6. Ditilang

7 5 4
                                    

"Semoga bertemu di titik terbaik dengan perasaan yang sama."

***

Sepeda motor yang tadi melaju dengan kecepatan sedang tiba-tiba mendadak berhenti di hadapan seorang polisi yang memberhentikannya. Gadis yang diberhentikannya pun mengumpat habis-habisan karena ini kali pertamnya ia ditilang.

Mampus, pakai ada operasi segala lagi! Gue, 'kan nggak punya SIM, KTP aja belum buat.

"Selamat siang, bisa perlihatkan surat-suratnya?" titah Pak Polisi tegas.

Hilya mengambil totebag nya dan merogoh STNK yang tak kunjung ditemukannya. Ia teringat jika STNK nya masih dibawa oleh Saka, tamatlah sudah riwayatnya.

"STNK saya ketinggalan, Pak. Untuk SIM saya belum punya heheh." Hilya cengegesan dan berharap lolos dari polisi ini.

Polisi itu menuliskan surat tilangan pada selembar kertas. "Ini surat tilangannya dan sepedanya saya tahan dulu karena tidak membawa STNK. Sidangnya tanggal 23, ya."

"Tapi, Pak, saya pulanganya bagaimana? Saya naik apa? Saya buru-buru pulang karena ibu lagi pingsan dan saya disuruh segera pulang," cerocos Hilya.

"Saya antar," jawab polisi itu enteng.

"Bapak serius? Bukannya lagi urus operasi ini?"

"Mau pulang saya antar atau jalan kaki sampai rumah?" tawarnya.

Hilya menelan ludahnya. "Tolong jangan tahan sepeda saya, Pak. Saya ke sekolah naik apa?"

"Bisa naik angkot, minta antar atau jalan kaki. Lagian siapa suruh tidak mempunyai SIM, tapi naik motor."

"Angkot!!" teriak Hilya menyetop angkot yang melaju di hadapannya.

Semoga kita bisa bertemu kembali!

Di dalam angkot Hilya terus memikirkan bagaimana kedaannya ibunya, sedangkan ia tidak mempedulikan nasib sepeda motornya yang ditilang. Sial, ia baru ingat jika naik angkot otomatis tidak sampai di rumahnya, tapi turun di pertigaan yang artinya harus nebeng atau meminta Saka menjemputnya.

Ly : Kak, bisa jemput nggak? Soalnya motornya kena tilang di bawa polisi.

Hilya memasukkan ponselnya ke sakunya lagi, pesan yang dikirim untuk Saka masih centang satu. Angkot berhenti di pertigaan dan ia langsunvg memberi ongkos pada sang sopir. Hilya celingak-celinguk mencari tumpangan pulang, tapi takdir tidak berpihak padanya. Keadaan jalan yang begitu sepi membuat dirinya terpaksa berjalan kaki, mau tidak mau jalan kaki adalah solusinya.

Ini semua gara-gara polisi itu! Awas aja kalau ketemu gue kasih pelajaran.

"Hilya bukan?" gumam cowok dibalik helm full face-nya.

Cowok itu membunyikan klaksonnya dan membuat sang emput terkejut. Hilya menoleh pada sumber suara dan mendapati cowok itu berhenti di belakangnya.

"Kenapa lo jalan kaki, Lya?" tanyanya seraya membuka kaca helm nya.

"Alhamdulillah, untung ada lo, Yan. Gue nebeng lo pulang, ya. Ibu lagi pingsan sekarang," ucap Hilya.

Cowok itu adalah sepupu Hilya, Zayyan namanya. Kebetulan juga rumah mereka bersebelahan, jadi Hilya tak perlu susah payah berjalan kaki. Ia langsung naik ke jok belakang Zayyan tanpa adanya persetujuan dari sang pemilik motor. Kebiasaan, Hilya selalu mendahuli sebelum dijawab.

"Lah, motor lo ke mana?"

Hilya memukul helm Zayyan. "Udah, nggak usah banyak tanya. Sekarang cepat pulang!"

Dari Pintu SMK (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang