Setelah sampai di rumah, bukannya langsung pergi ke rumah, Auzora malah langsung pergi ke rumah Lucienne, rumah Ezerikhiel. Auzora langsung berlari masuk ke rumah Ezerikhiel.
"Tante, izin langsung ke kamar Zee ya," kata Auzora dengan nada terburu-buru.
"Iya, sayang, masuk aja," jawab Tante Ezerikhiel.
Auzora langsung masuk ke kamar Ezerikhiel tanpa banyak bicara, menutup pintu dengan cepat. Ezerikhiel yang sedang tidur pun terbangun dengan kaget. Tanpa berpikir panjang, Auzora langsung memukulnya.
"Gila ya lo?" kata Ezerikhiel, mengaduh kesakitan.
"Lo yang gila! Bego banget sih lo!" Auzora mengusap rambut Ezerikhiel dengan gemas. "Ra, sakittt!"
Auzora menurunkan tangannya dari rambut Ezerikhiel dan menatap lelaki di depannya itu. "Sini deketan."
Ezerikhiel, dengan polosnya, mendekatkan wajahnya pada Auzora. Auzora langsung menyentil dahi Ezerikhiel. "Zora, lo kenapa sih? Sumpah."
"Lo tuh buat gue gregetan, kampret! Itu tuh kesempatan lo! Lo so-soan cool deh, gue tau hati lo ambyar tadi!" Auzora berkata dengan kesal.
Ezerikhiel terdiam, memandang Auzora. Sejak kecil hingga saat ini hati Ezerikhiel hanya untuk Auzora, tidak ada Shenna atau siapa pun itu. Namun, Auzora tidak pernah menyadari itu.
"Buat apa sih?" tanya Ezerikhiel, bingung dengan sikap Auzora.
"Elah, apaan sih lo usap-usap!" Auzora berkata sambil menepis tangan Ezerikhiel kasar. "Gue mah baik, nenangin lo bodoh!"
"Ngapain? Gue nggak sedih tuh," jawab Ezerikhiel bingung, namun dimata Auzora. Ezerikhiel tampak seperti pura-pura tegar.
Padahal, sesungguhnya Ezerikhiel tidak merasa sedih, tetapi Auzora terus mengira bahwa dia lebih menyukai Shenna daripada dirinya.
"Alah, boong!" kata Auzora sambil mendecih.
Ezerikhiel bangun dari kasur dan mulai berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Auzora yang masih kebingungan.
Auzora langsung menahan tangan Ezerikhiel. "Mau kemana? Jangan kabur dong! Pengecut!"
Ezerikhiel menoleh ke Auzora dengan senyum sedikit nakal. "Mau pipis. Mau ikut? Sini."
Auzora hanya bisa memandang Ezerikhiel dengan bingung dan sedikit kesal, ia juga berceloteh kesal pada Ezerikhiel.
Sementara itu, Ezerikhiel yang sedang berada di balik pintu kamar mandi, mendengar suara Auzora yang berbicara sebal dan kesal. Dia tersenyum lebar, merasa gemas dengan sikap Auzora yang selalu begitu. "Bener-bener, dia nggak sadar-sadar juga," gumam Ezerikhiel dalam hati, sambil tersenyum di balik pintu kamar mandi.
•••
"Sabitha," panggil Reina saat melihat putri sulungnya keluar dari kamar.
"Apa?" jawab Sabitha, menoleh.
"Mau kemana kamu?" tanya Reina.
"Ke depan, pengen beli makan. Kenapa?" jawab Sabitha.
Reina langsung bangkit dari duduknya. "Ayok, kita makan di luar bareng Ayah sama Bianca."
Sabitha mengangguk. Reina langsung berlari ke kamar untuk memanggil Dikta, lalu mereka bertiga pergi menjemput Bianca yang masih berada di sekolah karena eskul.
Di dalam mobil, Sabitha memulai pembicaraan. "Amih, Ayah. Besok aku ada tanding."
"Basket?" tanya Reina.
"Iya, jam 8, tempatnya di sekolah," jawab Sabitha.
"Oke, nanti Amih sama Ayah kesana ya," kata Dikta sambil menoleh sekilas ke arah Sabitha dan tersenyum. Sabitha mengangguk dan tersenyum kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mother
RandomCerita ini mengisahkan sembilan keluarga dengan beragam perbedaan dan keunikan yang tinggal dalam satu kompleks. Dari para ibu yang super wow hingga anak-anak mereka yang tak kalah unik, kehidupan di kompleks ini penuh dengan kejadian kocak, drama...