CHAPTER 5

414 22 0
                                    

Apresiasi cerita ini dengan memberikan vote and comment:)

Selamat membaca:)

Ethel tersentak kala mendapati Luna berdiri di depan rumahnya dengan kedua bola mata berkaca-kaca. Setelah kematian Alexa, Luna kelihatan lebih tegar bahkan wanita itu tidak pernah menunjukan kesedihan-nya pada orang lain. Tapi sekarang semua itu rasanya sudah hancur tidak tersisa.

"Astaga ada apa denganmu, Luna?" tanya Ethel panik, segera merengkuh tubuh Luna seerat mungkin. Isak tangis Luna seolah tak dapat di bendung seperti hujan. Bukan karena pria brengsek itu ia menangis, tapi rasa sakit yang terpendam di hatinya seperti bom waktu-yang akhirnya meledak dalam waktu yang sama.

"Masuklah, tidak enak di lihat orang." Luna memasuki ruangan yang di dominasi warna putih itu. Ethel menuntut Luna agar duduk di sofa kemudian memberikan segelas air.

"Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau menangis?" tanya Ethel. Luna terdiam beberapa saat seraya menelan salivanya susah payah.

"Aku sudah membunuhnya Eth," kata Luna menghembuskan nafas lemah.

"Siapa? Siapa yang kau bunuh?" tanya Ethel lekat.

"Bajingan yang sudah membunuh Alexa, putra keluarga Velazquez" jawab Luna tertunduk lesu.

Kedua bola mata Ethel membulat sempurna. Tubuhnya bergetar dan juga badan melemas seketika. Keduanya tahu jika sahabat mereka-Alexa sudah dibunuh dan diperkosa. Itu seperti tamparan keras bagi Ethel dan Luna. Berbulan-bulan mereka menyelidiki kasus ini tanpa titik terang. Ethel hanya bisa mengikhlaskan kepergian Alexa, karena polisi mengatakan jika mereka tidak mendapat bukti apa pun mengenai kematian Alexa. Tapi apa yang di katakan Luna tadi? Ia membunuh- pembunuh Alexa?

"Apa yang kau katakan, huh?" Ethel tertunduk namun sesaat kemudian matanya berkilat meminta penjelasan dari Luna. Giginya bergemelutuk mencengkram bahu Luna.

"Maaf aku berbohong padamu jika aku tidak tahu siapa pembunuh Alexa. Ethel, percayalah aku tidak bisa membawaku kedalam lembah bahaya ini bersamaku. Setelah berbulan-bulan menyelidikinya, akhirnya aku menemukan jawaban-nya. Bryan Velazquez yang sudah membunuh Alexa. Dia... Dia pria yang sama-yang sudah meminta nomor ponselku. Itu hanya jebakanku," jelas Luna panjang lebar.

Ya, Luna sengaja melakukan drama ini hanya untuk menjebak Bryan. Persetan dengan polisi atau hukum. Dulu orang tuanya di perlakukan dengan sama. Luna mengambil jalan pintas dengan meminta bantuan anak buahnya menyelidiki kasus ini. Luna sama sekali tidak mengatahui dengan siapa Alexa pergi malam itu. Namun, setelah mengetahui pembunuh Alexa, Luna memutuskan menjebak Bryan dan akan membunuh bajingan itu dengan tangan-nya.

"Luna, rasanya aku ingin menjambakmu detik ini juga. Kau tahu kenapa aku marah mendengar ini? Karena kau tidak memberitahuku dan membunuh bajingan itu sendiri!" pekik Ethel mengepal kuat.

Kedua nya bersitatap mencoba membaca raut wajah yang sudah terlanjut terselimuti amarah. Ethel tidak tahu harus mengatai Luna bodoh atau kelewat pintar. Semua orang tahu jika keluarga Velazquez sangat berpengaruh. Pantas saja kasus Alexa seperti di telan bumi tanpa kelanjutan pasti. Ethel tidak bisa membiarkan keluarga itu membunuh Luna setelah tahu jika Luna sudah membunuh putra mereka.

"Aku akan berkemas dan kita akan pergi dari negara ini. Kau mengerti?"

Ethel berlari mengambil koper dan mengisi beberapa pakaian-nya. Namun Luna menggeleng cepat lantas mencengkram lengan Ethel agar berhenti melakukan hal sia-sia. "Kau tidak perlu berkemas. Kita tidak akan kemana-mana. Jangan berlari layaknya pecundang Ethel, aku tidak akan pergi kemana pun. Jika mereka mau, mereka tetap akan mengejar kita sampai keliling dunia," kata Luna parau.

Ethel menggeram menjambak rambutnya frustrasi. "Lalu aku harus bagaimana huh? Membiarkan kau mati di antara para bajingan itu?"

Luna menggeleng. "Mereka tidak akan membunuhku."

"Dari mana kau tahu? Tidak ada yang bisa menjamin jika keluarga itu akan melepaskanmu Luna. Bahkan dirimu sendiri!" Ethel tidak perduli. Perempuan itu kembali memasuk-kan pakaian-nya ke dalam koper.

"Tapi aku harus melakukan ini Eth. Kau ingat saat Alexa mengatakan jika menjadi pengecut hanya akan membawa kita ke dalam ketakutan. Jika hari ini aku berhasil membunuh pria brengsek itu, maka aku akan kembali menghabisi mereka semua," kata Luna tak menyerah.

"Kau memang sudah tidak waras Luna. Kau mulai kehilangan akal demi melakukan hal yang tidak ada gunanya. Sadarlah, Alexa sudah tiada!" desis Ethel geram. Terakhir perempuan itu menyimpan pistolnya di koper.

"Kumohon jangan pergi kemana pun Eth," lirih Luna tertunduk.

Ethel memejamkan matanya seraya menghembuskan nafas lemah. "Aku tahu aku dan kau saat ini memang tengah di selimuti kesedihan setelah Alexa meninggal. Tapi apakah kau tidak berpikir untuk mengatakan hal ini padaku Luna? 10 tahun aku bersamamu. Untuk hal sebesar ini kau justru menutupnya dariku. Persetan dengan keluarga itu, aku bersyukur karena pria brengsek itu sudah mendapat hukuman-nya. Tapi nyawamu sedang dalam bahaya. Walau bagaimana pun aku akan terus bersamamu."

"Thank you Eth, aku akan berusaha melindungi diriku. Beri aku waktu, hm?" seru Luna memeluk Ethel.

"Baiklah, sekarang katakan apa yang harus kita lakukan?" tanya Ethel menatap Luna lekat-lekat.

The Dangerous JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang