Chapter 2

872 178 7
                                    

Sebuah diskotik paling mewah di Jakarta. Sudah banyak pengunjung yang datang. Mereka adalah para pencari kebahagiaan dunia semu, melepaskan masalah atau kepenatan untuk sesaat. Karena ketika pulang, masalah tetap menghantuinya. Orang yang bisa masuk ke sana, adalah kalangan atas. Bayaran untuk masuknya sangat mahal, dengan harga tiket masuk cukup tinggi, karena difasilitasi beragam sarana yang ideal, seperti free minuman, dan macam-macam musik EDM atau musik dugem. Pilihan genre musiknya yaitu, House Music, Trance, Techno, dan Dubstep.

Haga, sering menghabiskan waktunya di diskotik ini, jika di akhir pekan. Ditemani sang kekasih, pria cantik blasteran Jawa dan Italia. Mereka sudah lama menjalin hubungan, sekitar empat tahunan lebih dan merasa nyaman. Makanya, ketika dijodohkan oleh mamanya, dia murka. Tapi tidak berdaya untuk melawan. Selentingan kabar kalau dia gay, sudah lama terdengar di telinga mamanya. Membuat wanita itu resah, dan segera mencari perempuan yang bisa dijodohkan untuk anaknya.

Tentu saja, jika ia mau hidup di negara yang menjungjung adat ketimuran, pernikahan adalah hal yang harus diprioritaskan ketika sudah mencapai usia matang, kalau masih betah melajang akan dipertanyakan. Pertanyaan kapan menikah, akan terus berdatangan saat bertemu keluarga besar, bertemu teman, atau datang ke kondangan tanpa gandengan. Kehidupan bebas bukan ciri khas masyarakat yang mengagungkan norma agama. Terserah, kalau dia memilih hidup di negara yang mengagungkan paham kebebasan.

Musik EDM, genre Dubstep yang dipandu oleh DJ Sarah mulai memenuhi ruangan. Sebagian orang sudah mulai turun ke lantai dansa,  mereka asyik berjoget ria, membuang segala kerumitan hidup. Dugem adalah dunia yang diminati oleh kaum muda metropolis, yang berburu kesenangan.

Haga mulai menyesap coktail yang ada dihadapannya. Malam ini, ia akan puas-pusin buat minum. Setelah itu, pulang ke aprtemen milik Michael kekasihnya. Rutinitas pertemuan mereka, hanya bisa dilakukan diakhir pekan, mengingat keduanya sama-sama sibuk. Tapi Haga akan memprioritaskan pertemuannya dengan Michael, jika kekasihnya meminta. Sedangkan pada Mayla, ia tidak pernah peduli, yang penting ia sudah memberikan nafkah yang cukup untuk wanita yang sudah dinikahinya itu.

Mayla sangat cantik, tapi tidak pernah menarik hatinya. Tidak pernah menimbulkan getaran halus, berbeda dengan Michael si laki-laki cantik yang sudah membius Haga, sehingga ia rela melakukan apapun untuk Michael, meski hubungan mereka ditentang oleh mahluk bumi, yang masih idealis memegang ajaran agamanya.

Bagi Haga, orang-orang yang sudah menentangnya, mereka manusia sok suci yang sudah memiliki kavling di Surga, sehingga mengatakan hubungan sesama jenis dilarang. Bodo amat dengan pandangan orang-orang, asal hatinya bahagia dan ia merasa puas. Begitupun dengan Michael.

Michael sering mendesak untuk menikahinya. Mereka bisa menikah di Belanda atau di negara-negara yang sudah melegalkan pernikahan sesama jenis, tapi Haga belum bisa, karena ia masih menghargai perasaan mamanya. Selama sang mama masih hidup, tidak akan dia menyakitinya. Maka, untuk menebus rasa bersalahnya, dia berusaha memenuhi, keinginan Michael. Jika mengajaknya bertemu, Haga akan datang.

"Bagaiamana kabar istrimu, dear?" tanya Michael dengan raut tidak senang. Ia sangat benci dengan perempuan itu, menurutnya wanita itu penghalang ikatan cintanya, dan juga rencananya.

"Aku sudah tidak pulang tiga hari ke rumah, jadi aku tidak tau kabar dia."

"Terus kamu tidur di mana?"

"Hotel," jawab Haga datar.

Tiga hari ini, ia memang sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan, dan ia sangat malas pulang ke rumah. Melihat wajah Mayla yang banyak menangis, menimbulkan rasa bersalah di hatinya. Ia yakin, masalah Mayla menderita bukan hanya disebabkan oleh dirinya saja, tapi ada penderitaan lain yang disebabkan oleh ibunya. Sebelum menikah, ia sudah menyelidiki kehidupan Mayla. Sebenarnya kasihan dengan Mayla, dia hidup dalam ketidakberdayaan, karena penindasan, dan mirisnya tidak bisa melawan. Mayla, wanita baik, harusnya ia menikah dengan laki-laki baik, yang bisa memberinya banyak cinta, bukan kerumitan. Tapi suatu saat, Haga berjanji akan melepaskan Mayla, untuk menemukan kebahagiaannya.

"Kapan kamu akan melepaskannya?" tanya Michael.

Hagamenggeleng. Jika bercerai, maka akan membuat mamanya semakin sedih, dan mempercayai tuduhan orang-orang, kalau ia seorang gay. Sedangkan di keluarganya, dia anak laki-laki satu-satunya. Sang pewaris, yang akan menerima estafet kepemimpinan di perusaan milik ayahnya. Kedua kakak perempuannya, lebih memilih jadi arsitek dan dokter spesialis. Tidak ada satupun yang mau mengikuti jejak orang tuanya sebagai pengusaha.

"Kalau kamu nggak segera mengambil keputusan, bisa jadi kamu akan memiliki perasaan cinta kepadanya."

Salah satu ketakutan Michael, Haga akan berpaling pada wanita yang dijodohkan ibunya. Karena hati manusia bisa berubah sewaktu-waktu. Apalagi mereka tinggal satu atap, dan Haga akan dituntut untuk segera memiliki anak oleh keluarganya.

"Aku tidak mungkin jatuh cinta pada perempuan, sampai kapan pun itu," bantah Haga.

Ia pernah merasakan sakitnya dikecewakan oleh perempuan, sehingga kekecewaan yang bertahta, meninggalkan palung luka yang teramat dalam, dan waktu membawanya pada pergaulan yang salah, dan menempatkan rasa di hati pada kaumnya sendiri.

Tentu saja Michael tidak bisa percaya secara utuh pada Haga. Ia pernah punya kekasih seperti Haga, yang bilangnya tidak akan mencintai perempuan. Tapi suatu hari kekasihnya itu berubah, dan menyadari bahwa cinta di antara mereka adalah kesalahan. Mereka pun berpisah, dan dia menikah dengan perempuan pilihan ibunya, mereka bahagia, punya anak, dan hidup normal. Sedangkan ia merana sendirian. Michael tidak ingin mengalami hal seperti itu lagi. Dia juga ingin menikah, tapi dengan kaumnya, punya anak dengan cara mengadopsi. Ia yakin bisa hidup bahagia, meskipun di mata orang-orang kehidupannya masih dianggap tabu dan aib.

"Kapan kamu akan mengenalkanku pada istrimu?"

"Apakah itu harus?" tanya Haga. Ia tidak ingin Mayla tahu, bahwa ia penyuka sesama jenis. Cukup Mayla tahu, kalau ia punya kekasih yang dicintainya, yaitu kaum perempuan.

"Supaya aku tahu, seberapa besar kekuatan dia dalam memalingkan hatimu, dariku."

Haga tersenyum, terlihat banget kalau Michael sedang cemburu. Akhir-akhir ini, dia memang sangat posesif.

"Dia tidak membahayakan, sudahlah, nggak usah ngomongin dia lagi, sekarang fokus pada kebahagiaan kita." Haga meraih tangan Michael, dan menyimpannya di dadanya.

Tubuh mereka yang berjarak mulai merapat, dan kejadian menjijikan pun terjadi, jika dilihat oleh orang normal. Pemandangan itu, tidak lepas dari tatapan seorang laki-laki yang datang ke Diskotik dengan menyamar, layaknya pemuda-pemuda yang akan dugem. Ia sedang mencari informasi tentang perederan narkoba ditempat ini. Kata laporan seseorang yang meminta namanya dirahasiakan, tempat ini kerap dijadikan transaksi narkoba. Maka, malam ini dirinya berada di sini, tidak menyangka ia akan bertemu dengan laki-laki yang menjadi suami dari wanita yang mau dilamarnya, namun ditolak, dengan alasan si wanita sudah dijodohkan.

Laki-laki yang menyaksikan adegan ciuman pasangan sesama jenis itu, tidak lain adalah AKBP Birendra Dasiwara. Dia ditemani rekannya, tapi mereka berpencar.

Birendra semakin merasa kasihan pada Mayla. Niat dia melamar gadis itu, awalnya ingin menyelamatkan kehidupan sang gadis yang tidak memiliki gairah hidup. Ia pernah melihat Mayla dimaki habis-habisan oleh ibunya, karena tidak ingin ikut les vokal, bahkan sampai dijambak dan didorong. Saat itu, Birendra secara tidak sengaja menyaksikan kekerasan itu terjadi. Karena mereka bertetangga, rumahnya berdekatan, dan kamar Mayla dengan kamarnya berhadap-hadapan.

Mayla gadis pendiam, yang menyimpan banyak luka sendirian. Setelah orang tuanya bercerai, otomatis penderitaan Mayla semakin bertambah, karena tidak pernah ada yang membelanya lagi. Sang ayah, yang biasanya menjadi pembelanya, sudah tidak ada di sisinya. Saat kedua orang tuanya bercerai, dia tidak diizinkan untuk ikut ayahnya, dan hak asuh anak, jatuh ketangan ibunya.

Ah, bagaimana kabar gadis itu? Birendra merasa prihatin dengan kehidupan Mayla, yang menikah dengan seorang laki-laki penyuka sesama jenis. Pasti hidupnya semakin menderita. []



Menghalau Serpihan LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang