Chapter 5

724 133 4
                                    

Wanita yang masih tetap cantik di usianya yang ke- 48 tahun itu, sangat bahagia karena bisa berkumpul dengan teman arisan sosialitanya. Dan hari ini, ia yang memenangkan arisan. Arisan dua puluh jutanya itu, jika dikalikan sepuluh orang, dapat dua ratus juta, lumayan bisa digunakan untuk membeli tas incaran. Ia tidak tahu, bahwa ditempat lain, ada seorang anak yang terbaring lemah di rumah sakit. Sakit secara fisik dan juga perasaan.

"Eh, Jeng Reta, aku lupa kalau ada yang mau diomongin sama kamu, Jeng." tiba-tiba Jeng Naya mendekati Reta.

"Ada apa ya, Jeng?" tanya Reta sambil mengipasi wajahnya dengan kipas andalan. Gelang Tiffani & Co yang baru dipakainya, berkilau, dan itu menarik ibu-ibu lain. Semenjak punya menantu kaya, dia jadi rajin membeli perhiasan. Dari mulai pakaian, tas, sepatu, harus ber-merk semua. Ia tidak mau membeli barang murahan, takut kulitnya gatel, dan juga bisa menurunkan pamornya. Memakai barang mewah bagian dari branding. Karena orang senantiasa menilai dari kulit luarnya dulu, tidak peduli itu menipu dan penuh kepalsuan.

"Itu lho, Jeng, kemarin aku nggak sengaja bertemu dengan mantumu, pas aku diajak suami dinner," kata Jeng Naya heboh.

Ibu-ibu lain yang sibuk ngobrolin berlian dan tas mahal, mulai beralih pada pada Jeng Naya, mereka siap mendengar berita baru yang bakal dibawa emak gosip satu itu.

"Terus masalahnya apa dengan menantu saya, ya Jeng?" tanya Reta penasaran. Jika menantunya itu jadi gibahan ibu-ibu, pasti karena mereka iri, secara menantunya itu anak konglomerat. Yang secara tidak langsung berhasil membiayai gaya hidup mewahnya. Pundi-pundi rupiah mengalir deras ke kantongnya. Sejak putrinya menikah dengan putri konglomerat, hidupnya benar-benar terjamin.

"Kemarin saya lihat dia di restoran dengan wanita, dan wanita itu sangat cantik banget," jelas Jeng Naya.

Wajah Reta langsung masam. Tidak mungkin menantunya itu selingkuh. Ini pasti hanya karangan cerita Jeng Naya saja.

"Mungkin Jeng Naya salah lihat, atau bisa jadi orang yang bersama menantu saya itu adalah kliennya," sanggah Reta. Ia yakin menantunya itu adalah tipe laki-laki setia.

Jeng Naya menggeleng, "Duh, mana mungkin saya ini lupa sama wajah menantumu Jeng, Hagatama Niskala Darendra, namanya udah populer di seantero negeri. Wajahnya sering menghiasi majalah bisnis milik suami saya."

"Terus, kejadian yang dilihat oleh Jeng Naya apa, pas lagi di restoran itu, kok saya jadi kepo." Jeng Betari ikutan nimbrung.

"Duh, gimana ya, saya jadi nggak enak nyeritainnya, tapi kalau nggak diceritain, saya kasihan sama putrinya Jeng Reta."

Perasaan Reta mendadak tidak enak, nggak mungkin ada orang ketiga di dalam rumah tangga putrinya yang baru seumur jagung.

Ibu-ibu lain makin merapat mendekati meja Reta dan Naya. Mereka senang kalau ada berita yang bisa dighibahkan.

"Ayo cepat ceritakan Jeng Naya, kami sangat penasaran, nih." Jeng Betari kembali bersuara. Dia paling senang kalau mendengar berita gosip. Maklum selain sosialita, dia juga doyan ngerumpi.

"Saya rasa Haga memiliki hubungan khusus dengan perempuan cantik yang saya lihat. Sikapnya sangat mesra banget, dan dia juga menyuapi perempuan tersebut dengan ... ah begitulah, mereka kayak sepasang kekasih."

"Astaga." mulut Jeng Betari langsung mangap.

Reta mendadak gelisah, ia merasa tidak yakin kalau Haga akan tega menyakiti putrinya, meskipun pernikahan mereka tidak dilandasi cinta, tapi karena perjodohan.

"Wah, kasihan gadis secantik Mayla kalau harus diselingkuhi suaminya. Saya kalau yang jadi ibunya, akan suruh anak saya cerai dari pada harus mengorbankan perasaannya. Karena selingkuh itu, bukan masalah istri nggak cantik atau nggak bisa nyenengin suami, tapi selingkuh itu penyakit yang susah untuk diberantas," kali giliran Jeng Niar yang ikut berkomentar.

Janda cantik itu sangat benci sekali dengan yang namanya wanita pelakor. Sebagai orang yang pernah merasakan sakitnya dikhianati, maka ia sangat membenci dengan yang namanya perselingkuhan.

"Jeng Reta harus segera ambil tindakan. Kasihan lho, dengan Mayla. Percuma juga nikah dengan orang kaya, banyak harta, tapi hati Mayla tidak bahagia." Jeng Betari mengompori.

Reta kesal dengan ucapan teman-temannya. Tidak mungkin menantunya memiliki wanita lain. Sebagai wanita yang cinta akan kemewahan, dia tidak rela jika tambang emasnya menghilang.

Mayla, adalah putri yang tidak pernah dicintainya, kelahirannya telah menghambat impian masa mudanya. Sebagai ibu, ia tidak pernah memberikan Mayla banyak cinta. Gadis itu lahir tanpa mendapat kasih sayang ibunya. Dia tumbuh menjadi gadis pendiam, namun memiliki kecantikan yang menawan karena mewarisi kecantikannya. Ketika dewasa, Mayla dipaksa menikah dengan putra dari sahabatnya. Sedang bagi dirinya, Mayla adalah tambang emasnya yang bisa menghasilkan banyak uang. Mayla menolak ketika tahu dirinya dijodohkan dengan Haga, tapi akhirnya gadis itu tidak menerimanya dengan terpaksa.

"Permisi, saya harus pulang!" Reta sudah tidak tahan lagi dengan komentar teman-temannya. Mereka adalah orang yang paling sok tahu dengan kehidupan orang lain. Ia semua gara-gara Naya, yang asal saja bicara tanpa bukti. Mana mungkin ia bakal percaya, jika tidak melihat bukti perselingkuhan itu dengan matanya sendiri.

Ketika sudah sampai di mobil, ada suara pesan masuk ke ponselnya.

Sorry ya Jeng, kalau kamu nggak suka dengan apa yang aku katakan tadi. Tapi, aku nggak bohong dengan yang aku katakan. Aku punya buktinya.

Naya mengirimkan sebuah gambar. Sebenarnya gambar itu tidak menjelaskan bahwa Haga memiliki hubungan. Foto yang diambil lebih menyorot pada Haga saja, sedang si perempunnya memunggungi kamera. Tatapan Haga juga biasa. Tetapi Entah mengapa Reta mulai terpengaruh. Ia takut posisi putrinya akan tergeser, dan hal itu akan berpengaruh pada pemasukannya. Ini semua pasti karena salah Mayla, yang tidak becus menarik Haga. Putrinya yang serupa patung cantik, memang akan sangat membosankan. Secantik apapun patung, tetap saja membosankan meskipun didandani dengan barang branded. Laki-laki saat ini, terutama yang banyak duit suka perempuan cantik, menarik, dan juga genit, begitu menurut pemikirannya.

Jika sampai terjadi penceraian, awas saja, ia nggak bakal biarkan hidup putrinya tenang. Wanita hedon yang sangat gila harta itu benar-benar tidak rela, jika sampai Haga menendang putrinya. Hari ini juga, ia harus menemui putrinya.

Rumah megah itu, terlihat sunyi seperti tidak ada kehidupan ketika Reta datang. Reta harus beradu mulut dengan satpam, karena penjaga rumah putrinya itu mengatakan, kalau Mayla tidak ada di rumah selama Empat hari ini, tapi Reta tetap memaksa masuk ke dalam rumah.

Apa salahnya kalau ia ingin beristirahat sebentar di rumah putrinya. Ia butuh menenangkan diri, sambil minum juice lemon kalau bisa. Namun, ketika masuk ke dalam rumah, pemandangan tidak pantas mengotori matanya. Pantas saja satpam bersikeras melarangnya masuk. Reta terhuyung, ia berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya, dan menahan diri agar ia tidak mengeluarkan suara. Poto yang dikirim Naya, bukan sebuah kebenaran. Wanita itu pasti sudah mengarang cerita.

Saat kesadarannya telah pulih, ia segera melakukan sesuatu, sebelum kedua manusia itu menyadari kedatangannya, ia memvidiokan adegan dua pasangan haram itu. Ia akan mengambil keuntungan dari kejadian ini, untuk memeras Haga. Masa bodoh dengan perasaan putrinya yang telah dikhianati. Uang dan uang, itulah yang selalu ada dalam pikirannya. []

Menghalau Serpihan LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang