#AuthorPov
Pria berusia 26 tahun itu menatap lekat kedua sahabatnya dengan jengah. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran, bagaimana bisa Lucas serta Ain kompak menggulingkan Tuan Raspaki tanpa meminta pendapatnya.
"Kayanya kau sudah tidak memerlukanku untuk menjadi sekretarismu," ucap Claude sembari mengusap rambutnya dengan frustasi. Lucas tak acuh dan memilih berfokus pada laptopnya.
"Saya kan sudah menyuruhmu untuk menginjak serangga itu. Performa kerjamu sepertinya menurun akhir-akhir ini, gajimu terlalu besar?" tungkas Luke tanpa ekspresi yang membuat Claude makin memanas. Sedangkan Ain terkekeh kecil melihat perdebatan kedua sahabatnya itu.
Setelah meledaknya amarah Lucas di pesta itu, Ain juga terkena amukan amarah oleh Clara. Bahkan wanita itu mengancam suaminya jikalau tak menghancurkan Keluarga Raspaki akan melayangkan surat cerai. Clara sangat khawatir pada Olivia dan sangat merasa marah pada keluarga itu yang sudah berani menghina sahabat-sahabatnya.
Mau tak mau Ain ikut menarik semua sahahamnya di RP Company. Tak tanggung-tanggung, pria itu dan juga Lucas mempublikasikan segala skandal yang disembunyikan rapat-tapat oleh RP Company.
Ain juga tak habis pikir, Tuan Raspaki punya keberanian sebesar apa hingga berani mengusik Lucas yang selama ini menghormatinya.
"Luke, Olivia akan melakukan injeksi hari ini. Kau benar-benar tak ingin menemaninya?" Ain ikut melihat Lucas menanti jawaban dari pria itu. Dua pria ini tak terlalu berharap, karena mereka sudah cukup hafal dengan sifat Lucas yang enggan menjawab pertanyaan yang dirasa tak perlu.
"Sudahlah Claude. Jangan membuang-buang tenaga. Apa perlu kuhubungi Clara ya untuk menemani Oliv?" Claude mengangguk setuju atas penawaran Ain, tapi tak lama ponsel Ain direbut paksa oleh seseorang.
Siapa lagi kalau bukan Lucas. "Saya saja. Ini kesempatan bagus untuk menaikkan pamor saya. Jam berapa wanita itu melakukannya?" Claude maupun Ain tak bisa menjawab ataupun merespon. Sikap dingin dan aneh Lucas tak pernah bisa mereka normalisasikan bahkan sudah bertahun-tahun berteman.
"Mereka sedang di jalan. Kuharap kau tidak ikut salah kaprah juga. Bayimu bukan cacat. Hanya saja mencegah suatu hal buruk terjadi, maka dari itu perlu injeksi," jelas Claude sembari mengambilkan Lucas ponsel serta dompet pria itu.
Lucas berdecak kesal dirasa Claude seperti meremehkan kemampuan analisisnya. "Saya tidak bodoh Claude. Apa hasil dari penyelidikanmu?"
"Temani Olvia terlebih dahulu. Segala laporan akan sampai di tanganmu jika sudah terkumpulkan." Pria bermarga Diedrich itu segera menuju lantai dasar setelah meminta Bams agar menyiapakan satu mobil untuknya.
Mobil mewah keluarah perusahaan otomotif ternama di dunia itu sudah berada di depan pintu masuk utama Boleoti Company. Segera Lucas masuk ke dalam jok kemudi dan menancap gas meninggalkan perusahaan miliknya. Selama di perjalanan, tak ada musik, radio, ataupun hal lainnya yang bisa menemaninya dalam berkendara. Pria berusia 29 tahun itu cenderung menyukai keheningan dan kedamaian.
Tak perlu waktu lama hingga tiba di sebuah rumah sakit besar yang menjadi tempat untuk istrinya memeriksakan kandungan selama ini. Seisi rumah sakit tentu dibuat heboh akan kehadiran seorang pembisnis sukses dan tersohor berada di poliklinik kandungan.
"Siang Tuan Diedrich. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Direktur Utama rumah sakit ini dengan tergesa-gesa datang setelah mendengar kehadiran 'Si Tiran Diedrich' di rumah sakitnya.
"Istri saya dirawat dimana?"
"Nyonya? Ka-kapan nyonya dirawat?" Lucas menghentikkan langkahnya dan menatap Dirut itu dengan dingin.
"Anda menyambut saya, tapi tidak dengan istri saya?" Selama ini kabar mengenai Nyonya Diedrich yang melakukan pemeriksaan di rumah sakit ini selalu ia dengar. Tapi ia memilih abai karena ia merasa jika nyonya yang digadang-gadang sebagai kesayangan 'Si Tiran Diedrich' hanyalah rumor belaka.
"Ti-tidak tuan. Kami selalu memberikan yang terbaik untuk nyonya. Bahkan akses VVIP hingga nyonya tak perlu mengantri seperti pasien lainnya. Nyo-nyonya ada di-" Dirut itu melirik asistennya berharap mendapatkan clue dimana Nyonya Diedrich itu sedang dirawat. Namun hasilnya nihil
"Membuang waktu saja." jengah Lucas yang melanjutkan langkahnya sembari menghubungi Claude. Namun, ia urungkan saat melihat seorang wanita hamil yang sangat ia kenali sedang duduk di sudut ruang tunggu.
"Layanan VVIP apa yang membuat istri saya berada di sudut ruangan, bedeb*h?" maki Lucas sebelum menghampiri Olivia. Tampak wanita itu sedang menyender sembari menutup matanya, seperti menenangkan diri.
"Bangunlah." titah Lucas dengan nada dinginnya. Olivia yang sedang menghilangkan rasa gugupnya mendongak. Wanita itu terkejut mendapati Lucas yang kini berada tepat di hadapannya.
"Luke? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Olivia dengan gugup. Lucas tak menjawab dan memilih membantu Olivia untuk berdiri.
"Kau adalah Nyonya Diedrich, tak sepantasnya ikut mengantri seperti orang biasa ini."
Berakhirlah kini Olivia di dalam sebuah ruangan mewah, berdua dengan Lucas. Pria itu sedari masuk ruangan hingga dua jam berlalu masih terfokus pada tab miliknya. Sedangkan Olivia serasa mati bosan hanya diam di atas bed-nya.
"Luke? Apa kau datang untuk memastikan bayimu cacat atau tidak?" Olivia memberanikan diri bertanya hal yang sedari tadi menghantui pikirannya. Lucas bergeming dan kini memusatkan atensinya pada Olivia.
"Kau ataupun Claude benar-benar menyebalkan. Tidurlah. Rose akan membunuh saya jika kau tidak istirahat dengan baik hari ini." Olivia terkekeh saat ingat Rose yang menarik kerah baju Lucas dan memperingati Lucas tepat di telinga pria itu.
"Saya baik-baik saja jika pulang saat ini. Tak perlu menginap Luke."
"Saya tak perlu pendapatmu untuk hal itu." Olivia menghela napas kesal. Ini akan menjadi hari yang sangat membosankan.
Setelah itu, sepanjang hari Olivia habiskan dengan tidur. Entah kenapa setelah berdebat kecil dengan Lucas ia merasa sangat lelah dan mengantuk. Bahkan ia melewatkan makan siangnya hingga saat terbangun ia sangat lapar.
Saat terbangun, sudah ada Claude disana yang sedang berdiskusi perihal sesuatu dengan Lucas. Olivia tak acuh dan memilih fokus dengan makanannya.
"Nyonya Diedrich, bagaimana kondisimu?" tanya Claude setelah menyadari Olivia sudah terbangun. Yang ditanya hanya mengangguk tanpa mengalihkan fokusnya dari makanan.
"Olivia. Makanlah yang banyak. Tak ada yang akan merebutnya darimu," celetuk Claude yang membuat si lawan bicara menatapnya kesal.
"Saya belum makan siang, Claude. Saya makan untuk berdua!" elak Olivia. Claude terkekeh setelah berhasil membuat kesal wanita hamil itu.
"Iya-iya. Aku tau bayi Diedrich pasti memiliki porsi makan yang besar." Tawa Claude pecah saat mendapat tatapan kesal lagi bukan hanya dari Olivia saja, Lucas bahkan kini menatapnya dengan intens.
Claude sendiri tak tau apa motif sebenarnya Lucas ingin menemani Olivia. Ia tak yakin hanya untuk pamor. Jika iya, bukankah harusnya sudah dilakukan sejak pertama kali Olivia memeriksakan kandungan?
Walau sudah berteman bertahun-tahun, baik Claude ataupun Ain masih sulit mengetahui isi pikiran Lucas yang cenderung di luar nalar. Tapi sebagai gantinya, mereka akan berusaha mencegah Lucas melakukan hal-hal diluar.
Terima kasih,
Ga perlu kasih bintang deh, setia baca ini sampe habis terus kasih komentar aja udah seneng banget :)
Untuk part selanjutnya, kalau ga sabaran, bisa cek akun karyakarsaku,
Username : queen22
![](https://img.wattpad.com/cover/286288983-288-k634496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tyrant Husband
RomanceCover dan Foto Lainnya bersumber dari Pinterest!! Hitam di atas putih menjadi simbol ikatan kami. Tak ada janji suci, tak ada resepsi. Banyak gunjingan yang hanya mengarah padaku. Ya, hanya padaku. Aku terus menerus dicemooh dan dihina, namun tak se...