Chapter 3

744 133 3
                                    

Aksi baku tembak antara tim gabungan satgas narkoba Metro Jaya, yang dipimpin langsung oleh Ajun Komisaris Birendra Dasiwara dengan para penyelundup narkoba dari sebuah kapal asing yang mencoba melawan, baru saja berakhir. Bekas asap yang dikeluarkan dari moncong senjata masih mengepul di udara.

Dari hasil penangkapan, polisi menemukan 2 juta ton sabu, yang disembunyikan di bagian palka sebelah kiri kapal. Enam orang warga negara asing asal China daratan segera diringkus. Dua orang terluka parah dari pihak lawan, sedangkan dari anggota kepolisian satu orang yang mengalami luka cukup parah, mereka segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Kejadian ini, terjadi di perairan laut Banten, dan narkoba yang diselundupkan, berasal dari Macau. Sabu tersebut akan diedarkan di tiga provinsi, yaitu Jakarta-Jawa-Lampung.

Proses pengungkapan 2 juta ton sabu ini, dimulai dari penyelidikan satu bulan yang lalu. Kasatgas Narkotika Polri AKBP Birendra Sadiwara yang langsung memimpin penyelidikan ini.

Pihaknya yang saat itu sedang melakukan penyelidikan terhadap sindikat narkoba memperoleh informasi akan masuknya narkotika melalui jalur tikus di perairan pantai utara. Maka, dia bersama timnya langsung berkoordinasi dengan pihak bea cukai dan membentuk tim gabungan untuk mengawasi kemungkinan masuknya barang terlarang tersebut dari jalur laut.

Tadi malam, sekitar pukul 20.30 WIB tim satgas pun melakukan Raid Planning Execution (RPE) di sebuah Gudang yang berada di wilayah Tangerang Banten. Di lokasi ini, tim satgas mengamankan Liu Chen, dan teman-temannya.

Penyelundupan narkoba ke Indonesia semakin tinggi dari tahu ke tahun, dan 80% penyelundupan dilakukan di wilayah perairan. Ketika Birendra ditugaskan di Direktorat Tipidnarkoba, maka ia bertekad untuk memberantas narkoba sampai ke akarnya, walaupun itu bukan hal mudah. Mengingat para bandar narkoba banyak yang dilindungi oknum aparat.

Birendra merasa sangat miris dengan peredaran narkoba yang semakin merajalela di negerinya. Hampir 50 orang meninggal tiap harinya. Dalam angka per tahun ada sekitar 18 ribu orang yang meninggal akibat mengkonsumsi narkoba, dengan kerugian ekonomis mencapai Rp 84,7 Triliun yang terjadi pada tahun 2020. Ini sebuah angka yang sangat mengkhawatirkan, jika tidak segera dihentikan peredarannya, maka akan semakin banyak generasi muda Indonesia hancur dirusak oleh barang haram.

Narkoba adalah bisnis yang menggiurkan, keuntungannya mencapai triliunan rupiah. Sangat susah menangkap para bandar narkoba, mereka seperti belut licin, ketika masuk penjara pun, masih bisa mengendalikannya dari balik jeruji besi. Ada oknum-oknum aparat yang melindungi. Rantai antara pengedar juga terputus, mereka jika tertangkap polisi tidak akan bisa melacaknya, karena di antara para pengedar tidak saling mengenal. Hal ini, terkadang membuat Birendra stress.

Beberapa kali proses penangkapan, digagalkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Ia yakin jika di tubuh kepolisian, ada penghianat yang membocorkan informasi, ke pihak Bandar. Sehingga rencana penyergapan, selalu berujung pada kegagalan.

Begitupun dengan kejadian dua hari yang lalu, saat ia akan menggagalkan transaksi narkoba yang terjadi di sebuah Diskotik yang ada di Jakarta, harus gagal, karena ada yang membocorkan.

Hari ini, Birendra merasa sangat bersyukur, karena ia diberikan kelancaran dalam mengungkap kasus penyelundupan narkoba. Tak urung ia mengucapkan rasa syukur di hatinya, karena Allah memberikan kemudahan dalam melakukan tugasnya.

"Komisaris, tangan anda sepertinya terluka," ujar Briptu Miftah.

Birendra melirik tangan kirinya yang mulai dirambat rasa nyeri, dan kini baru terasa. Ada darah yang merembes di lengan kirinya. Terluka saat bertugas, sebenarnya adalah hal yang mungkin terjadi bagi seorang polisi, apalagi jika berhadapan dengan penjahat yang difasilitasi dengan persenjataan lengkap. Tetapi, luka yang didapat tidak boleh dibiarkan, jika tidak ingin menyebabkan infeksi.

Briptu Miftah segera melakukan pertolongan pertama pada sang atasan. Tangan sang perwira menengah tersebut segera ditekan lukanya untuk menghentikan pendarahan, lalu membebatnya dengan kain kasa. Setelah itu membawanya ke rumah sakit terdekat.

Setelah sampai di rumah sakit, tangan Birendra dijahit. Birendra merasa bersyukur, hari ini, ia kembali lolos dari maut. Sudah dua kali ia tertembak. Yang pertama terjadi satu tahun yang lalu saat ia bekerja di Polres.

Bisa masuk ke Bareskrim Metro Jaya merupakan sebuah prestasi bagi seorang polisi. Unsur Pelaksana Utama Direktorat Bareskrim Polri (Ditbareskrim Polri), terdiri dari 6 Direktorat, salah satunya adalah Direktorat Tipidnarkoba, menangani tindak pidana narkoba.

Birendra tidak langsung pulang ke rumah, dia harus balik lagi ke kantor Bareskrim. Karena disuruh atasannya menghadap. Dedikasinya cukup tinggi untuk Negara. Sesuai dengan slogan Polri yaitu, "Melindungi, Mengayomi, dan Melayani. Meskipun saat ini di mata sebagian masyarakat, citra polisi tidak begitu bagus akibat ulah beberapa oknum, tapi Birendra yakin masih ada polisi baik di negeri ini, dan dia ingin menjadi bagian polisi yang baik itu. Karena profesi polisi bagian dari amanah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
***
Haga mendengkus sinis. Entah kenapa setiap dia membaca pesan dari ibu mertuanya itu, selalu membuat dirinya emosi. Wanita paruh baya yang ia juluki sebagai ratu drama itu mulai mengganggunya. Dia seperti lintah yang akan terus menghisapnya. Kali ini, dia mengajaknya bertemu, pasti ujung-ujungnya minta uang. Lama-lama ia bisa bangkrut kalau diporotin terus. Mana gaya hidupnya sangat mahal, tidak mungukur diri kalau dia tidak begitu kaya, yang pemasukannya hanya mengandalkan dari toko kue dan restoran yang tidak begitu ramai. Dia mantan artis tahun 80-an, tapi tidak begitu terkenal. Mungkin kebanyakan usaha menggaet laki-laki kaya, sehingga tidak meningkatkan kemampuannya dibidang akting, pikir Haga kesal.

Mayla harusnya lebih punya hak untuk banyak meminta kepadanya, karena jelas istrinya. Tapi Mayla sama sekali tidak pernah menuntut, apalagi bertanya. Gadis serupa patung itu, kalau diajak bicara, hanya hm, ya, lalu mengangguk. Benar-benar sangat membosankan. Tetapi itu sangat bagus, karena dia tidak akan merecoki hidupnya.

Haga langsung membalas pesan dari mertuanya, meminta maaf kalau hari ini tidak bisa datang untuk memenuhi ajakan sang mertua. Ia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tapi Haga akan mentransfer uang, karena dia yakin, yang dibutuhkan ibu mertua hanya uangnya saja. Laki-laki itu segera membuka mobil bankingnya, mentransfer uang sejumlah dua puluh juta, lalu mengirimkan bukti tranfernya.

Di sebuah rumah mewah, wanita yang baru saja melihat-lihat koleksi perhiasan Tifany & Co. Ia sangat tertarik dengan sebuah gelang, kalau jadi beli akan dipamerkan di arisan sosialitanya. Tapi uangnya tidak cukup untuk membeli gelang berlian incarannya. Tadi ia sudah menelpon putrinya tapi tidak diangkat. Mau minta tambahan uang buat membeli perhiasan. Terpaksa harus minta pada sang menantu, ia akan mengajaknya bertemu, lalu mengarang cerita kalau ia lagi butuh uang.

Ketika mendapat balasan dari Haga, kalau dia nggak bisa datang, ia kecewa. Pupus sudah harapan membeli gelang berlian incaran. Tapi balasan kedua datang dari sang menantu, yang memberi tahukan kalau dia sudah mentransfer uang untuk kebutuhan rumah, meskipun uangnya tidak cukup, jika untuk membeli perhiasan incaran. Namun, cukup untuk membeli gelang Tiffany & Co Ity Rosegold, yang harganya di bawah 15 juta. Tidak apa-apa, yang penting arisan punya gelang baru yang bisa dipamerkan. []

Menghalau Serpihan LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang