12 | Atwang

1.7K 318 30
                                    

12 | Atwang
Malu atau Segan



***



Jakarta, 20 Mei 2020

Setelah beberapa bulan saling mengenal, Putra jujur mengenai beberapa hal kepada Putri. Salah satunya adalah mengenai dirinya yang kerap muncul di dalam mimpi gadis itu sebagai pemanasan agar Putri tidak terlalu kaget jika ia menampakkan wujudnya. Namun, semuanya agak sia-sia karena Putri amat ketakutan ketika melihat sosoknya di tengah malam waktu itu. Bahkan, gadis itu mengira sosok Putra adalah wujud gaib dari Hayam Wuruk yang telah lama berpulang. Begitu lucu, pikir Putra.

Kali ini, sang yuwaraja yang tak ada kegiatan mencoba mendapatkan perhatian Putri.

"Putra, jangan isengin aku dong!"

Teriakan itu menggelegar ke seluruh penjuru ruangan. Untung saja kamar Putri cukup kedap suara, sehingga keluarganya tidak akan mendengar suara cetar membahananya. Gadis itu merasa terganggu dengan Putra yang duduk di dekat jendela terus menerus menjatuhkan barang-barangnya padahal di Rabu sore yang indah ini, ia hanya ingin berdiam diri di depan laptop dan menonton serial Netflix yang ditunggunya. Mendekati hari raya, Putri merasa bebas karena tidak ada pelajaran dan tugas sama sekali dalam beberapa minggu. Inilah kesempatannya untuk memanjakan diri.

"Kamu masih ingat ucapanku bulan lalu, 'kan?" tanya Putra ketika merasa perhatian Putri pada layar laptopnya kini beralih menatap sosok itu sepenuhnya. Masih merasa kesal, Putri bangkit dan memunguti boneka-boneka yang tergeletak secara naas di lantai kamar.

"Tentang apa? Kamu ngomongin banyak hal."

"Waktu kamu tanya tentang selirnya Hayam Wuruk, aku tahu orang yang bisa mengenalkanmu padanya. Tapi, kamu mau atau tidak menghubunginya duluan?"

Putri terdiam beberapa saat, bimbang memutuskan antara melanjutkan kegiatannya atau mendengarkan Putra. Dirasa penasarannya lebih besar, gadis itu memilih terduduk di atas ranjang dan meminta sang yuwaraja tak kasat mata untuk berbicara. "Kamu yakin orang itu benar-benar kenal sama selirnya Hayam Wuruk?"

"Belum kenal, sih. Dia tahu selirnya Hayam Wuruk, tapi aku minta kamu untuk tidak menanyakan hal tersebut karena saat ini dia belum sadar," jawab Putra sembari menyuruh Putri untuk membuka Instagramnya dan mencari akun media sosial orang yang katanya tahu tentang selirnya Hayam Wuruk.

"Kak Sista Sarkara?" tanya Putri dengan wajah penuh keterkejutan ketika menyadari nama akun yang disebutkan oleh Putra. Gadis itu terdiam memandangi Putra dan menanyakan apa lelaki itu bercanda di dalam hati. Sosok lelaki itu langsung tersenyum masam begitu membaca pikiran Putri.

"Mana mungkin aku bercanda. Ini serius. Kalau tidak percaya, ya sudah."

Putri menggelengkan kepalanya dan menodong penjaganya dengan pertanyaan dan ancaman. "Bukan begitu. Kak Sista Sarkara memang ada hubungannya sama Majapahit, ya? Heh, ayo jelaskan hubungan kalian."

"Kalau tentang ada hubungannya sama Majapahit atau tidak, no comment. Aku sama Sista Sarkara tidak ada hubungan apa-apa, 'kan, sudah dibilang dia lumayan terkenal di kalangan makhluk sebangsaku."

"Enggak mungkin ya kalau tiba-tiba terkenal. Pasti ada oknum sebangsamu yang nyebarin kalau dia nulis tentang Majapahit. Siapa sih yang nyebarin? Apa ayahandamu juga tahu tentang Sista Sarkara?" tanya Putri lagi. Ia masih tak percaya jika penulis itu dikenal oleh makhluk-makhluk tak kasat mata. Namun, tak apalah jika sang author dikenal karena karyanya, bukan karena sensasi.

PratiwimbaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang