Jam besar di ruang tamu berdenting sebanyak tujuh kali yang menandakan sudah pukul 07.00 pagi.
Ruangan tamu senyap seperti tidak ada kehidupan. Lain halnya dengan ruangan sebelah yaitu dapur.
Disana sudah ada seorang wanita paruh baya dengan suaminya yang duduk manis di meja makan sambil menyeruput kopi.Wanita itu sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya beserta suaminya.
Selang beberapa menit terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga.
"Pagi mah, pah" sapanya ketika sampai di dapur.
"Morning ganteng." Renata membalas sapaan dari anaknya. Papanya hanya membalas dengan anggukan sekilas.Pemuda itu lalu duduk di meja makan sambil menyeruput lemon tea yang sudah disiapkan oleh Renata.
"Kak cepetan, LO MAU GUE TINGGAL HAHH?!!!" terdengar suara cempreng dari lantai atas.
"Tinggal aja, lagian gue bisa naik motor."Gadis dengan seragam sekolah dan rambut panjang yang di cepol asal itu berlarian menuruni tangga dan langsung ngibrit menuju dapur.
Sesampainya di dapur, gadis itu minta izin untuk berangkat ke sekolah dan langsung manyambar sepotong roti isi selai di atas meja makan.
"Mah berangkat dulu ya, udah lambat ini dadah" ucapnya "oh iya pah, uang jajan nantik titip di Kak Valerie aja ya hehe makasi" lanjutnya dengan cengiran yang membuat papanya geleng-geleng kepala.
Terdengar bunyi klakson mobil yang menandakan Sheila sudah berangkat ke sekolah bersama sang sopir yaitu Pak Tarjo.
Sepuluh menit kemudian, seorang gadis dengan seragam sekolah yang sama menuruni tangga. Rambutnya yang lurus sebatas bahu ia gerai menambah kesan cantik pada dirinya.
Gadis itu berjalan menuju arah dapur dan langsung duduk di kursi sebelah kakaknya.
"Tumben lo belum berangkat jam segini" ucap gadis itu kepada kakaknya Kevin.
"Tumben lo nanyain, biasanya juga lo gak peduli" balas sang kakak dingin.
"Dih sensi amat kek cewek lagi pms."
"Mending lo berangkat sekarang deh, udah setengah delapan masih anteng aja lo duduk santai disini. Entar di hukum tau rasa lo" jawab Kevin lagi sambil menatap sang adik.
"Bukan urusan lo." Kevin memutar bola matanya malas, adik satunya ini memang susah di nasehati.
Niat baiknya menyuruh sang adik agar tidak terlambat dan di hukum demi kebaikannya sendiri, malah di jawab dengan ketus seperti itu. Ini benar-benar membuat Kevin geram sampai mencubit pipi adikya.
"Aduh sakit goblok."
"Ngomong apa tadi" balasnya.
"Gue bilang goblok, G-O-B-L-O-K." Valerie mengeja huruf itu di samping telinga sang kakak.
Kevin yang sudah naik darah langsung ingin membalas ucapan Valerie namun di tegur oleh papanya.
"Udah cukup."
William langsung berdiri, sarapan paginya terganggu karena dua anaknya ini sering sekali adu mulut.
"Ini uang jajan, sekalian papa nitip uang jajan buat adik kamu" ia menyerahkan dua lembar uang seratus ribu kepada Valerie.
"Thank you pah." Valerie langsung mengambil uang itu dan memasukkannya ke dalam dompet.
Valerie langsung melenggang pergi meninggalkan mereka tanpa berpamitan.
Renata hanya diam menatap kepergian putri sulungnya."Selalu seperti itu, gak pernah pamitan memang dasar anak pungut."
Setelah berucap demikian, gelak tawa langsung terdengar memenuhi ruangan itu. Memang ada-ada saja Renata menganggap putrinya anak pungut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimenticare
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA YEORUBUN ] ⚠️ WARNING mengandung kata-kata kasar 🔞 young adult content !!!! Sejak kapan kamu tau "aku janji gabakal mengulangi lagi" adalah "kalimat pemanis" yang dihaluskan untuk mendapatkan hatinya kembali. Kutipan y...