#OliviaPov
Satu minggu setelah melakukan injeksi, jadwalku sebagai Nyonya Diedrich sangat padat. Banyak acara yang mengaharuskan Luke pergi dengan pasangannya.
Komitmen adalah yang patut kusyukuri menjadi partner kontraknya. Luke sudah mengatakan tak akan berhubungan dengan wanita lain selain diriku. Bahkan dirinya mengatakan tak sudi.Claude sendiri yang mengkonfirmasi sejak awal bahwa Luke adalah tipe pria yang tak begitu tertarik pada s*x ataupun kencan satu malam. Di bar pun, Luke akan menyewa satu meja dan sekelilingnya agar tak ada ja*ang yang mencoba mendekati dirinya.
Kini, sama seperti kondisiku saat mempersiapkan diri menghadiri sebuah pertemuan. Aku sedang di dandani Ibu Maya. Beliau yang senantiasa merawat dan menemaniku sejak aku masuk ke dalam rumah ini.
"Livia, ingat untuk tidak mengkonsumsi dessert terlalu banyak. Memang bayimu besar karena gen dari Luke. Tapi, Rose sudah berpesan ke Ibu agar memperhatikan gula yang kamu konsumsi. Mengerti?" Aku serta beberapa maid tertawa kecil.
"Nyonya, saya benar-benar tidak sabar ada tangisan dan rengekek kecil yang akan mewarnai rumah ini," ucap salah satu maid dengan antusias. Aku melirik melalui cermin meja riasku.
"Benar, saya juga. Kurang lebih sembilan minggu lagi. Oh ya, apakah Luke sudah selesai bersiap?" Luke dan aku memiliki walk in closet serta meja rias di ruang yang berbeda. Aku di kamarku sedangkan Luke di kamarnya.
Kamar Luke sebenarnya sangat luas. Bahkan barang-barangku cukup jika hanya disisihkan sedikit space. Hanya memang karena hubungan kami tak seharmonis itu untuk menempatkan barang yang sama dalam satu ruang.
"Sudah nyonya. Bahkan tuan baru saja menanyakan bagaimana persiapan nyonya." Aku mengangguk.
Tak lama akhirnya hair do oleh Ibu Maya. Barulah mereka membantuku memakai gaun yang akan memiliki warna senada dengan Luke. Selalu, tak pernah tidak.
"Nyonya, jika tak nyaman tolong katakan. Bagaimanapun juga kenyamanan nyonya juga berpengaruh pada janinnya," pesan salah satu maid.
Jika membicarakan masalah janin, aku teringat saat Luke menyusulku ke rumah sakit untuk injeksi. Aku tak penah menduga hal itu akan terjadi. Mendengar suara Luke saja membuat aku merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan di hatiku.
Kenapa aku begitu sangat berlebihan menanggapi hal ini? Kilas balik saat pertama kali saat janin ini diketahui berada di dalam rahimku.
#FlashbackOn
Sarapan pagi yang selalu diwarnai keheningan berjalan seperti biasa. Lucas yang menunggu Olivia menyiapkan sarapan sembari membaca email yang masuk, serta Olivia yang sibuk menyiapkan hidangan Lucas.
Tak berbeda juga dengan Claude yang berdiri tak jauh dari Lucas sedang membaca runtutan schedule Lucas hari ini. Sejak menikah, memang yang menata dan menyiapakan kebutuhan Lucas selayaknya istri adalah Olivia. Lucas pun tak menolak ataupun menerima.
"Apakah kondisi Livia sedang tidak baik?" Semua menoleh ke arah Maya. Wanita paruh baya itu mendekati nyonya mudanya dan memperhatikan wajahnya.
"Saya tidak apa ibu. Pucat ya? Saya memang lupa mengenakan make up karena kesiangan. Sudah siap Lucas." Olivia kembali ke tempat duduknya. Sarapan pun dimulai. Namun, baik Maya ataupun Claude menyadari jika Olivia menyisihkan kentang serta jagung yang ada di piringnya.
"Nyonya benar baik-baik saja?" Olivia menoleh ke arah Claude dan membalasnya dengan senyuman.
"Tentu saja. Terima kasih atas kekhawatiranmu, Claude." Setelah sarapan, Lucas dan Olivia berpisah di teras. Mereka menaiki mobil berbeda. Olivia dengan mobil kelas menengahnya dan Lucas dengan mobil mewahnya.
Bukannya Lucas tak mampu, memang Olivia lebih nyaman menaiki yang seperti ini. Karena Olivia sendiri tak memakai sopir pribadi. Dirinya merasa sungkan menggunakan sopir selayaknya 'Nyonya Diedrich' sebenarnya.
Olivia berbohong mengatakan baik-baik saja. Sejak tadi pagi perutnya terasa sangat tidak enak. Sedangkan pusing sudah dirasanya sejak seminggu lalu. Lagi dan lagi ia sungkan mengatakannya, ia sangat takut merepotkan orang-orang sekitarnya.
Dengan perlahan Olivia mengendarai mobilnya, sesekali perempuan itu meremas kemudinya. "Kenapa rasanya pusing sekali?" lirihnya. Belum lagi ia merasa gejolak aneh di perutnya. Olivia memutuskan menepikan kendaraannya.
Tangannya mengambil ponsel dan menghubungi sang sahabat, Anna. Tak perlu waktu lama, nada dering berubah menjadi suara milik Anna.
Anna (V.O.)
"Pagi Olivia, Ada apa?"
Olivia
"Anna, bisakah kamu menyusul saya,"-Olivia menarik napasnya-"saya tak sanggup mengemudi lagi ...."
Anna (V.O.)
"Kamu dimana Liv? Aku akan menyusulmu!"
Olivia
"Saya akan mengirimkan lokasinya. Terima kasih," lirihnya.
Tuut ...
Olivia mematikan sambungannya dan segera mengirimkan lokasi sebelum kesadarannya terenggut sepenuhnya. Tak butuh waktu lama untuk Anna sampai di sebuah mobil yang sudah tak asing lagi baginya sedang terparkir.
Sembari menuju mobil itu, Anna mengabari Claude selaku pria yang memintanya secara pribadi untuk menjaga Nyonya Diedrich ini.
"Aduh Oliv kamu kenapa sih?" lirih Anna sembari mencoba mengintip dalam mobil. Tubuh Olivia bersadar di kemudi. Anna panik dan segera memukul-mukul kaca jendela mobil itu.
Duuk ... Duuk ... Duuk ...!
"OLIVIA! HEI! BANGUNLAH!" Perempuan itu melihat sekelilingnya. Situasi dan kondisinya sekarang tepat seperti adegan di novel ataupun film. Disaat ia membutuhkan bantuan, disaat itulah tak ada seorangpun menolong.
Anna menjambak rambutnya frustasi. "OLIVIA! SADAR! Ada apa denganmu, Hah!" Perempuan itu diam sejenak untuk menjernihkan pikirannya. Namun, pikirannya makin keruh dan sangat berharap agar Claude segera tiba.
Tuhan mengabulkan harapannya. Pria ahli waris Keluarga Mirdad itu tiba dengan sebuah ojek online. Warna wajahnya sangat kusut, dan dipenuhi kekhawatiran.
"Dimana nyonya?" tanyanya tergesa. Anna menunjuk dalam mobil. Segera Claude mengintip ke dalam. Pria itu berdecak kesal. Apa yang terjadi dengan nyonya-nya ini. Mata Anna menangkap ada sebuah batu yang memungkinkan bisa memecahkan kaca jendela.
"Tuan, kau bisa menggunakan ini. Hancurkan kaca mobil jok belakang. Saya akan menghubungi ambulans." Claude meraih batu itu dan menghantamkannya berkali-kali ke kaca mobil. Cukup lama hingga kaca berbahan dasar tempered glass itu pecah. Claude mengulurkan tangannya untuk membuka kunci pintu kemudi.
"Nyonya? Nyonya sadarlah," ucap Claude yang berusaha menyadarkan Olivia. Wajah perempuan itu sungguh pucat. Claude memeriksa lagi kondisi Olivia berharap tidak ada tanda-tanda kekerasan atau terbentur.
"Tuan, ambulans sudah tiba!"
Olivia dilarikan ke rumah sakit terdekat, dengan Anna menemaninya di dalam ambulans. Sedangkan Claude sendiri menggunakan kendaraan Anna. Setelah dilakukan penanganan oleh dokter jaga, Claude selaku wali dipanggil untuk berbicara empat mata mengenai kondisi Olivia.
Dokter tak serta merta menjelaskan kondisinya langsung, melainkan memberitahu untuk merujuk Olivia ke dokter kandungan. Claude langsung menyetujuinya dan mempasrahkan semuanya ke pihak rumah sakit asal demi kebaikan Olivia.
Hari ini adalah hari penuh kejutan. Claude makin tak bisa berkata saat mendengar kabar dari dokter kandungan bahwa Nyonya Diedrich-nya sedang mengandung.
#FlashbackPending
Terima kasih,
Ga perlu kasih bintang deh, setia baca ini sampe habis terus kasih komentar aja udah seneng banget :)
Untuk part selanjutnya, kalau ga sabaran, bisa cek akun karyakarsaku,
Username : queen22
KAMU SEDANG MEMBACA
My Tyrant Husband
RomanceCover dan Foto Lainnya bersumber dari Pinterest!! Hitam di atas putih menjadi simbol ikatan kami. Tak ada janji suci, tak ada resepsi. Banyak gunjingan yang hanya mengarah padaku. Ya, hanya padaku. Aku terus menerus dicemooh dan dihina, namun tak se...