Chapter 7

653 136 22
                                    

"Aku nggak mampir ke rumahmu ya, May? Aku harus buru-buru pulang," ujar Dara yang hanya bisa mengantarkan Mayla sampai depan gerbang rumahnya.

"Iya nggak apa-apa Ra, makasih, ya, sudah di anterin pulang." Mayla berterimakasih karena Dara yang sudah bersedia mengantarkannya pulang dari rumah sakit.

Pak Bambang yang bertugas sebagai security membukakan pintu gerbang, ketika melihat Mayla datang, dan dia bilang kalau hari ini, asisten yang ada di rumah pada diliburkan.

"Kenapa diliburkan, Pak?" tanya Mayla penasaran.

"Nggak tahu, Bu. Bapak tidak ngomong apa-apa sama saya."

Mayla tidak banyak bertanyan lagi, ia segera masuk ke dalam rumah. Rumah yang bergaya Mediterania ini sangat sepi ketika Mayla datang. Seperti tidak ada kehidupan. Tubuh Mayla langsung membeku, saat langkah kakinya memasuki ruang keluarga, di sana ada Haga, sedang duduk berdempetan dengan laki-laki yang Mayla kenal, tangan mereka saling berpegangan. Ketika melihat kedatangan Mayla, Haga langsung melepaskan pegangannya, dia tampak terkejut melihat gadis serupa patung hidup itu muncul tiba-tiba.

"Eh, kamu sudah datang, dari mana saja tiga hari kemarin? Kata Pak Bambang, kamu keluar bareng teman-teman kamu," ujar Haga.

Mayla memutar bola mata malas, ia benar-benar muak melihat kedua pasangan ini ada di rumah. Haga sudah terang-terangan memperlihatkan hubungan terlarangnya. Pulang dari rumah sakit, ia ingin beristirahat, dan membutuhkan suasana yang tenang, tapi dengan melihat mereka, mendadak suasana hatinya memburuk.

"Bukan urusan kamu, aku mau kemana juga!" jawab Mayla jutek.

Haga langsung terdiam, mendengar jawaban Mayla yang tidak ramah.

"Beb, aku nggak dikenalin sama istri kamu," ujar Michael, yang mendadak terlihat menyebalkan di mata Mayla.

"Oh, iya, Mayla, kenalkan ini temanku. Dia bakal menginap di sini selama dua hari. Jadi, tolong kamu bersikap baik kepadanya."

Michael menyodorkan tangannya, berniat mengajak bersalaman.

Mayla dengan ogah-ogahan menerima jabatan tangan Michael, setelah itu segera melepaskannya.

Laki-laki kemayu itu akan menginap di rumahnya, kepala Mayla mendadak pening, dan yang sangat menyebalkan bagi Mayla, Michel terang-terangan memperlihatkan kemesraannya, membuat ia jengah. Mana ada teman, tapi perlakuannya seperti pada sepasang kekasih. Tiba-tiba ia merasa mual. Baru kali ini dalam hidupnya, ia merasa sangat jijik pada seseorang.

"Aku mau mandi dulu, kamu silakan mengobrol dengan temanku." Haga bangikit dari duduknya, meninggalkan Mayla dan Michael berada dalam satu ruangan yang sama.

Setelah Haga pergi, kelakuan Michael pun makin menjadi, dia menghina Mayla sebagai perempuan yang tidak becus merawat suami. Dengan mengatakan kalau Haga makin kurus setelah menikah dengannya. Sedangkan saat belum menikah, Michael sangat perhatian. Memperhatikan jadwal makannya, memasak makanan kesukaannya, dan mengurusi urusan lainnya.

Mendengar penuturan Michael, Mayla pingin tertawa jahat, karena menurutnya, apa yang dilakukan Michael, tidak lebih sebagai babu Haga. Tapi Mayla lebih memilih diam, ia malas bikin keributan dengan laki-laki yang memiliki mulut kaya perempuan. Namun, kalau si mulut lemes ini, sudah keterlaluan, ia akan melawannya.

"Kamu juga kaya patung. Diajak ngomong malah diam saja. Pasti Haga bosan hidup sama kamu."

'Apa sih maunya laki-laki kemayu itu?!' Geram Mayla dalam hati.

Mayla memilih bangkit, berjalan ke dapur, ia mendadak lapar dan butuh energi untuk menghadapi Michael.

"Biar aku yang memasak. Untuk makan Haga, aku yang menyiapkannya." Michael menyusul Malya ke dapur.

Menghalau Serpihan LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang