20

1.5K 147 9
                                    

Ruang rawat rumah sakit menjadi tempat dimana jihoon duduk dengan tenang memandangi wajah soonyoung yang kembali di rawat dengan Jiyoung yang tidur di sampingnya.

Ya setelah Jiyoung mengatakan perut soonyoung berdarah soonyoung tumbang begitu saja yang membuat jihoon dan yang lain panik seketika, harusnya tadi ia menelfon jisung untuk menjemput Jiyoung.

Pintu ruang rawat terbuka dan jihoon mendapati doyoung masuk dengan wajah panik namun diam seketika saat melihat jihoon duduk disalah satu sofa.

"Jihoon-ie"lirih doyoung
"Hai...apa kabar Kim doyoung"sahut jihoon dengan senyuman

Tanpa berkata apapun doyoung langsung memeluk tubuh jihoon saking rindunya namun pandangan doyoung langsung beralih pada bocah Lima tahu yang tengah tidur dalam pangkuan jihoon.

"Dia..."lirih doyoung
"Putra ku"sahut jihoon
"Berapa usianya?"
"Lima tahun..."
"Kau pergi kemana saja ji dan bagaimana kabar mu"
"Aku di Jepang...kabarku baik, kau sendiri dan yang lain bagaimana"
"Aku baik, kami semua baik kecuali soonyoung"
"?"
"Setelah kau pergi soonyoung selalu mencari mu tanpa memikirkan kesehatannya bahkan saking bodohnya orang itu dia pernah kritis dua bulan karena kekurangan cairan dan dehidrasi berat...sejak saat itu kata malas makan selalu keluar dari mulutnya, dia juga banyak berubah selain masih mencari mu dia sudah tidak lagi mengemudi"
"Kenapa?"
"Tahun ketiga kepergian mu soonyoung mengalami kecelakaan yang mana membuatnya hampir tewas dan sejak saat itu eomma soonyoung tak mengijinkan soonyoung untuk mengemudi...dan satu Minggu yang lalu ia tertabrak mobil karena menyelamatkan anak kecil yang mana membuat pecahan kaca mobil itu menusuk perut soonyoung dan hari ini ia berakhir tak sadar karena ngotot untuk pulang"
"Sebanyak itukah dampak kepergian ku Doy? Ku kira dulu ia membenci ku"
"Bagaimana bisa orang yang tak bisa melupakan cinta pertamanya bisa membenci satu hal yang harus kau tahu dua selalu mengikuti dan memperhatikan mu dari jauh entah itu dari orang kepercayaannya atau ia sendiri yang mengikuti mu dia hanya gengsi saja"
"Memang gengsinya tinggi sekali...aku harus pulang Doy ini hampir malam jisung sendirian di rumah dan seperti ya Jiyoung sudah sangat lelah sampai tak bangun dari tidurnya"
"Tak menginap saja ji"
"Aku akan datang besok setelah mengantar Jiyoung sekolah"
"Baiklah, biar Minho yang mengantar mu pulang"

Jihoon hanya mengangguk dan mengikuti Minho yang sedari tadi berdiri di ambang pintu, selama perjalanan pulang tak ada satu pun pembicaraan antara jihoon dan Minho hanya canggung yang terasa.

Mobil yang Minho kemudikan berhenti didepan rumah yang sangat Minho tahu, rumah yang selalu menjadi tempat dimana Minho hanya berdiri memandang rumah itu jika ia mulai rindu dengan jisung.

"Tak ingin masuk dulu?"tawar jihoon
"Sepertinya..."ujar Minho terpotong
"Masuk saja tak apa, jisung belum tidur jam segini...selagi aku masih mengijinkan mu masuk, kalian harus bicara satu sama lain selesaikan masalah kalian?"
"Aku tak yakin jika jisung mau bertemu dengan ku Hyung"
"Coba dulu, mau atau tidak itu urusan terakhir sekarang temui jisung dan utarakan semua yang kau rasakan...apa kau tidak penasaran dengan anak laki-laki yang yang di gendong jisung waktu itu...ayo masuk"

Minho mengikuti jihoon untuk masuk dan benar apa kata jihoon ia melihat jisung tengah bermain dengan anak laki-laki di ruang tamu dengan senang bahkan Minho dapat melihat senyum manis jisung.

"Hyung sudah pu...Lang"ujar jisung terdiam melihat Minho
"Heum...dia ingin bicara berdua dengan mu, selesaikan masalah kalian...jiho ayo ikut ji imo ke kamar"

Jiho hanya mengangguk dan mengikuti jihoon ke kamar sekalian menidurkan Jiyoung yang sepertinya sudah sangat nyenyak untuk tidur.

Jihoon hanya berharap masalah adiknya dapat selesai dengan cepat sedangkan untuk masalahnya sendiri jihoon hanya akan mengikuti alur saja.
.
.
.
Pagi tiba dengan cerahnya pagi ini jihoon sudah rapi dengan baju santainya ya hari ini jihoon akan mengantar jiyoung dan jiho ke sekolah sedangkan jisung sudah berangkat satu jam yang lalu untuk datang ke cafe.

Sesampainya di sekolah jihoon mengantar Jiyoung dan jiho menghampiri guru yang bertugas untuk menunggu para murid yang datang terlebih lagi Jiyoung dan jiho adalah murid baru.

"Nanti siang jiho eomma yang jemput kalian berdua, ingat jangan nakal, cari teman yang banyak dan habiskan makan siang kalian"ujar jihoon sebari mencium pipi dua bocah itu
"Baik eomma/imo"sahut dua bocah itu bersamaan
"Baiklah cium dulu laku masuk"
"Muah...dadah eomma Jiyoung yang cantik"ujar Jiyoung
"Muah...dadah ini jiho yang cantik"ujar jiho
"Sampai jumpa tampan-tampannya eomma dan imo"ujar jihoon.

Melihat Jiyoung dan jiho yang sudah masuk kelas jihoon bergegas pergi ke rumah sakit untuk menengok soonyoung, ia juga ingin masalahnya selesai dengan cepat selesai

Berbeda suasana dengan ruang rawat soonyoung yang kini penuh dengan kekesalan doyoung pada soonyoung yang kembali tidak mau makan, soonyoung sudah bangun subuh tadi maka dari itu ia dapat makan untuk minum obat.

"Aku malas makan Doy, kau berikan saja pada Minho"sahut soonyoung
"Makan bodoh kau harus makan dan minum obat"kesal doyoung
"Sungguh Doy aku malas makan...aku mau pulang saja Doy...aku akan makan kalau aku pulang sekarang, aku masih harus mencari jihoon"
"Pulang kata mu, kau mau luka mu terbuka kembali kau mau mati hah!"
"Ya aku akan mati saat aku sudah menemukan jihoon dan meminta maaf, sekarang kita pulang ya"
"Tidak...aku tak mau mengurus mu di rumah"
"Ayolah Doy, kemarin aku bermimpi melihat jihoon berdiri dihadapan ku dengan anak laki-laki di gendongannya, aku harus mencari jihoon sekarang"
"Kwon soonyoung...menurut bisa tidak sih, mencari jihoon nanti lagi kalau kau sudah sembuh baru cari jihoon sekarang makan dan minum obat dulu"

Belum sempat soonyoung menjawab pintu kamar rawat jihoon terbuka dan doyoung, Minho terutama soonyoung mendapati jika orang yang masuk adalah jihoon.

Tubuh soonyoung membeku melihat orang yang ada di hadapannya ini, semoga saja soonyoung tidak bermimpi jika mimpi tolong jangan bangunkan soonyoung.

"Doy pukul aku...aku masih bermimpi sepertinya"ujar soonyoung

Bugh!

Satu tinjuan menghantam pipi soonyoung yang mana membuat soonyoung ambruk pada matras pasien dan biru pada pipinya.

"Sakit Doy aku minta pukul bukan tinju"kesal soonyoung
"Sama saja"singkat doyoung
"Ini sungguhan jihoon Doy? Sepertinya bukan mimpi Doy tapi aku sudah mati"

Plak!

"Kalau mau mati jangan bawa-bawa aku sialan"kesal doyoung
"Sudah baikkan?"tanya jihoon pada soonyoung
"Wah Doy imajinasi ku bisa bicara Doy?"tanya soonyoung
"Kwon soonyoung sadarlah yang di hadapan mu itu benar-benar Lee jihoon bukan imajinasi atau khayalan mu"sahut doyoung
"Sungguh?"tak percaya soonyoung
"Coba peluk"

Soonyoung hanya melihat jihoon tak ada yang tahu jika mata sipit soonyoung sedang membendung air matanya hanya jihoon yang melihat, sungguh jihoon seperti melihat soonyoung yang dulu soonyoung yang masih dekat dengannya.

Greb!

Soonyoung memeluk tubuh jihoon dengan erat seakan jihoon akan pergi lagi darinya, soonyoung tak mau kehilangan jihoon lagi.

"Maaf...maafkan aku, sungguh aku menyesal melakukan hal jahat pada mu, maafkan aku ji"ujar soonyoung terisak memeluk jihoon

Jihoon hanya diam sebari mengusap lembut punggung soonyoung yang jihoon tahu sekarang tubuh soonyoung menjadi kurus padahal seingatnya dulu tak sekurus ini.

Doyoung hanya diam melihat soonyoung yang menangis seperti itu bagi doyoung jihoon adalah orang dengan hati yang paling baik meski sudah disakiti berulang kali jihoon masih mau berbaik hati untuk memaafkan kesalahan orang itu, mungkin jika doyoung jadi jihoon sudah doyoung bakat hidup-hidup soonyoung saat ini juga.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang