Chapter 05

2 0 0
                                    

Sepertinya aku terlalu banyak duduk di kursi belajar ku ini. Karena lukaku yang sudah mulai hilang sebaiknya aku melatih seberapa benar penelitian sihir yang ada di dalam buku yang kubaca. Sihir di dunia ini juga terdiri dari berbagai atribut seperti yang ada di dalam manga atau anime. Air, udara, tanah, api, cahaya, dan kegelapan adalah atribut dasar dari segala jenis sihir. Sebenarnya ada atribut lanjutan yang memerlukan penggabungan dari dua atau tiga atribut seperti sihir es, tanaman, dan listrik. Dan satu lagi atribut yang tidak banyak di ketat dan sulit diteliti, yaitu sihir kehampaan.

Dari semua buku sihir yang kubaca hanya ada satu halaman yang menjelaskan tentang sihir hampa. Itupun hanya menjelaskan tentang daya rusak yang diakibatkan dari sihir ini, bukan cara penggunaanya. Aku terus memikirkan bagaimana sihir ini terbentuk, dan tanpa kusadari aku sudah berjalan sampai ke daerah latihan Prajurit.

"Selamat pagi pangeran Leo, apa yang membuat anda menuju ke tempat kotor seperti ini? " Pertanyaan itu  mengejutkanku dan menghilangkan semua teori yang kupikirkan tadi.
"Selamat pagi Arlen, aku kemari untuk meregangkan tubuhku karena terlalu banyak berdiam diri di meja belajar" Aku seperti de javu melihat ekspresi dari jendral Arlen. Itu adalah ekspresi tidak percaya yang dibuat orang saat pertama kali berbicara kepadaku saat aku mulai berubah.
"Maaf kalau saya kurang sopan, apakah anda benar-benar pangeran Leo? " Yah, pertanyaan ini telah terulang kembali. Aku sudah mulai bosan dengan pertanyaan ini.
"Aku hanya berubah sedikit Arlen, perubahan sikap ini kulakukan untuk kepentinganku di masa depan nanti" Kali ini aku serius menjawab pertanyaan ini. Selain karena ia adalah jendral, Arlen adalah salah satu orang yang selalu mendukung keberadaan Leo. Entah kenapa dia sudah seperti ayah kedua bagi sosok Leo.
"Akhirnya..... Pangeran Leo memikirkan tentang masa depannya, saya sanget terharu mendengar perkataan yang mulia" Arlen benar-benar menangis aku berkata seperti ini. Ini seperti seorang ayah yang menangis bahagia atas keberhasilan anaknya.
"Berhentilah merasa sedih, aku kemari untuk olahraga dan melihat kau membuatku melihat pemandangan ini" Jawabku dengan malu-malu.
"Maafkan, hamba. Jadi siapa yang ingin kau lawan hari ini, pangeran" Arlen bertanya dengan wajah yang serius di matanya.

"Aku menantangmu Arlen, aku ingin lebih banyak bergantung kepada fisik dari pada sihir ketika aku bertarung jarak dekat" Aku membalasnya dengan serius.
"Kalau begitu pelatihan dan ajaranku tidak akan mudah, yang mulia" Arlen mengatakan itu dengan pandangan lurus ke arah mataku.
"Mohon sedikit lembut kepadaku... " Jawabku sedikit bercanda.

My Second Life as a PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang