males jogging tuh anak kamu mas." Ucap Sekar yang dibalas kekehan dari Nando.

"Eh iya, duduk dulu Lintang. Tante sampe lupa ambil minum buat kamu." Lanjut Sekar.

"Nggak usah tante. Lintang tungguin Zia terus langsung berangkat ke taman." Ucap Lintang.

Sekar hanya mengangguk. Ia kemudian ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Nando yang melihat sang istri ke dapur langsung saja menyusul. Biasa, mau romantisan gitu.

Beberapa saat Lintang menunggu di ruang keluarga, Zia turun dari kamarnya. Lintang langsung berdecak kesal melihat penampilan Zia yang terbilang...sangat terbuka.

"Lo mau jogging apa mau ke club?" Tanya Lintang sinis.

"Bacot, bilang aja lo tertarik sama gua kan?" Tuduh Zia.

"Tertarik apanya? Udahlah males gua debat ama lo. Buru sebelum mataharinya makin panas!" Ucap Lintang sudah lebih dulu berjalan ke luar rumah.

"Kalau males kenapa ngajakin gua Lintang?!" Zia, dengan perasaan kesal yang tak bisa digambarkan menyusul Lintang.

***

Nafas Zia ngos-ngoson setelah berlari keliling taman yang luas ini. Di hari minggu, banyak sekali anak-anak ataupun orang tua yang datang ke taman untuk olah raga kecil-kecilan, yah seperti Lintang dan Zia ini.

"Tang, Lintang! Ha—us gua. Beliin minum sana." Ujar Zia sembari mengatur pernapasannya. Ya wajarlah, Zia tak pernah mau diajak jogging sebelumnya. Tapi pagi minggu ini Lintang malah mengajak Zia jogging. Mendingan Zia rebahan di kamarnya saja!

"Capek begitu nggak boleh minum." Kata Lintang santai. "Mending lo duduk di sana, lurusin kaki lo dulu." Lanjutnya lagi sambil menunjuk batang pohon besar yang tidak ada orang di sana.

"Lo mau gua mati hah? Sampe nggak kasih gua minum?" Tanya Zia dengan suara agak keras.

Lintang menghela nafas panjang. Beginilah jadinya kalau ia mengajak Zia jogging bersamanya. Lintang sudah memprediksikan hal ini akan terjadi. Tapi entah kenapa, Lintang sangat ingin mengajak Zia pagi ini.

"Yaudah duduk aja dulu di sana Zia..." Lintang berbicara lembut sambil menatap hangat Zia yang berdiri di sampingnya. "Bentar lagi gua beliin minum."

Zia terpaku menatap tatapan Lintang. Namun cepat-cepat perempuan itu berbalik arah ke batang pohon yang Lintang tunjuk. Zia menyentuh dadanya. Ia merasakan bagaimana debaran yang menggila di dalam sana.

"Mungkin gua kecapean banget sampe jantung jedag-jedug gini." Monolognya.

Lintang yang melihat Zia sudah duduk nyaman di bawah pohon rindang sambil menjulurkan kakinya langsung berjalan ke arah yang berlawanan. Tadi ketika ia sedang lari keliling bersama Zia, Lintang sempat melihat pedagang minuman yang tidak terlalu jauh. Beberapa saat berjalan pun sudah sampai di sana. Lintang segera membeli satu botol minuman yang tidak dingin. Setelah membayar, Lintang kembali ke tempat Zia tadi.

"Ihh Lintang, kok nggak dingin sih?" Tanya Zia saat Lintang menyodorkan minuman yang tidak dingin padanya.

"Gabaik lo minum dingin pas lagi capek Zia!" Kata Lintang.

Zia menghembuskan nafas kemudian menerimanya juga. "Kok cuma satu?"

"Buat lo aja, gua nggak haus." Jawab Lintang. Cowok itu duduk di samping Zia.

"Lo bohong! Nih minum dulu, gua tau lo haus." Sebelum sempat Lintang protes, Zia sudah menyodorkan minum tepat di mulut Lintang. Setelah menenggak setengah dari minuman itu, Lintang menatap Zia.

"Terus lo gimana?" Tanya Lintang.

"Gampang." Zia langsung menenggak habis sisa minuman yang sempat Lintang minum tadi. Lintang menatap Zia dengan tatapan yang sulit diartikan. Bagi Lintang, Zia adalah perempuan aneh tapi mengesankan.

"Kenapa lo minum? Itu kan bekas gua?" Tanya Lintang.

"Gua tau lo mau romantisan sama gua kan? Sampe lo ngajakin gua jogging terus beli minum satu." Kata perempuan itu.

"Cih, gua ngajakin lo biar ada temen. Biar cewek-cewek nggak deketin gua. Terus gua beli satu minuman karena lupa bawa uang." Kata Lintang.

"Masa? Kok gua nggak percaya?" Tanya Zia mencoba menggoda Lintang sambil menaik turunkan kedua alisnya.

"Apaan sih lo? Aisshh." Lintang mendorong wajah Zia hingga gadis itu tertawa keras sampai rebahan di rumput. Lintang yang melihat tawa lepas Zia sejenak terpana. Bohong jika Lintang mengatakan kalau Zia tidak cantik. Zia memang sangat cantik!

"Kenapa Lintang? Lo terpesona sama gua? Hahaha..." Tanya Zia masih tetap tertawa.

Lintang menggeleng tegas. Tidak, dia tidak terpesona pada Zia! Lintang hanya baru pertama kali melihat tawa lepas Zia saja. Karena selama ini, Zia tak pernah tertawa di depannya. Yang ada perempuan itu selalu ketus dan sinis.

Setelah meredakan tawanya, Zia kembali duduk tegak di samping Lintang.

"Lintang?" Panggil Zia.

"Hmm." Lintang hanya berdehem singkat untuk menjawab panggilan Zia. Tatapannya lurus ke depan, memperhatikan anak-anak yang sedang bermain.

"Lo nggak ada rasa suka sama gua gitu?" Tanya Zia.

"Nggak!" Jawab Lintang. Singkat, padat, tegas.

"Yaah. Lo kapan bisa suka sama gua Lintang? Lo nggak ada niatan pacaran beneran sama gua? Jangan cuma jadiin gua pacar palsu lo buat ngusir cewek-cewek ganjen." Zia tersenyum kecil setelah mengetakan itu.

"Ngarep banget lo jadi pacar gua?" Kini Lintang beralih menatap wajah cantik Zia.

"Yap." Balas Zia dengan memamerkan senyuman cerianya.

"Jadi pacar gua banyak syaratnya. Salah satunya harus kalem, nggak kayak lo yang grasak-grusuk Zi!" Ujar Lintang.

"Gua nggak akan jadi pacar lo dengan syarat yang lo tentuin. Tapi gua bakal jadi pacar lo dengan diri gua apa adanya. Mengerti Lintang Narendra?!"

Love You Kang GhostingWhere stories live. Discover now