Mysterious Killer || 04

1.8K 328 33
                                    

Leon berjalan mendekati Ester penuh senyuman. Namun, bukannya merasa senang, hal itu justru membuat Ester ingin kabur dari sana saat itu juga.

Pria tampan itu tiba-tiba mengenggam kedua tangannya dan menatapnya dalam. "Ester, aku sudah mencintaimu sejak memasuki kelas ini. Aku menyukai segala hal tentangmu. Sebelumnya aku menyimpan perasaan ini karena belum yakin akan perasaanku sendiri tapi sekarang aku sudah yakin bahwa aku memang mencintaimu. Jadi, maukah kamu menjadi pacarku?" Ucapnya begitu lancar.

Ester terdiam. Merasa kesusahan untuk bernafas seolah oksigen di sekitarnya di rampas.

"Terima!!"

"Jangan kasih kendor!!"

"Terima, Es!!"

"Kami mendukung kalian!"

Sorak-sorakan dari teman sekelas membuat Ester semakin linglung.

Gadis itu menatap Leon yang masih menatapnya dengan tatapan berharap tapi ntah mengapa feeling Ester mengatakan bahwa Leon adalah pria yang harus dijauhinya. Ia merasa Leon bukan sosok pria yang seharusnya ia dekati.

"Bagaimana, Ester? Apakah kamu mau menjadi pacarku?" Ulang Leon.

Perlahan tapi pasti, Ester melepaskan genggaman Leon dari tangannya. Mengukir senyuman bersalah untuk Leon. "Maaf. Aku tidak ingin berpacaran untuk sekarang. Aku hanya ingin fokus dengan sekolahku." Tubuhnya sedikit gemetar melihat tatapan tajam Leon tapi itu tak membuat niatnya surut. Lebih baik menjauh dari awal daripada harus terjebak selamanya.

"Yah!! Kok Leon gak diterima sih, Es?" Tanya Rara kecewa.

"Kasian Leon gantengku di tolak. Sini sama aku aja, Leon. Aku masih jomblo kok." Kikik Risma.

"Heh! Jangan mengambil kesempitan dalam kesempatan." Tegur Jeje.

"Kesempatan dalam kesempitan, Je!" Koreksi Ellisa gemas.

Akhirnya, teman-teman sekelas Ester menjadi ribut sendiri.

Ester tersenyum tidak enak pada Leon. "Maaf yah, Leon. Aku memang tidak bisa menerimamu sebagai pacar tapi kita masih bisa sebagai teman kok," katanya begitu berhati-hati.

Wajah gelap nan mendung Leon sungguh membuat perasaan Ester menjadi tidak enak. Bahkan, sekarang dia ingin melarikan diri dari hadapan Leon. Namun, dia menahan keinginannya supaya Leon tidak merasa tersinggung atas sikapnya.

"Maaf," ujar Ester sekali lagi.

Leon tersenyum datar. "Tidak apa-apa." Kemudian berlalu begitu saja.

Mulut Leon memang mengatakan tidak apa-apa tapi tangan yang terkepal erat tidak membuktikan ucapannya.

Jantung Ester serasa naik roller coaster. Gadis cantik itu berjanji di dalam hati setelah ini dia akan lebih hati-hati dan tidak berjalan di jalanan sepi seorang diri. Dia takut Leon akan nekat dan menculiknya seperti dalam novel-novel yang sering dibacanya.

Ester memang korban novel tapi setidaknya dia dapat pengajaran dari novel yang dibacanya, yaitu berhati-hati pada seseorang karena bisa saja orang itu punya niat buruk terselubung.

"Es, kenapa Lo gak Nerima Leon? Padahal kan dia ganteng, kaya, pintar, cuek, dingin, dan kalem." Cerocos Ellisa.

"Iya ih, sayang banget tau cowok sempurna kayak Leon dianggurin." Tandas Rara.

Ester menghela nafas pelan. Menatap kedua sahabatnya secara bergantian. "Jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya saja karena bisa saja isinya tak seindah penampilan luar."

Jawabannya mampu membuat Ellisa dan Rara terdiam membisu.

"Kalian pasti paham 'kan maksud gue?"

Mysterious Killer✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang