5

1.2K 142 3
                                    

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Duak!

Entah sudah ke berapa kali jihoon menerima pukulan dari seungcheol hari ini benar yang jihoon takutkan terjadi satu jam setelah sampai rumah seungcheol datang dan mengamuk karena soonyoung berkata jika jihoon tidak masuk.

Sungguh apa jihoon pernah melakukan dosa besar dimasa lalu sampai ia harus mendapatkan semua kesakitan dan kesengsaraan semua ini, apa Tuhan masih ingin menyiksanya ia dibenci oleh ayahnya, di benci oleh hyungnya, di benci oleh kekasih semua sahabatnya dan ia dibenci oleh soonyoung cinta pertamanya.

"Sudah berapa kali ku hilang sialan, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada perusahan appa dan milik ku karena manusia tak berguna seperti mu...harusnya aku adan appa dulu tak menampung mu di rumah kami...harusnya kau ingat eomma ku pergi karena diri mu sialan"omel seungcheol
"A...a-ampun h-hyung"lirih jihoon
"Ampun kau bilang ini hukuman mu karena membuat soonyoung tak senang"

Bugh!

Satu pukulan mendarat pada wajah jihoon sebelum seungcheol pergi beruntung jisung kembali ke sekolah mungkin kalau tidak sudah ada polisi yang menangkap seungcheol

Jihoon hanya bisa menangis meratapi hal yang selalu ia alami sungguh lelah hidup jihoon mungkin kalau tak ingat jisung dan yang lain jihoon sudah mengakhiri hidupnya sejak lama.

"Sakit...eomma ini sakit sekali...jihoon tak kuat eomma"

Lirih jihoon sebelum semua pandangannya menghitam dan tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Pyar!

Gelas kaca itu jatuh dengan kerasnya menghantam lantai disertai perasaan yang tak bagus menghinggap pada kepala dan hatinya, beberapa pelayan bergegas menghampiri orang yang menjatuhkan gelas itu dan membersihkan pecahan gelas kaca itu.

"Sayang kau tak apa?"tanya orang yang batu saja datang
"Heum aku tak apa"sahutnya
"Kau kenapa?"
"Perasaan ku tak enak sungguh"
"Tarik nafas buang...aku belum mendapat laporan darinya"
"Semoga saja tak terjadi hal buruk padanya"

Sosok yang tengah bertanya itu hanya bisa menenangkan sosok yang kini sedang kalut dengan perasaannya sendiri dan hatinya sendiri.

Berbeda dengan soonyoung yang nampak sibuk berfikir dengan hari ini apa lagi saat dokter yang menangani jihoon enggan memberikan keterangan padanya dan doyoung.
.
.
.
Pagi yang cerah hari ini jihoon berangkat sedikit siang dari pada biasanya tubuhnya sakit semua semalaman selain tubuh telinganya juga pengang mendengar ocehan semua adik-adiknya.

Selama menuju kantor banyak sekali orang yang menatapnya tentu saja di tatap apalagi saat ada robekan dan sedikit kebab pada sudut bibir jihoon tak tahu saja mukanya sebetulnya lebam untung saja berhasil jihoon tutupi dengan make up milik Felix.

Pagi ini juga jihoon berpapasan dengan soonyoung yang baru saja turun dari mobil dengan berdiri di samping satpam jihoon membungkuk memberikan hormat pada soonyoung yang jalan begitu saja melewatinya.

"Tumben nak jihoon berangkat sedikit siang?"tanya pak Cho yang bertugas hari ini
"Iya pak tadi pagi harus lihat tugas milik adik dulu jadi berangkat agak siang"sahut jihoon
"Ah begitu, itu sudut bibir nak jihoon kenapa?"
"Terakntuk meja semalam pak saat membersihkan dapur"
"Hati-hati lain kali, selamat berkerja nak jihoon"
"Terimakasih pak Cho, saya permisi"

Jihoon pergi meninggalkan pak Cho untuk menuju pintu tangga darurat sampai langkah jihoon terhenti karena soonyoung memanggilnya yang saat ini tengah menunggu lift terbuka.

"Lee jihoon-ssi"panggil soonyoung
"Iya Presdir ada apa?"tanya jihoon bingung
"Kau mau kemana?"
"Ke meja kerja saya Presdir"
"Lewat Manat kenapa kearah sana?"
"Ah lewat tangga darurat"
"Kenapa tidak naik lift saja?"
"Saya tak bisa menggunakan lift Presdir, saya permisi"

Jihoon pergi meninggalkan soonyoung dan beberapa pekerja yang menatap jihoon bingung terlebih lagi ketika melihat sudut bibir jihoon yang terluka.

Jihoon bergegas menaiki anak tangga dengan santai mengingat lantai tempat ia berkerja ada di lantai tiga teratas bisa mandi keringat jika jihoon harus lari.

Sesampainya di mejanya jihoon sudah mendapati setumpuk berkas ada di mejanya meski tidak sebanyak semakin namun sama seperti saat ia pertama berkerja dan itu cukup untuk lembur.

"Tumben sekali dokumennya cukup tebal"gumam jihoon
"Itu untuk acara amal Hyung"sahut seungkwan
"Acara amal?"
"Iya di sini selalu ada acara amal di taman depan kantor untuk para anak panti asuhan dan para lansia"
"Oh...kapan itu?"
"Kurasa sebelum musim dingin"
"Aaaa....begitu"
"Nanti ikut ke kantin Hyung?"
"Tidak bisa Kwan, maaf aku bawa bekal terlalu banyak memakan waktu untuk sampai kantin lobi"
"Ya sudah kalau begitu tak apa"
"Maaf ya kwan-ie, tidak bermaksud menolak"
"Tak apa Hyung, besok aku bawa bekal saja biar bisa temani Hyung makan di sini"

Jihoon senang jika ada orang yang mau berteman dengannya setidaknya menerima keberadaanya sungguh sudah lama jihoon ingin merasakan itu namun rasanya sulit sekali.

Dulu ia punya tiga teman yang selalu menemaninya saat di sekolah atau pun tidak namun itu semua berubah saat jeonghan masuk dalam persahabatan mereka yang mana malah menebarkan kebencian pada kekasih teman jihoon dan berakhir pasti akan selalu di larang untuk bertemu dengan jihoon.

"Jihoon~"

Suara teriakan menggelegar doyoung membuat satu ruangan terdiam termasuk jihoon sendiri setahu jihoon lantai kerja doyoung ada satu tingkat diatasnya namun kenapa malah kebawah.

"Haiss...dokumen tugas mu masih saja banyak sekali"kesal doyoung
"Ada perlu apa mencari ku?"tanya jihoon bingung
"Tidak ada hanya ingin melihat kondisi mu saja, kau kan kemarin baru keluar dari rumah sakit"ujar doyoung sebari memukul bahu jihoon
"Ugh"lirih jihoon
"Hyung tak apa?"tanya seungkwan
"Ya kau kenapa aku tak memukul bahu mu dengan keras perasaan"bingung doyoung
"Ani kemarin terjatuh dari tangga makannya bahunya sakit"sahut jihoon
"Jika sakit kenapa masuk kerja ji di rumah saja"omel doyoung
"Iya Hyung kesehatan itu yang nomor satu untuk terus hidup"timpal seungkwan
"Tapi aku tak ingin hidup lama Kwan"

Tentu saja itu hanya dalam pikiran jihoon saja ia tak ingin pikiran rumitnya membebani banyak orang meski ia harus berakhir dengan menyerah sekali pun.

"Jika aku libur dokumen ini akan semakin menumpuk dan aku berakhir tidak pulang"ujar jihoon
"Terserahlah"

Ya setidaknya kisahnya selama beberapa bulan ke depan tidak abu-abu di kantor ini terlebih lagi jika harapan sederhana jihoon bisa terkabul ia akan tenang keluar dari kantor soonyoung dan kembali masuk neraka kantor seungcheol.

Waktu berjalan dengan tenang jihoon dana seungkwan begitu juga dengan doyoung kembali berkerja sesuai tugasnya masing-masing karena bagaimana pun mereka tak bisa hanya diam dan menunda pekerjaan terlebih lagi jihoon.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang