3. problem

5 3 0
                                    

Hari ini adalah hari kedua raya bersekolah di trinity. Yaya memarkirkan motor ungunya. Saat melepas helm bisik-bisik dari siswi-siswi disana terdengar.

Eh! Eh! Itu cewe yang dibonceng theo kemarin!

Itu kan cewe yang dibonceng theo kemarin kan?

Biasa aja, kira-kira trik apa yang dilakuin dia biar bisa dibonceng motor si theo itu ya?

Duh idupnya bentar lagi bakal gak tenang, tu orang pasti bakal kena damprat sama geng nya celine.

Dan benar saja baru saja ia hendak berjalan menjauh dari motornya tiba-tiba sekumpulan wanita berisi 4 orang mendatanginya.

Yaya menatap mereka berempat bingung. "Kenapa ya kak?"

"Lo yang kemarin dibonceng sama theo?! Berani banget lo dibonceng sama dewanya trinity, lo itu cuman anak baru disini gak usah sok kecantikan deketin theo. Berapa ronde yang bikin theo sampe dia mau bonceng lo dimotornya?"

Plak!

Napas yaya memburu, ia tidak terima di katakan seperti itu oleh wanita ular didepan nya ini. Ia masih memiliki harga diri untuk melakukan trik rendahan yang dilakukan perempuan lain kepada theo.

"Jangan asal ngomong ya lo. Gue gak kaya lo yang rela lempar tubuh lo demi narik perhatian dia! Harga diri gue, jauh lebih tinggi dari itu!" Yaya mengepalkan tangannya menahan emosi, bagaimana pun dia masih terbilang baru disini.

Celine menatap raya murka sambil memegang pipinya yang memerah. "Berani banget lo bocah!" Tangan celine terangkat untuk menampar wajah raya, namun terhenti saat pergelangan tangannya dicengkram erat oleh tangan dingin.

"Jangan sentuh dia." Theo menekan setiap kata pada kalimatnya membuktikan bahwa dia tidak main-main dengan konsekuensinya.

Aura dewa trinity menyeruak, murid-murid keluar menyaksikan sang dewa tengah membela seseorang.

"L-lepas theo! Gue harus bikin dia jera karena dia udah berani-beraninya ganggu milik gue!"

Theo menatap celine dingin. Auranya sangat menyeramkan. Raut wajahnya seperti tidak ada kehidupan. "Gue bukan milik siapa-siapa." Tangan theo beralih mencengkram kuat wajah celine.

"Lo cewe iblis. Gue gak pernah main-main sama ucapan yang gue bilang waktu itu di gudang." Kemudian theo membisikan sesuatu yang membuat tubuh celine bergetar.

"Kartu lo gue pegang semuanya."

Celine sekuat tenaga menahan tangisan yang hendak keluar. Dia dengan setitik keberanian mulai berbicara. "Apa susahnya sih lo bales perasaan gue theo? Gue cinta sama lo theo! Dan gak ada yang boleh ambil lo dari gue! Kalo gue gak bisa dapetin lo, itu artinya orang lain juga gak boleh dapetin lo!" Teriak celine sambil menatap benci ke arah claraya yang mematung disana.

Claraya masih mencerna semua yang terjadi padanya. Sekarang semua semakin rumit, sepertinya hidupnya benar-benar tidak akan tenang.

"Celine... Makin lama di diemin ternyata lo makin melunjak." Suara rendah itu mampu membuat siapa saja yang mendengar bergidik ngeri. Cengkraman diwajah celine semakin mengerat membuat sang empu kesakitan.

"Sekali lagi gue tekanin. Jangan ganggu dia." Setelah itu theo melepaskan cengkraman kuat dan membuat tubuu celine tersungkur ketanah.

Claraya masih mematung disana tiba-tiba tangannya ditarik dan dipaksa mengikuti dewa trinity.

"L-lepas! Lepasin gue!" Claraya berusaha melepaskan cengkraman itu namun sangat sulit. Tangan mungilnya tidak sepadan dengan tangan keras milik pantheo Imanuel.

Hingga akhirnya theo melepaskan tangan raya di rooftop sekolah.

Yaya menatap marah lelaki didepannya ini. Ia mengusap pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman theo.

"Mau lo apa sih?! Lo udah bikin hidup gue gak tenang! Kalo aja gue tau siapa lo waktu itu, gue gak akan mau dibonceng sama lo. Gue sangat amat menyesal udah ketemu lo patheo imanuel! Dan dengan lo narik gue kesini itu semakin bikin rumor aneh itu menjadi-jadi! Mereka pasti bakal ngira kita ada apa-apa! Jadi gue mohon dengan sangat theo, jauhin gue. Kita itu adalah dua orang asing yang gak kenal sebelumnya. Jadi berlaku seperti itu sampai seterusnya!" Setelah mengucapkan itu yaya pergi dari sana, namun langkahnya kembali terhenti.

"Makasih udah cegah celine nampar muka mulus gue." Setelah mengatakan itu yaya berjalan cepat sambil mengusap air mata dipipinya. Sekarang semuanya bertambah rumit. Yaya tidak yakin hidupnya akan tenang setelah kejadian ini. Bayangkan saja dirinya baru 2 hari bersekolah dan masalah sudah datang.

tangan theo mengepal pertanda dia sangat amat marah. Dia membanting meja yang ada disana hingga terbelah dua. Setelah itu theo pergi dari sana.

∆∆∆

"Yaya?! Lo gak apa? Lo diapain sama celine tadi?! Wanita uler itu berani banget dia!"

"Gue gak papa." Yaya berusaha menenangkan temannya yang emosi.

"Theo? Apa dia macem-macemin lo? Tadi dia bawa lo kemana?"

Theo lagi. Mood raya rasanya langsung hancur ketika mendengar nama itu. Semua masalah ini terjadi karena dia. Yaya sudah kapok dan tidak ingin terlibat apapun yang menyangkut tentang theo.

"Jangan bahas dia dulu ya, yu."

Tbc

PANTHEO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang