[XVI] West Muota

121 31 5
                                    

"Kita sudah sampai di Muota bagian Barat. Jalannya akan sedikit tak nyaman kedepannya." Ujar Jacob dengan kekehan di akhir kalimat.

Sebuah gerbang batu raksasa menyambut kedatangan Chanhee dan Jacob. Atmosfer di sekitar seketika berubah. Muota Barat terlihat lebih 'mati' dibanding Muota Timur, rumah Jacob.

Chanhee sedikit melongokkan kepalanya, dapat ia jumpai jalan yang sudah tak layak dilalui. Tanahnya terlihat kering bahkan pecah membuatnya tak rata. Batu-batu kerikil tersebar sembarangan.

Bukan cuma itu, pepohonan di sepanjang jalan nampak sudah enggan untuk hidup. Tak ada daun sehelaipun. Hanya ranting-ranting kayu yang Chanhee yakin dapat patah hanya dengan sentilan.

Jacob memelankan kudanya karena jalan di depan semakin sulit. Dengan ahli ia menarik tali kekang kudanya, mengendalikan arah sang kuda. Chanhee dibuat takjub olehnya.

"Kupikir kau hanya mahir urusan sihir menyihir." Celetuk Chanhee. Jacob tertawa mendengarnya.

"Oh tentu saja tidak, kau pikir selama hidup 500 tahun aku hanya diam saja?" Balas Jacob.

Chanhee mendengus pelan. Satu hal lagi yang dia tidak pahami dengan dunia ini. Bagaimana waktu dan usia dihitung. Dan juga penuaan. Chanhee sangat iri pada penghuni dunia ini karena mereka awet muda.

"New, kita harus turun." Ucap Jacob tiba-tiba. Kuda yang mereka tunggangi pun berhenti. Chanhee bingung kenapa mereka harus turun secara mendadak.

"Kenapa turun?"

"Salam hormat kami untuk Muota Barat." Ujar Jacob.

Spontan Chanhee pun langsung menatap ke depan. Di sana berdiri seorang wanita berpakaian gelap menunggu mereka. Rambut sebahunya tergerai rapi. Ia terlihat sama sepertinya--

Sssssshhh

Oke mungkin tidak. Ada beberapa ekor ular yang melilit tangannya, seakan ular-ular itu menyatu dengan tubuhnya. Dan itu jauh dari kata normal.

"Kehormatan milik Sang Medusa. Selamat datang pimpinan magicia." Balas wanita itu.

"Nona Choa apakah anda di sini atas perintah Sang Medusa?" Tanya Jacob dengan sopan. Wanita bernama Choa itu mengangguk.

"Ya, beliau memintaku untuk membawa kalian langsung ke lokasinya. Beliau menunggu di sana." Terangnya. Wanita itu mengambil alih tali kekang kuda yang dipegang Jacob dan kuda itu langsung menghilang.

Chanhee membulatkan matanya terkejut. Ia pun mendekati Jacob dan berbisik, "Kemana kudanya?"

"Itu bukan kuda asli. Itu hanya sihir ilusi, dan akan hilang saat tali kekangnya dipegang oleh orang lain." Jawab Jacob. Chanhee terperangah mendengar penjelasan Jacob.

"Kenapa kau melakukan itu? Bukankah itu hanya akan menguras tenagamu?" Chanhee sedikit meninggikan suaranya dan itu sukses membuat Jacob terkejut.

"Aku berpikir mungkin berkelana menggunakan cara 'mortal' akan membuatmu merasa nyaman." Balas Jacob pelan. "Dan jangan khawatir, memang sih sihir ilusi lebih banyak menguras tenaga tapi aku tidak apa-apa, sungguh."

Chanhee terdiam sejenak. Hatinya menghangat karena perlakuan manis Jacob. Jacob melakukan ini untuknya, ia berusaha membuat Chanhee nyaman ditengah kegundahan hatinya.

"Terima kasih." Ucap Chanhee disertai senyuman terbaiknya.

"Apa kalian sudah selesai?" Potong Choa sembari berkacak pinggang. Chanhee langsung salah tingkah dan meremat tangan Jacob.

"Sudah, silakan pimpin jalannya." Balas Jacob sambil terkekeh melihat Chanhee.

Dan mereka bertiga pun melanjutkan perjalanannya. Meniti terjalnya jalan tangga batu yang cukup curam.

The Last PandoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang