[IX] Small Step Ahead

168 37 6
                                    

Keesokan harinya, suasana di ruang tamu kembali canggung. Bisa dibilang menyerempet tegang. Beberapa menit sebelumnya seorang pria bertubuh kecil ditemani pria bertubuh tinggi tiba di rumah itu. Dan karena itulah suasana jadi seperti sekarang.

Chanhee menatap sosok pria yang kini menatapnya dengan tajam. Meskipun wajah yang dipasang pria itu terlihat garang, oh jangan lupa tangan yang bersedekap di dada. Dia terlihat... Lucu. Mungkin karena tinggi badannya yang... eumm dibawah Chanhee.

"Jadi ini orangnya?" Ucap pria itu datar. Jacob yang berdiri di sebelah Chanhee mengistirahatkan salah satu tangannya di bahu Chanhee.

"Ya." Jawab Jacob singkat.

Pria mungil itu meneliti Chanhee dari atas sampai bawah, seakan dari matanya keluar laser yang tengah meng-scan Chanhee. Chanhee dibuat tak nyaman karenanya.

Apa pria ini membencinya?

Apa dia punya salah pada pria kecil ini?

Keduanya masih terdiam. Hingga akhirnya pria mungil itu buka suara.

"Kau laki-laki?" Tanya pria itu dengan cepat.

Chanhee langsung terkejut. Tak dia sangka itu menjadi kalimat pertama yang keluar.

"Hey Hwanwoong, tak sopan bertanya seperti itu." Tegur Jacob, berusaha menenangkan pria kecil itu. Tapi Hwanwoong justru memberi tatapan tajam kepada Jacob.

"Diam, kak Jacob. Kau sebaiknya pergi dan kembali mendekam saja sana." Sinisnya. "Ingat umur, mentang-mentang penampilan muda berani ngambil langkah begini."

Hwanwoong mengusir Jacob. Terdengar suara Jacob mengaduh pelan dan langsung pamit mundur. Sedangkan pria tinggi di samping Hwanwoong terlihat kalang kabut.

"Woongie, kak Jacob nya jangan dibentak gitu dong." Ucapnya. Alih-alih luluh, pria bernama Hwanwoong justru melemparkan tatapan memicing padanya.

"Kau sebaiknya diam Ravn, atau aku akan meminta Soyeon membakar koleksimu."

Spontan pria tinggi itu langsung menunduk dan mundur perlahan dari tempat itu.

Chanhee melongo melihat apa yang baru saja terjadi. Dia pikir Jacob lah pemimpin di tempat ini. Dan seorang pemimpin itu pasti dihormati kan? Tapi pria kecil ini baru saja mengomeli Jacob? Siapa dia?

"Dan kau." Tatapan tajam pria kecil itu langsung tertuju pada Chanhee.

Chanhee meneguk ludahnya kasar. Entahlah, tapi dia rasa dia tak boleh macam-macam dengan pria di depannya ini.

"Apa yang Selene katakan padamu?"

Chanhee merasa sedikit lega. Untung pertanyaan ini tidak aneh.

"Dia mengatakan bahwa aku seorang Pandora. Dia juga bilang sudah 4 orang Pandora yang gagal memperbaiki kotak." Jelasnya. "Dia juga mengatakan... I'm not welcomed by the immortal?"

Chanhee memberi tahu sejujurnya. Raut serius Hwanwoong tunjukkan. "Ga ada yang lain?"

Chanhee menggeleng pelan. Tiba-tiba dengusan kesal Hwanwoong keluarkan.

"Dasar dewi sembrono dan pelupa. Memang udah tua otaknya. Sudah seharusnya pensiun, cih." Cibir Hwanwoong sambil melangkah mendekati lemari buku.

Chanhee ikut menoleh. Kini Hwanwoong sudah kembali dengan membawa sebuah buku tebal. Chanhee kenal buku itu, buku itu mirip dengan buku yang pernah ia buka.

"Ini adalah kasus pertama dimana seorang laki-laki diutus menjadi Pandora. Dan aku yakin kau pasti tak berasal dari keluarga arcanus."

"Keluarga arcanus?" Beo Chanhee.

The Last PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang