4. wanita gila

2 3 0
                                    

Sudah beberapa hari semenjak kejadian itu namanya semakin dikenal. Tak jarang orang tiba-tiba mencibir dan memujinya. Sudah lah nasi sudah menjadi bubur mau gimana lagi? Kalau saja yaya bisa memilih ia juga tidak ingin berada disituasi ini.

"Lo udah ambil baju olahraga dikoperasi?" Tanya ayu.

"Udah kok. Ayo kita ganti baju." Mereka berlalu untuk pergi ke toilet.

Selepas selesai mengganti baju mereka tak urung keluar karena hendak merapikan diri dulu disana.

"Rambut lo cokelat asli atau warna, ya?" Ujar ayu sambil menyentuh rambutnya.

"Ini warna asli tau. Emang sih banyak yang ngira gue cat rambut, tapi yaudah lah serah mereka mau ngomong apa."

"Lo udah selesai kan?" Tanya claraya.

Ayu mengangguk. "Yuk kita keluar."

Claraya menatap tidak nyaman disekitarnya ketika mendapati tatapan itu tertuju padanya. Sungguh ia belum terbiasa dengan ini semua.

"Gak nyaman ya? Lo anggep mereka gak ada aja."

"Gue ngerasa asing sama situasi ini. Bayangin yu baru dua hari masuk sekolah aja masalah udah datang ke gue. Gimana nanti bisa-bisa gila gue."

Membayangkan nya saja membuat claraya sesek napas jadinya. Ekspentasinya bersekolah dengan tenang hancur seketika.

∆∆∆

Yaya mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghalau rasa panas akibat berlama di bawah terik matahari. Ia dan ayu berjalan ke kantin untuk membeli sebotol minum.

"Ahh!! Seger banget." Ujar ayu kemudian kembali meminum minumannya.

"Panas banget. Rasanya gue pen mandi dah suer." Yaya meminum airnya dan kembali mengibaskan tangannya kepanasan.

"Wajah lo udah kaya kepiting rebus merah banget." Ayu terkekeh.

Yaya mencebikan bibirnya kesal. "Arghh pengin mandi!!"

"Ka ayu mau aku beliin makan." Tanya seseorang tiba-tiba. Yaya menyerit bingung yang melihat itu.

Ayu memutar bola matanya malas. "Gak! Pergi sono lo!" Usirnya setelah itu adik kelas itu pergi dengan wajah menahan kesal sambil menghentakan kakinya.

"Eh ngapa lo usir, kasian tau."

"Yaelah dia begitu juga biar gue comblangin sama si theo. Gak percaya, nih liat ya." Tiba-tiba ayu kembali memanggil adik kelas tadi.

"Eh lo yang tadi! Sini!" Adik kelas tadi yang merasa terpanggil pun menghampiri ayu dengan girang.

"Kenapa kak? Kaka butuh sesuatu?" Tanya adik kelas itu berbinar.

"Beliin gue makan sama temen gue." Adik kelas itu mengangguk dengan patuh.

"Oke kak tunggu bentar ya." Setelah mengatakan itu adik kelas tadi pergi dan kembali lagi dengan dua mangkuk mie ayam.

"Nih kak, udah aku beliin." Ia pun menyodorkan dua mangkuk itu kepada ayu dan raya. Namun ntah mengapa yaya merasa perempuan kecil itu seperti tidak rela saat memberikan satu mangkuk itu kepadanya.

Ayu mengangguk. "Lo, mau gue comblangin sama theo?" Tanya ayu. Adik kelas itu mengangguk antusias kemudian dia menatap yaya sinis dan angkuh seolah ia sudah menang dalam permainan ini.

"Cium kaki gue. " Ujar ayu santai yang membuat yaya melotot tak percaya.

"Ayu!" Yaya berusaha menegur namun ayu bersikeras menenangkan.

Adik kelas itu awalnya ragu namun kemudian ia mengangguk dan berlutut hendak mencium kaki ayu.

"Stop!" Teriak ayu.

Adik kelas itu menatap ayu bingung dan kemudian bertanya. "Kenapa kak?" Ayu menghela napas kasar.

"Lo gila ya? Nurunin harga diri lo cuman buat si theo?" Ujar ayu yang mampu membuat adik kelas tadi berdiri kemudian menunduk sambil meremas tangannya pelan.

"Sekalipun lo gue comblangin buat si theo, tu bocah gak bakal mau sama lo. Dan ini gak berlaku buat lo doang. Tapi buat seluruh wanita di trinity. Gue miris banget setiap denger kabar kalo kalian rela ngelakuin apapun demi satu cowo yang bahkan acuh banget sama lo semua. Gila ya. Malu gue sebagai cewe disini. Kalo dari awal gue tau bakal gini, gua udah pasti bakal sembunyiin identitas gue sebagai sepupunya theo. Karena dengan begitu kalian semua gak deketin gue cuman karena pengin deket sama theo." Setelah mengatakan itu ayu kembali duduk dan menyuruh adek kelas itu pergi.

"Lo. Gue harap ini terkahir kalinya lo lakuin hal serendah ini. Sekarang pergi! Makasih untuk mie ayamnya." Ujar ayu santai sambil menyantap makanannya. Kemudian setelah perempuan itu pergi ayu menatap yaya.

"See? Lo liat yaya, wanita disekolah ini gila semua kecuali gue sama lo kayanya. Heran gue pelet apa sih yang dipake si theo sampe bocah-bocah tegila-gila banget sama dia. Gue tau sih tu anak emang ganteng banget, pinter. Tapi masa harus sampe berlebihan begini?"

"Sekarang gue ngerti kenapa lo duduk sendiri. Tapi kok lo gak jauhin gue? Lo gak curiga kalo gue deketin lo cuman karena pengin deket sama theo?" 

"Gue sebut namanya aja udah bikin mood lo ancur kemarin. Dan itu bikin gue semakin gak yakin kalo lo tertarik sama theo. Tapi kalopun lo tertarik sama tu anak gue gak masalah kok. Gue dukung, gimana?" Ujar ayu menggoda yaya.

Yaya menatap ayu horor. Ia dengan pantheo Imanuel adalah sebuah kemustahilan. "Ih amit-mait! Gue sama dia itu mustahil!"

"Baru kali ini gue nemu cewe yang gak tergila-gila sama theo. Malah bilang amit-amit lagi pas udah gue restuin." Kekeh ayu.

∆∆∆




Tbc

PANTHEO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang