Tak Akan Ada Yang Tersakiti

24 3 0
                                    

Rabu, hari yang mengesalkan bagi Zia. Karena ia kembali ditinggalkan oleh papanya. Zia berjalan tergesa keluar dari rumahnya. Di kedua tangan gadis itu tertenteng sepatu di sebelah kiri dan kotak bekal di sebelah kanan.

"LINTANG..." Teriak Zia saat melihat Lintang yang ingin meninggalkan pekarangan rumahnya. Pemuda yang dipanggil pun langsung menoleh ke belakang dan mendapati Zia sedang mengenakan sepatunya.

"Nebeng, gua bangun telat lagi." Kata Zia sambil berlari kecil menyusul Lintang.

"Yaudah, ambil helm sana." Perintah Lintang.

Zia mengangguk kemudian cepat-cepat mengambil helm di rumah Lintang. Setelah mendapatkan apa yang ia mau, Zia segera mengenakan helm kemudian menyusul Lintang. Perjalanan mereka hanya diisi dengan keheningan. Baik Zia maupun Lintang sama-sama bungkam sampai ke sekolah.

"Makasih Lintang, gua duluan." Lintang menahan Zia yang ingin pergi.

"Aduhh Lintang apa lagi? Gua udah telat nih." Zia mendengus kesal.

"Helm nya di lepas dulu Zi." Pecahlah tawa Lintang membuat Zia kesal bercampur malu.

"Aisshh nih." Zia menyerahkan helm yang ia pakai pada Lintang. "Nanti gua pulang bareng lo!" Setelah mengatakan hal itu, Zia langsung berlari ke kelasnya.

***

"Hiks hiks hiks..." Tangisan Dhea terdengar jelas di telinga teman-teman sekelasnya. Zia yang duduk di samping Dhea pun sangat terganggu mendengar tangisan sahabatnya itu.

"Aisshh, ngga usah nangis Dhe. Cuma cerita itu." Kata Zia sudah habis kesabaran.

"Gua benci sama Seli, bisa-bisanya dia jahat banget sama sahabatnya. Hiks tuh si Geo juga jahat banget sama Kila, hiks kasian Kila selalu tersakiti." Cerita Dhea sambil sesenggukan.

"Cuma cerita doang Dhe, lebay banget sih lo." Siska yang duduk di depan berbalik ke belakang demi melihat Dhea yang menangis terisak hanya karena membaca novel.

"Lo ngga ngerti gimana hiks sakitnya Ka!" Dhea menatap Siska kesal.

"Dahlah, serah lo Dhe. Zi, ke kantin yok? Gue laper." Ajak Siska pada Zia.

"Gua bawa bekal. Kalau tau bu Risna ngga masuk gua kan sarapan dulu di rumah." Ujar Zia kesal namun terlihat menggemaskan.

"Yaudah, makan aja di kantin. Dhe, lo ikut ngga?" Tanya Siska.

"Ngga deh hiks, gua mau baca cerita ini sampai selesai." Jawab Dhea tanpa menatap kedua sahabatnya.

Zia dan Siska berjalan ke kantin. Sampai di sana, mereka memilih duduk di pojok yang sepi. Siska memesan nasi goreng dan jus alpukat sedangkan Zia hanya memesan teh dingin.

Sedangkan di tempat lain, Lintang bersama kedua sahabatnya memutuskan tidak masuk ke kelas alias membolos. Ketiganya berhasil keluar dari pekarangan sekolah dan sekarang sudah duduk santai di warung kecil yang terletak tak jauh dari sekolah.

"Gimana rencana lo?" Tanya Andra setelah menghembuskan asap rokoknya. Mata tajamnya melirik sekilas pada Lintang yang nampak sibuk dengan ponselnya.

"Aman." Jawab Lintang.

"Gua kayaknya ngga setuju deh sama rencana ini." Celutuk Gavin.

"Maksud lo?" Andra bertanya pada Gavin. Pasalnya dari awal, Gavin tampak sangat bersemangat setelah mendengar rencana Lintang. Tapi kenapa sekarang cowok itu juga yang tidak setuju?

"Gua takut ada yang tersakiti." Jawab Gavin.

Beberapa detik, Lintang dan Andra saling bertatap-tatapan, sebelum kemudian keduanya tertawa keras hingga menarik perhatian beberapa orang yang ada di sana.

"Kenapa?" Gavin menatap kedua sahabatnya dengan tatapan aneh. Dimana letak kelucuan hingga mereka tertawa seperti itu?

"Tenang, ngga akan ada yang tersakiti." Lintang berujar santai.

***

"Zi, cepetan. Lo jalannya lambat banget." Lintang mendengus kesal melihat Zia yang berjalan di belakangnya. Seharusnya ia sudah pulang sedari tadi mengingat ia berhasil memboloh lagi kali ini. Tapi karena Lintang mengingat Zia yang pulang dengan dirinya, terpaksa Lintang kembali lagi ke sekolah.

"Sabar Lintang, kenapa sih buru-buru banget? Gua kan pengen berduaan sama lo." Zia menyahutinya dengan santai, bahkan diselingi kekehan kecil yang membuatnya semakin terlihat cantik.

"Elah, berduaannya bisa nanti di rumah." Dengan tidak sabarnya, Lintang menarik tangan Zia sampai ke parkiran sekolah. Zia tak memberontak, tak juga menolak.

Ketika sampai di depan motor Lintang, Zia segera duduk di atas motor dan mengenakan helm yang tadi pagi ia ambil di depan rumah Lintang. Lintang menghidupkan mesin motornya. Sebelum melenggang pergi dari pekarangan sekolah, Lintang menoleh ke belakang.

"Pegangan. Gua mau ngebut."

"Ja— WOI LINTANGGG PELANIN WOII GUA BELUM MAU MATII MAMAA PAPA TOLONGINN ZIAAA..." Belum sempat gadis itu meminta Lintang agar tidak kebut-kebutan, cowok itu sudah lebih dulu menancap gas dengan kecepatan tinggi menjauhi sekolah tempat mereka menuntut ilmu.

Zia hanya bisa teriak-teriak ketakutan di belakang Lintang, sedangkan si empunya motor hanya diam dan fokus pada jalanan yang mereka lalui. Untung saja jalanan sedang lumayan sepi jadi tidak terlalu menakutkan bagi Zia saat Lintang menyalip sana-sini.

Perjalanan yang bisa di tempuh sekitar 20 menit, kini Zia sudah sampai di rumahnya bahkan sekitaran 10 menit. Wajah gadis itu pucat saat turun dari motor dan Lintang sebagai pelakunya hanya bisa tertawa.

"Hahaha muka lo lucu Zi." Kata Lintang.

"Jangan ketawa! Lo bawa motor kayak ngajak mati Lintang!" Zia yang sudah sangat kesal langsung masuk ke dalam rumahnya tanpa melepas helm Lintang.

"Zii helm gua woii..." Teriak Lintang dari luar.

"NANTI GUA BALIKIN!" Balas Zia dari dalam rumah.

Lintang geleng-geleng kepala. Ia kembali menghidupkan mesin motornya dan pulang ke rumah.

Zia memasuki kamarnya. Mulutnya komat-kamit mengabsen penghuni kebun binatang. "Dasar Lintang binatang! Kadal monyet gajah serigala jerapah anjing babi ayam biawak buaya darat!"

Untung saja keadaan rumah sedang sepi, kalau tidak sudah pasti Zia dianggap sudah sinting di tambah penampilannya yang sangat acak-acakan.

Zia melepas helm dan meletakkan di bawah meja belajarnya. Tas yang bertenggar di bahu Zia sebelumnya kini sudah tergeletak mengenaskan di lantai. Zia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Rasa pusing tiba-tiba menyerangnya.

Love You Kang GhostingWhere stories live. Discover now