6

1.2K 151 8
                                    

Waktu berlalu dengan cepat tak terasa sudah menunjukan pukul sepuluh malam, jihoon juga sudah selesai dengan tugasnya hari ini bahkan langsung memberikannya pada meja chan bahkan sempat melihat soonyoung masih stay pada meja kerjanya.

Jihoon tak tahu jika soonyoung akan lebur malam ini tahu begitu jihoon berikan dokumennya besok pagi, jihoon sudah selesai dengan kegiatannya membereskan barang bawaannya dan bergegas untuk menuju tangga darurat.

Namun kembali langkah jihoon terhenti saat soonyoung tiba-tiba memanggilnya dan sudah berdiri di depan lift yang mana membuat jihoon harus membungkuk untuk memberikan hormat pada soonyoung

"Ada apa presdir?"tanya jihoon
"Naik lift dengan ku"ajak soonyoung
"Maaf presdir bukan tidak mau tapi tidak bisa"
"Naik atau ku batalkan perjanjian perusahan ku dengan Hyung mu, tahu dirilah"

Jihoon hanya bisa diam sungguh hatinya ini harus sekuat apa lagi menghadapi perkataan pedas dan sekarang ancaman, mau tak mau ia harus ikut dari pada berakhir hyungnya membunuhnya.

Di dalam lift jihoon hanya diam sungguh jantungnya kini berdebar benih kencang dari pada sebelumnya, kepalanya juga mulai sakit, kiladan-kilasan bayangan masa lalu membuat jihoon kini memegangi kepalanya dengan menutup kedua telinganya dengan nafas yang sudah mulai memendek.

"Akkh"

Pekikan lirih jihoon membuat soonyoung menolehkan kepala dan mendapati jihoon sudah dalam keadaan yang tak bisa dikatakan baik-baik saja karena yang soonyoung lihat adalah tubuh bergetar jihoon dan tubuh jihoon yang berkeringat sangat banyak.

"Hah...akkhh....hah"sesak jihoon
"Ya jihoon kau tak apa?"panik soonyoung
"Am...punh...h-hyunghhh"

Dan setelah itu pandangan jihoon menghitam dan membuat soonyoung jadi panik sendiri terlebih lagi mereka belum sampah lantai dasar

Soonyoung terus mencoba membangunkan jihoon ia tak tahu apa yang terjadi pada jihoon kenapa bisa seperti ini.

Pintu lift terbuka dengan cepat soonyoung membawa jihoon ke dalam mobilnya keran sungguh soonyoung bingung yang terjadi pada jihoon saat ini dan gak mungkin juga soonyoung membawa jihoon kerumah sakit.
.
.
.
Pagi tiba dengan cerah jihoon membuka kedua matanya dan mengamati sekitar seingatnya ia ada di dalam lift namun sekarang ia dimana, ini bukan rumah sakit atau pun rumahnya.

"Kau sudah bangun?"

Tubuh jihoon membeku mendengar suara yang bersamanya semalam siapa lagi kalau bukan soonyoung entah mengapa tubuh jihoon kembali bergetar, dengan perlahan jihoon melihat kearah depan dimana soonyoung berdiri.

"Maaf...aku akan segera pergi"ujar jihoon
"Oh bagus kau sadar menyusahkan saja"tajam soonyoung

Dengan tubuh bergetar jihoon beranjak dari tempatnya mengambil tas dan bergegas pergi setelah mengucapkan terimakasih pada soonyoung.

Tujuan utama jihoon adalah pulang tak apa kan jika ia meliburkan diri karena sungguh jika jihoon memaksa akan berkahir gemetaran selama beberapa hari.

Ia sudah kebal dengan sikap dingin dan ketus soonyoung karena bagi jihoon soonyoung bicara padanya itu sudah bersyukur tinggal menunggu soonyoung memaafkannya.

Sesampainya di rumah jihoon memilih untuk merebahkan diri di dalam kamarnya hari ini ia ingin tidur seharian sebelum meminum obatnya.

Tanpa jihoon tahu soonyoung memilih untuk mengikuti jihoon dengan mobilnya yang saat ini bersembunyi agak jauh dari rumah jihoon.

"Haiss susah sekali bicara yang sedikit lembut jika berhadapan dengannya, apa yang terjadi setelah aku pergi sebenarnya"gumam soonyoung

Soonyoung kembali mengingat kejadian semalam yang sungguh membuatnya bingung dan terkejut mengenai jihoon.

Sebelumnya...

Soonyoung terpaksa membawa jihoon ke apartemennya karena ia tak tahu rumah jihoon mengingat doyoung jika rumah jihoon sudah pindah dan tak mungkin juga membawa jihoon ke rumah seungcheol mengingat bagaimana seungcheol seperti apa pada jihoon.

Soonyoung menidurkan jihoon di dalam kamarnya namun saat ingin keluar langkah soonyoung terhenti ketika mendengar suara jihoon .

"Ampun Hyung...jihoon salah, ampun jangan pukul jihoon Hyung hiks...

Jihoon bukan pembunuh Hyung...bukan jihoon appa, ampun appa jangan masukan jihoon kedalam sana appa...hah...appa...Hyung...keluarkan jihoon....

Eomma...jihoon takut eomma....jihoon takut...aaaaaaaaaaaa!"

Melihat jihoon yang menjerit keras membuat soonyoung mencoba membangunkan jihoon dari mimpi buruknya, sungguh ia khawatir dengan pemuda yang pernah menjadi hatinya bersinggah ini

"Ji buka mata mu ada aku ji...jihoon buka mata mu sadarlah LEE JIHOON!"pekik soonyoung

Jihoon berhenti berteriak dan membuka kedua matanya dan menatap wajah soonyoung yang kelewat khawatir padanya sampai air mata jihoon turun dengan begitu derasnya.

"Aku takut soon, kau pergi kemana...maaf aku melakukan itu untuk menjaga perasaan sahabat ku...maaf, jangan pergi soon aku takut"racau jihoon
"Aku tak akan pergi"

Soonyoung tahu jihoon sudah kembali tak sadarkan diri bahkan saat meracau jihoon juga dalam alam bawah sadarnya.

End....

"Kurasa aku harus bertanya pada doyoung sungguh seperti orang bodoh aku tidak mengetahui banyak hal"

Soonyoung melakukan mobilnya untuk pergi menemui doyoung dan setelah soonyoung barulah mobil seungcheol datang menuju rumah jihoon.

Soonyoung harusnya kau bertahan disana lebih lama dan membantu jihoon yang mungkin akan membutuhkan pertolongan mu.

Soonyoung sampai kantor cukup siang dan langsung menuju ruangannya dan tak lupa memanggil doyoung untuk ke ruangannya.

"Ada apa memanggilku?"tanya doyoung
"Ceritakan tentang jihoon yang kau tahu"ujar soonyoung
"Tidak mau, aku dulu sudah pernah memberitahu mu tapi kau abai sekarang cari tahu sendiri, aku tak ingin ikut campur lagi dalam balas dendam mu"
"Semalam aku memaksa jihoon untuk naik lift"

Bugh!

Satu pukulan doyoung berikan pada soonyoung sungguh doyoung tak mengerti dengan pikiran sepupunya ini kenapa suka sekali memaksa seseorang.

"Kau gila! Jihoon punya trauma pada lift kenapa malah kau ajak naik lift bodoh"omel doyoung
"Trauma?"bingung soonyoung
"Iya trauma itu hadir setelah satu tahun kau pergi meninggalkan Korea, banyak hal yang terjadi pada jihoon soon sejak kau pergi salah satunya trauma jihoon pada lift"
"Kau tak menceritakannya pada ku"
"Sudah tapi kau abai, kau sibuk dengan sakit hati mu itu andai kau tahu alasan jihoon menolak mu waktu itu kau pasti tak akan seperti ini"
"Apa yang terjadi sampai jihoon trauma seperti itu?"
"Tuan Choi dan seungcheol-ssi yang membuat jihoon menerima trauma, penyiksaan yang dilakukan dua orang itu terjadi sejak nyonya Choi tiada, jihoon selalu jadi samsak hidup mereka jihoon di masukan ke dalam lift rumah mereka setelah di siksa oleh mereka berdua dan sialnya lift itu jatuh dengan jihoon ada didalamnya beruntung jihoon masih selamat namun ya itu trauma"
"Tapi Doy...seingat ku nama eomma jihoon itu bermarga Lee bukan Choi"
"Kalau itu tanya sendiri dengan jihoon"
"..."
"Saran ku sudahi dendam mu itu kau terlalu bodoh untuk dendam pada seseorang tanpa mengetahui seperti apa orang itu, aku keluar"

Soonyoung hanya terdiam mendengar penjelasan doyoung, ia tak tahu jika jihoon mengalami hal itu terlebih lagi siapa nyonya Choi setahu dirinya ibu jihoon bermarga Lee.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
______________________________________

"Wahhh...na triple up padahal ji belum minta"-ljh

"Ya udah na besok jangan ada triple up lagi, di kasih triple up kok masih komen"-ksy

"Oh soonyoung kok gitu, stok cerita na itu masih banyak jadi ngak apa-apa dong"-ljh

"Jangan spoiler ji"-na

"Pokonya kalau besok na ngak up soonyoung ku buang ke kandang macan"-ljh

"Iihhh kok gitu"-ksy

"🍿😎"-na

SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang