RAR 14

4 3 0
                                    

Hallo, kembali lagi
Selamat membaca😭🤗🤗🤗

Di jalan Rachel memperhatikan Azkia yang berjalan seperti orang yang ketakutan, kepala selalu menoleh kanan-kiri dan mengarah ke belakang dengan jalan yang terburu-buru. Seperti ada yang aneh dengan tingkah Azkia, sudah dua hari Azkia kaya itu.

Rachel mengikuti Azkia dari belakang  mengawasi takut jika Azkia kenapa-napa, dia sangat khawatir melihat keadaan Azkia sekarang, seperti ada sesuatu yang di sembuyikan oleh Azkia.

Dirinya ingin sekali bertanya keadaan Azkia, tapi, Rachel tidak berani, selama dua hari Azkia tidak bersapa hangat dengan dirinya, menatap saja seperti tidak ingin. Bahkan saat bekerja Azkia banyak melamun dan tidak fokus.

Hampir saja Azkia akan menabrak pohon untung dengan sigap Rachel menarik Azkia, seakan-akan tidak terjadi apa-apa Azkia langsung berjalan tanpa melihat adanya kehadiran Rachel.

Rachel semakin penasaran, ada apa dengan Azkia, dirinya sahabatnya tapi Azkia tidak pernah bercerita kepada dirinya.

Benar, Azkia pintar dalam menyembunyikan masalah tapi tidak dengan raut wajahnya.

"Azkia, lo kenapa?" Tanya Rachel tangannya yang memegang bahu Azkia, di buat kaget ketika Azkia berteriak begitu keras, Azkia langsung berjongkok dengan tangan yang bergetar.

"Hey, hey, lo engga apa-apa?" Tanya Rachel khawatir melihat Azkia yang berkeringat dingin, mata yang berkaca-kaca.

Azkia menghirup udara dalam-dalam, melihat Rachel di hadapannya membuat dirinya lega, Azkia sangat takut dengan orang-orang sekitar, tanpa bicara Azkia menumpahkan air matanya yang sedari tadi ditahan.

Rasa sesak di dada masih terasa. "Loh, kok nangis? Emang ada apa Kia?" Rachel menuntun Azkia berdiri. Azkia masih menangis dengan dada yang sesak.

Langsung saja Rachel menarik Azkia ke dalam dekapannya. "Kia, ada apa?" Rachel yang masih bingung dengan keadaan Azkia saat ini.

Azkia tidak menjawab, dirinya masih terbayang kejadian dua hari yang lalu, yang membuat Azkia takut, dirinya sangat trauma.

Seperti sebuah DVD yang selalu diulang putar dalam kepala Azkia, melupakan kejadian itu Azkia belum bisa. Menyadari Rachel memeluk dirinya, Azkia langsung mendorong dan berlari mejauh membuat Rachel menjadi bingung.

Sesampai rumah Azkia langsung memasuki kamarnya, Deffa yang melihatnya kaget saat Azkia datang dengan wajah, mata yang merah.

"Deff, Azkia kenapa?" Tanya Rachel dengan nafas yang berderu-deru kencang.

"Harusnya, gue yang nanya, Azkia kenapa?"

"Tadi gue cuma nanya, dia kenapa, eh langsung teriak terus nangis deh," tutur Rachel dengan wajah bingungnya.

"Sudah dua hari, bahkan bertemu dengan Paman saja tidak mau," jelas Nana dengan wajah yang khawatir.

"Emang, Azkia kenapa Paman?" Tanya Rachel yang semakin bingung.

Deffa menghirup nafas dalam-dalam, mengumpulkan niat untuk menceritakan kejadian dua hari lalu, dirinya sebenarnya, tidak ingin membicarakan lagi tentang ini, tapi, Rachel sahabat Azkia juga perlu tahu toh?

"Jadi gini..." Deffa menceritakan semua kejadian itu, membuat Rachel mendengarnya kaget dan marah. Terlihat dari mata melebar dan tangan yang di gempalkan.

"Sudah berlalu kok, lagian lelaki itu sudah dilaporkan ke kantor polisi," ucap Deffa.

"Deff, kok baru kasih tahu sih?" Protes Rachel.

"Lagian, ini tuh lebih ke sensitif. Pasti Azkia tidak mudah melupakan dengan cepat, terus, Azkia juga tidak ingin mendengar tentang kejadian itu lagi."

Ratu Anti-romanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang