Claraya menatap kesal kearah aldo yang sedang mengejeknya atas kekalahannya dalam bermain game.
"Cupu mah cupu aja ya, gak usah dipaksa." Ledek aldo.
"Tadi gue hampir menang ya! Tapi lo malah gak sengaja nendang gelas sampe airnya tumpah! Gue kan refleks jadi kaget dan kehilangan fokus." Kesal yaya.
"Ya maaf gak sengaja itu, terlalu bersemangat gue."
"Gak mau tau pokoknya lo harus beliin gue eskrim!" Aldo yang mendengar itu melotot.
"Loh? Kok gue? Kan lo yang kalah gimana sih." Yaya yang mendengar itu cemberut kemudian ia mencari alasan untuk pengelakan.
"Lo udah bikin air minum gue tumpah aldo. Lo juga bikin celana favorit gue basah. Gak mau tau pokonya gue mau lo beliin eskrim sekarang."
Aldo yang mendengar itu menghela napas pasrah. "Iye-iyee gue beliin. Dosa apaa gue punya sepupu begini." Gumamnya.
Claraya terkekeh mendengar itu.
"Harusnya lo beruntung karena lo punya sepupu yang sangat amat cantik." Ujarnya dengan pede."Cantik sih, tapi main gamenya cupu." Ledek aldo.
Yaya mencebikan bibirnya kesal. "Udah deh ayo beli eskrim!"
∆∆∆
Aldo menatap malas kearah yaya yang tidak henti-hentinnya tersenyum lebar. Wajar saja semua uang di atmnya terkuras habis.
"Enak ye lo, bilangnya pengin beli eskrim doang tapi ujungnya beli cemilan juga seabrek-abrek." Sindir aldo.
Yaya yang mendengar itu tersenyum manis. "Makasih sepupuku yang guanteng banget mirip zayn malik."
Aldo memutar bola matanya kesal. "Mana beli baju juga lagi. Tekor gue tekor."
"Ih udah sih ikhlasin! Gue kan sepupu lo. Gak ikhlas banget lo ngasihnya." Sewot yaya. Loh? Kok malah jadi dia yang sewot?
"Iyee gue ikhlas lahir batin duit gue diabisin. Anggep aja sumbangan buat fakir miskin."
Yaya mencubit aldo. "Ish! Enak aja lo!"
"Aduh! Aduh! Sakit ya." Ujarnya sambil mengusap tangan yang dicubit oleh sepupu sialannya ini.
Kemudian yaya menjulurkan lidahnya seolah puas dengan apa yang ia lakukan.
Aldo menatap kesal kearah raya kemudian ia mengeluarkan ponselnya. Yaya kembali ke pikirannya sendiri. Dia jadi teringat dengan theo. Hidupnya masih membuatnya penasaran, tapi raya juga takut untuk melangkah maju, karena itu semua bukan lah urusannya dan tidak ada sangkut paut dengannya.
Saat sedang berperang dengan pikirannya, lamunan yaya buyar saat ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.
Tanpa kata yaya mengangkatnya.
"Betah banget sih dibandung? Kapan balik, gue kangen tau."
Yaya terkekeh. "Nenek gue masih koma, sorry ya gue gak bisa masuk dulu."
"Get well soon untuk nenek lo ya. Sorry gue gak bisa jenguk langsung."
"Amin. Makasih. Eh lo gimana disekolah? Sendiri dong kalo gak ada gue?"
"Yaiyalah maimunah! Gue kembali seperti semula dimana lo belum datang ke trinity dan gue alone kalo kemana-mana. Biasanya sih gue fine-fine aja jalan sendiri. Tapi sekarang rasanya sepi banget karena gak ada lo."
"Kasiannya. Tunggu bentar ya gue masuk kok, gue nunggu nenek gue bangun dan pulih lagi."
"Iya. Eh lo tau gak sih ray theo udah satu minggu gak masuk sekolah. Gue gak tau deh kemana tu anak."
Yaya menyerit bingung. Kemana dia? Apa dia tidak mendapatkan surat panggilan orang tua dari sekolah karena anaknya tidak masuk selama seminggu? Namun raya buru-buru mengenyahkan pikiran itu. Toh, tidak ada urusannya sama sekali dengan dirinya.
"Terus guna nya lo cerita ke gue apa? Itu urusan dia kali. Gak ada sangkut pautnya sama gue."
"Yee kemarin aja lo nanyain kenapa theo gak masuk. Giliran dikasih tau info aja bilangnya gak ada urusan."
"Apaan sih. Gue gak nanyain dia ya."
"Ngaku aja sj--"
"Berisik banget sih temen lo ya. Suaranya kaya toa mesjid."
Sontak sang empu yang mendengar itu dibalik telepon melotot.
"Heh! Siapa sih nyambung-nyambung aja! Lo siapa orang gue ngomongnya sama yaya."
Aldo yang mendengar suara cempreng itu pun refleks melihat Hp yaya untuk memastikan siapa orang itu, kemudian ia mengambil alih Hp raya.
"Astagfirullah suara lu kaga bisa dikecilin aja apa volumenya? Suer berisik banget sampe kedengeran tetangga gue."
"Gak usah ngarang lo! Lo siapa sih?! Kasih Hpnya ke yaya! Yaya ini siapa sih?! Titisan anjing bukan?"
Yaya yang mendengar itu tertawa kemudian mengambil alih Hpnya. "Kenalin sepupu gue, namanya aldo."
Dibalik sana ayu berdecih sinis.
"Gak! Gak mau kenalan gue sama sepupu lo! Dia nyebelin orangnya.""Dih! Dikira gue juga mau kali kenalan sama cewe cempreng kaya lo."
"Lo! Dasar cowok rese!"
"Cemp--"
"Duh! Bisa diem gak sih kalian berdua? Kok malah jadi ribut? Nanti saling demen tau rasa lo berdua."
"Najis!"
"Najis!"
"Acieee barengan gitu sih ngomongnya. Jangan-jangan kalian berjodoh lagi."
∆∆∆
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PANTHEO (ON GOING)
Teen FictionClaraya tidak menyangka awal disekolah barunya sudah mendapatkan masalah. pertemuan tidak sengaja dengan lelaki bernama pantheo imanuel adalah awal masalahnya dimulai. jika dari awal dia tahu siapa itu pantheo imanuel, mungkin ia akan berpikir serib...