1. awal semuanya

10 5 0
                                    

Claraya menendang vespa ungunya dan mencebik kesal. "Dasar motor gak berguna! Kenapa ban nya bocor pas hari pertama sekolah gue?! Kenapa gak nanti aja, minimal pas gue udah semingguan lah disekolah baru gue. Kalo sekarang kan kesannya jelek banget murid baru masuk udah telat!"

Claraya meraba-raba kantung di roknya namun tidak menemukan barang yang ia cari. Ia pun beralih mencari didalam tas.

"Sial! Mana hp gak kebawa lagi. Terus gue gimana sekarang? Mamaa!! Sial banget idup gue!!"

Claraya menatap alroji yang melingkar manis dilengan kecilnya. Pukul 7? 30 menit lagi kelas dimulai dan sekarang? Gimana caranya yaya sampai ke sekolah kalau motornya saja bannya bocor?

Hingga deru motor yang nyaring terdengar dari kejauhan, ntah apa yang membuat yaya menatap kearah belokan dan menunggu motor itu terlihat.

Motor hitam itu terlihat. Ntah siapa yang mengendarainya yaya tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup helm full face. Namun claraya tersadar. Seragam mereka terlihat sama. Tanpa babibu raya langsung menghadang motor itu dari kejauhan, berbekal lengan terbentang raya berharap si pengemudi akan berhenti dan mengiba kepadanya.

Citttt!!!

Berhasil!

Yaya mendekat dan menatap memohon kepada orang yang ntah siapa karena ia tidak mengenalnya.

"Lo anak trinity kan?" Tanya claraya.

Tidak ada jawaban.

Claraya meringis ketika tidak mendapat jawaban dari sang empu. Ia menghembuskan napas pelan.

"B-ban motor gue bocor... Um, boleh gue nebeng?" Jatung raya bertedak cepat. Ia takut mendengar jawaban dari lelaki didepannya ini.

Plis mau. Plis, plis, plis.

"Naik!" Perintahnya.

Mata yaya berbinar kala mendengar balasan dari cowo itu. Tanpa kata dia memiringkan badannya untuk menaiki motor itu. Yaya memakai rok tidak mungkin kan dia menghadap ke depan? yang ada pahanya terekpos kemana-mana.

Dijalan hanya keheningan yang menyelimuti mereka. yaya juga tidak tau ingin memulai pembicaraan apa.

motor sampai dipekarangan sekolah. Yang membuat yaya heran adalah, kenapa semua orang menatap kearahnya? Apa ada yang salah dengan penampilannya?

Claraya turun dari motor itu dengan raut wajah masih terlihat bingung. Kemudian ia menatap lelaki didepannya yang masih enggan membuka helm.

"Makasih ya. Kalo gak ada lo mungkin hari pertama gue sekolah udah dapet kesan buruk."

Lelaki itu tidak menjawab. Yaya menghembuskan napas pelan kemudian kembali bersuara.

"Kalo gitu, gue duluan ya. Makasih atas tumpangannya."

Claraya menghela napas lega.  Akhirnya dia sudah sampai disekolah barunya. Tapi yang membuat yaya heran adalah kenapa atensi mereka masih tertuju padanya? Yaya menatap jendela yang kebetulan ada disampingnya dan memastikan bahwa penampilan nya baik-baik saja.

"Rapih kok. Gue masih cantik. Terus kenapa semua orang masih natap gue ya?"

"Lo yang tadi naik motor sama theo ya?" Tanya seseorang. Yaya menoleh dan menatap orang didepannya ini bingung, kemudian ia menunjuk dirinya sendiri.

"Lo... Ngomong sama gue?" Tanya claraya kikuk.

"Iyalah! Orang didepan gue kan cuman lo. Oh ya gue boleh nanya?"

Yaya mengangguk. "Boleh, nanya apa?"

"Lo ada hubungan apa sama theo? Kalian pacaran?" Tanya cewe itu.

Claraya kembali menatap cewe didepannya bingung. "Theo? Siapa? Gue gak kenal sama yang namanya theo."

Cewe itu terkekeh mendengar jawaban raya. "Tenang. Gue bukan antek-anteknya si celine kok, jadi lo gak perlu takut." Jawaban itu kembali membuat yaya bingung. Apa hubungannya? Theo? Celine? Bahkan yaya tidak tau siapa kedua orang itu.

"Tapi gue gak kenal mereka berdua siapa, gue anak baru disini."

Cewe itu terkejut. "Pantes aja gue gak pernah liat lo dan muka lo juga terasa asing banget di trinity, ternyata lo anak baru?"

Claraya mengangguk sebagai jawaban. "Bisa tolong anterin gue ke ruang guru?"

Cewe itu tersenyum. "Boleh, ayo gue antar."

"Btw salam kenal gue permata ayu, lo bisa panggil gue ayu." Ujarnya menyodorkan tangan yang disambut baik oleh raya.

"Gue claraya agustine lo bisa panggil gue semau lo." Ujar claraya terkekeh.

Ayu terkekeh. "Biar gue tebak, pasti nama panggilan lo itu, yaya?"

Claraya terkejut menatap ayu, kemudian ia menyipitkan matanya. "Lo penguntit ya? Kok bisa tau nama panggilan gue?"

"Insting gue yang bilang gitu." Ujarnya percaya diri. Yaya hanya menggeleng sambil terkekeh.

"Sampai. Lo masuk aja atau mau gue tungguin disini?"

Yaya menggeleng. "Gak perlu, lo masuk kelas aja bell udah bunyi. Gue harap bisa sekelas sama lo nanti."

Ayu mengangguk. "Okey, kemungkinan kita sekelas kok. Karena seminggu setelah lo datang kelas gue udah kedapatan rumor bakal ada murid baru."

Yaya tertawa kecil. "Yaudah lo masuk kelas, tunggu gue nanti."

"Claraya agustine?" Panggil seseorang memastikan.

Yaya spontan menoleh. "Iya bu."

Guru itu tersenyum kemudian menyuruhnya untuk masuk.

"Mari masuk. Ibu sudah tunggu kamu dari tadi."

Yaya meringis ketika mendengar itu. "Saya minta maaf bu. Tadi ada masalah dijalan jadi saya datengnya agak telat."

Guru itu mengangguk memaklumi. "Lain kali jangan diulangi ya." Guru itu kemudian menyerahkan name tag kepada raya.

"Kamu boleh pakai." Yaya mengangguk dan memakainya.

"Marii ibu antarkan ke kelas kamu."







Semoga suka ya jangan lupa untuk vote dan komennya!!

Tbc

PANTHEO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang