#AuthorPov
Maya, Ketua maid mansion milik Lucas. Wanita paruh baya itu menghampiri nyonya dari istana megah ini. Nyonya yang ia sudah anggap seperti putri kandungnya. Olivia melangkah keluar dari mobil dengan mata yang sembab.
"Livia, ada apa nak? Kenapa menangis nak? Apa ada suatu hal buruk terjadi?" tanya Maya perlahan sembari menuntun Olivia menaiki tangga teras. Wanita muda itu tak menjawab. Bibirnya terlalu kelu untuk mengutarakan apa yang terjadi.
"Saya hanya lelah Bu," jawab Olivia seadanya. Maya mengurungkan niatnya bertanya lagi. Di ruang tengah, sudah ada Lucas, Claude, dan juga Ain yang sedang berbincang.
Perbincangan ketiga pria itu terputus saat Maya melewati mereka sembari memapah Olivia. Claude beringsut dari duduknya lalu menghampiri dua wanita berbeda usia itu.
"Nyonya? Apa anda baik-baik saja?" Olivia tak menjawab, sedangkan Maya memberi kode agar tutup mulut terlebih dahulu.
"Lea. Buatkan teh hangat untuk nyonya!" tungkas Maya kepada salah satu maid yang ada di sana.
Claude hendak membantu memapah Olivia, namun intrupsi Lucas menghentikkannya. "Kembali duduk, Claude!" Maya menyikut Claude agar mengikuti titah Lucas. Mau tak mau pria itu kembali bergabung dengan sahabat-sahabatnya.
Ain melirik Claude dan Lucas bergantian. "Apa salahnya bung?" Ain dilanda rasa penasaran dengan alasan Lucas tak menyutujui perbuatan Claude.
"Sudah ada Ibu yang membantunya. Sudah biasa wanita itu mengemis belas kasih," jawab Lucas dengan entengnya. Claude memutar bola matanya malas.
Pria itu jadi teringat saat ia menemukan Olivia menangis di bawah tangga setelah di caci maki habis-habisan oleh Lucas. Hanya karena sang istri ingin memanggil nama pena sang suami, ia harus mendapatkan makian.
Wajar Olivia semakin lama semakin rapuh, wanita itu harus menghadapi sikap Lucas yang bak tak punya hati nurani. Serta, Olivia tak bisa memutuskan apapun untuk kehidupannya. Semua atas kendali Lucas.
"Luke, Aku akan menghubungi Dokter Rose untuk mengetahui apa yang terjadi," ucap Claude. Yang diajak bicara tak acuh, sedangkan Ain memberi kode agar Claude tetap melanjutkan keputusannya.
Claude beranjak menjauh agar tak mengganggu Lucas. Cukup lama sampai pria itu kembali dengan keadaan cemas.
"Anakmu dalam bahaya Luke!" ujar Claude dengan gusar. Lucas menaikkan sebelah alisnya, ia sedikit tertarik dengan pembicaraan ini.
"Hasil cek darah tadi menunjukkan rhesus yang dimiliki istrimu berbeda dengan anakmu. Jika dibiarkan, saat bulannya sesuatu bisa terjadi pada istrimu ataupun bayimu," jelas Claude. Lucas mendengus, dan melenggang begitu saja meninggalkan kedua sahabatnya di ruang tengah.
Kematian bayi itu bukankah bisa menyebabkan kegaduhan tak berdasar?,batin Lucas sembari melangkahkan kakinya menuju kamar sang istri. Ia berpapasan dengan Maya yang menampilkan wajah sendu.
"Tuan. Jikalau ingin membentak nyonya, tunda dahulu. Nyonya tidak sedang ba-" Maya menghentikkan ucapannya karena Lucas tebal telinga, pria itu tetap memasuki kamar Olivia.
Akan tetapi, ia tak menemukan siapapun di dalam kamar bertemakan sama dengan ruang kerjanya itu. Lucas mengedarkan pandangannya dan pendengarannya mendengar sayup-sayup suara tangis dari arah walk in closet.
Kaki jenjangnya menarik langkah mendekati ruangan itu. Suaranya kini kian mengeras seiring tubuhnya yang kian mengikis jarak dengan asal suara.
"Tuhan kenapa engkau membuat hambamu ini menanggung beban yang begitu berat. Hamba tak sanggup Tuhan harus kehilangan lagi ... hiks ... Bayi ini harapan satu-satunya untuk hamba bertahan di rumah ini. Kenapa harus hamba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tyrant Husband
РомантикаCover dan Foto Lainnya bersumber dari Pinterest!! Hitam di atas putih menjadi simbol ikatan kami. Tak ada janji suci, tak ada resepsi. Banyak gunjingan yang hanya mengarah padaku. Ya, hanya padaku. Aku terus menerus dicemooh dan dihina, namun tak se...