Rona Merah di Pipimu

18 1 0
                                    

"Hati. Bermain dengan hati maka
siap untuk tersakiti."

Koridor sepi karena sebagian besar murid-murid sedang belajar di dalam kelas. Tidak menutup kemungkinan banyak juga yang membolos ke luar sekolah ataupun di rooftop. Di tengah kesendiriannya berjalan, Zia melamun memikirkan cara-cara untuk mengusili Lintang. Lintang itu sosok yang sulit ditaklukkan. Yang Zia takutkan, bukan Lintang yang takluk padanya tapi malah Zia sendiri yang jatuh dalam pesona cowok itu.

"Aisshh, ngapain juga gua buat rencana gini sih?" Sepanjang jalan menuju toilet perempuan, Zia mendumel kesal. Antara ingin melanjutkan rencananya untuk mengusili Lintang atau berhenti saja.

"Alah lanjut aja, sesekali gua yang nge-ghosting bukan di ghosting mulu." Ujarnya kemudian.

Zia memasuki toilet. Matanya menatap empat orang siswi di dalam sana sedang make up ria.

"Eh ada cewek murahan." Ujar salah satu dari mereka, Sisil namanya. Dia adalah murid seangkatan Zia dan sangat tidak menyukai Zia. Katakanlah Sisil iri pada Zia.

Zia menaikkan sebelah alisnya. "Gua yang lo maksud?" Tanya Zia sambil menunjuk dirinya sendiri.

Sisil berbalik dari menghadap kaca menjadi menghadap Zia, begitupun dengan tiga antek-anteknya.

"Iya lo! Siapa lagi di sini?" Tunjuk Sisil pada Zia.

"Ada, lo!" Balas Zia berani. Tak ingin berdebat dengan sosok yang terkenal sebagai Queen Bullying itu, Zia berjalan ingin masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Tapi Sisil menahannya.

"Mau lo apa sih?" Zia membentak Sisil.

"Lo itu murahan banget tau nggak? Ngejar-ngejar si Lintang sampe boncengan ke sekolah! Jauhin Lintang!" Perintah Sisil.

Zia terkekeh sinis. "Gua murahan? Ngaca dong lo. Di belakang lo juga kacanya gede banget."

"Ngelunjak ya lo! Udah kegatelan sama Lintang terus banyak bacot." Sepertinya Sisil mulai tersulut emosi.

Zia tersenyum miring. Ia selangkah lebih dekat pada Sisil.

"Kalau gua murahan, kegatelan, apa kabar lo? Setidaknya gua kegatelan sama satu cowok. Bukan kayak lo yang mainnya om-om." Bisik Zia.

Nafas Sisil memburu. Ia marah karena Zia telah menjatuhkan harga dirinya. Yah walaupun yang dikatakan Zia adalah kebenaran.

"LO!" Dengan gerakan cepat, Sisil hendak menarik rambut indah Zia tapi tidak kesampaian karena Zia lebih gesit untuk menghindar. Karena geram, Sisil memerintahkan pada antek-anteknya untuk memegang Zia.

"Cih, udah tau salah malah ngeroyokan! Cemen." Ujar Zia remeh.

Zia cepat menghindar saat dua antek-antek Sisil hendak memegangnya. "Udahlah ya, males gua di sini lama-lama." Ujarnya kemudian keluar dari toilet dengan perasaan dongkol.

"AWAS LO ZIA!" Teriak Sisil penuh dendam.

——

Setelah pulang sekolah, Dhea dan Siska memutuskan untuk mampir di rumah Zia. Saat ini, ketiga perempuan itu sedang berada dalam kamar Zia. Si pemilik kamar sedang rebahan di atas kasur empuknya. Siska duduk selonjoran di atas karpet bulu sedangkan Dhea rebahan di sofa besar.

"Eh kalian tau apa?" Tanya Zia. Ia memutuskan untuk menceritakan kejadian saat di toilet sekolah tadi.

"Apa?" Tanya Dhea.

"Hampir aja gua di bully sama Sisil." Kata Zia.

"APA?!" Pekik kedua sahabatnya.

Love You Kang GhostingWhere stories live. Discover now