Masih di hari ke empat. Begitu melihat reaksi Kak Eron saat melihat BDSM ROOM sampe kemudian ngajak pindah, hatiku bener-bener berdebar. Aku takut tapi ada rasa penasaran, gimana rasanya ngelakuin BDSM.
Namun untungnya suami ku itu tak langsung mengajakku melakukan nya, dia bilang belum saatnya main yang ini. Aku menarik nafas panjang dan merasa lega gak harus ngelakuin hal menakutkan ini sekarang, meskipun jujur agak kecewa karena aku cukup penasaran.
Kemudian Kak Eron mengajakku kembali ke kamar mandi untuk berendam di bathtub. Dia ingin merilekskan badan terlebih dahulu dengan berendam air hangat, aku menyetujui nya karena aku juga merasa butuh akan hal itu. Beberapa hari penuh dengan gairah bercinta rasanya badanku lumayan capek juga.
Kami berdua berendam saling berhadapan dengan kaki ku yang berada diatas kaki suami ku. Aku tau kedua senjata pemuas nafsu kami saling berdekatan dan kadang bersentuhan yang bisa saja memancing birahi kami lagi. Namun suamiku berkata bahwa saat ini dirinya hanya ingin berendam.
Setelah lebih dari 1 jam berendam sambil bercerita dan bercanda. Selanjutnya Kak Eron mengajakku untuk menyudahi berendam nya lalu membawa ku berjalan keluar dari rumah itu. Sedikit merasa aneh ketika aku melewati ruangan BDSM tadi, kenapa Kak Eron tak tertarik melakukannya? padahal aku sangat penasaran meskipun merasa takut juga.
Diluar rumah rupanya matahari sudah lumayan tinggi, sehingga badan telanjang kami terpapar panas dari sinar matahari dan kemudian menghangat. Untuk beberapa menit kami berdua hanya berdiri didepan rumah sambil berjemur mengeringkan badan yang basah sehabis berendam.
Lalu tiba-tiba Kak Eron bilang bahwa dia ingin keluar dari tempat ini untuk mencari udara segar, dia mengajak ku ke sisi lain dinding bambu, ternyata selain gerbang besar tempat kami masuk dulu, diseberangnya ada pintu kayu kecil yg dikunci dari dalam.
Kuncinya hanya berbentuk kunci slot sederhana yang mudah dibuka. Aku heran ternyata selama ini Kak Eron cukup merperhatikan lingkungan. Ia membuka pintu itu. Begitu pintu itu terbuka terlihat lah pepohonan rimbun yang asri dan menyejukan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada jalan setapak yang menembus masuk ke area hutan, tanpa pikir panjang lagi kami langsung berjalan ke arah sana. Harusnya aku waswas takut ada orang lewat, terlebih kejadian sebelumnya tentang orang-orang yang berburu babi tersebut pernah mengintip kami dan sekarang kita malah bebas tak ada penghalang sedikitpun yang menjaga ketelanjangan kami berdua.
Namun semua rasa waswas itu seperti tertekan dengan rasa penasaran yang tinggi, aku pikir bodo amat lah mau ada yang lewat atau enggak juga aku sedang bersama suami ku. Mau mereka liat tete atau memek aku juga terserahlah.
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri jalan setapak di tengah hutan, kami pun tiba di sebuah padang rumput yang cukup luas. Area rerumputan yang gak terlalu tinggi itu sangat cocok sekali untuk bersantai dan menikmati hari. Kami berjalan berkeliling padang rumput itu sampai cukup lelah. Kak Eron mengajak ku beristirahat di pinggiran hutan, dekat sebuah batang kayu rubuh dan menyuruhku untuk duduk disana.