10.

110 87 7
                                    

Satu minggu telah berlalu sejak aku mengetahui tentang sakit kak Dimas, dan sejak hari itu juga aku tidak mendapat kabar tentang kak Dimas. Jujur, aku sangat khawatir.

Entah mengapa rasanya hampa tanpa kehadiran kak Dimas di sisiku, padahl ada Rei yang selalu menemaniku setiap hari bahkan menjadi ojek pribadiku.

Hari ini, hari weekend dimana aku hanya menghabiskan waktuku dirumah dengan bosan. Semua orang pergi dengan urusannya masing masing dan aku sendirian dirumah. Aku duduk di meja belajar ku sambil memutar mutar ponselku di meja.

"Kangen" ucapku tanpa sadar.

"chat ga ya, takut banget ngeganggu istirahatnya" gumamku.

Aku melihat langit langit kamar dan memikirkan cara bertemu kak Dimas sekarang juga tanpa mengganggu istirahatnya.

Ting !

Seperti petir, sebuah ide baik tiba tiba meluncur ke otakku. Aku akan pergi ke rumahnya lagi. Siapa tahu kak Dimas sedang di rumahnya.

Aku bersiap. Mengganti bajuku, memakai jaket, dan mengeluarkan scooter andalanku untuk pergi kemana mana.

Aku melaju dengan kecepatan sedang dengan suasana hati yang senang. Dari kejauhan sudah terlihat pagar tinggi rumah kak Dimas, dan ku lihat papa kak Dimas sedang mencuci mobil di luar rumahnya.

"OM DIKAAA" teriakku dari kejauhan yang membuat om Dika, papa kak Dimas, sedikit terlonjak kaget.

"loh? Venna?? Astaga saya pangling lihat kamu sudah tinggi ya sekarang" ucap om Dika yang memang jarang bertemu denganku karena sering dinas di luar kota, beda dengan Mama kak Dimas yang melihatku tumbuh setiap tahunnya.

"hehe, iyadong om ! eum.. kak Dimas dirumah ga??"

"jelas dong, tuh anaknya di kamarnya, samperin aja ajak main sana" ucapnya ramah sambil mempersilahkan masuk.

Aku segera mengangguk semangat sambil menuntun scooterku masuk pekarangan rumah kak Dimas. Aku meletakannya di teras lalu berlari kecil masuk ke dalam rumah kak Dimas.

"Permisi, tantee, Venna mau numpang mam" ucapku sedikit bercanda saat melihat mama kak Dimas sedang duduk di ruang tengah.

"eh, venna. Sini sini masuk, akhirnya kamu main kesini lagi"

"ehehe, agak sibuk belakangan emang. Ehm, Venna mau ketemu kak Dimas boleh??"

"boleh banget dong! sekalian bawa susu sama kue ya, tante siapin dulu"

Ucap tante Fina dengan antusias. Beliau bangkit dari duduknya dan segera menyiapkan susu dan kue yang ia bicarakan.

Tak seberapa lama beliau membawa nampan kearahku. Aku dengan sigap mengambil alih nampan tersebut dan sekali lagi izin pergi ke lantai atas, ke kamar kak Dimas. Hal ini sudah sering terjadi dan orang tua kak Dimas pun sudah menganggapku seperti anak mereka sendiri.

"Kak, venna nih, bukain dong tangan gue penuh"

Sunyi, tak ada jawaban.

"KAKK, BUKAIN DONG AH BERAT NIH!" teriakku mulai tidak sabaran. Karena dua gelas susu dan satu piring penuh berisi cookies ini tidaklah ringan.

"ck"

Aku terpaksa membuka sendiri pintu kamar nya dengan siku ku, kulihat kak Dimas sedang meringkuk menghadap tembok dengan selimut tebalnya. Aku menggigit bibirku, segera meletakkan nampan dan melihat keadaan kamarnya. Rapi, hanya beberapa buku sedikit berserakan di meja.

"kak, ih kenapa ga-"

"keluar" tentu aku terkejut dengan ucapannya.

"kak?"

Ravenna || Sejeong X Doyoung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang