5. PERSAINGAN LITTA & ES

159 30 1
                                    

5. PERSAINGAN LITTA & ES

Seorang perempuan berjalan melewati koridor kelas 10 SMA Priority. Kedua tangannya memegang sebuah buku tebal—memeluknya. Setelah bermalam-malam begadang akhirnya ia bisa menyelesaikan dokumen yang seharusnya dikerjakan oleh ES.

Dan beruntung nya ia tidak melewati dinginnya malam sendiri, karena cowok di sampingnya itu selalu menemaninya hingga larut malam. Lewat panggilan suara atau panggilan video.

Litta menghentikan langkah. Kepalanya mendongak menatap lelaki jangkung di sampingnya. “Makasih ya. Makasih udah luangin waktu buat aku,”

“Gak perlu makasih,” jawab Alga—mengusap puncak kepala Litta lembut. “Gak banyak yang bisa aku lakuin buat kamu. Jadi kalau aku bisa aku pasti lakuin buat kamu,” Alga tersenyum. Sorot matanya hangat menenangkan Litta.

Senyum Lita mengembang. Meskipun hubungan mereka baru berjalan sekitar tiga bulan. Tetapi baginya, Alga adalah lelaki yang baik untuknya. Yang bisa mengerti kondisi dan keadaannya. Selama tiga bulan, Litta menjalani hubungan tanpa sepengetahuan Mamanya dan Luna. Ia sengaja untuk tidak memberitahunya. Setiap Alga menjemput atau mengantarkan pulang pasti tidak Litta izinkan masuk. Dan yang membuat Litta beruntung memilikinya, Alga adalah sosok yang pengertian.

Kedua manusia itu tersenyum. Merasakan kebahagiaan. Semuanya terlihat dari kedua mata mereka. Berbinar.

“Gak becus banget lo jadi ketua OSIS pagi-pagi udah pacaran!" ketus ES. Sekarang ia berada dekat dengan sepasang kekasih itu.

“Mau apa lo ke sini?” tanya Alga sinis.

Shut!” ES menempelkan jari telunjuknya di bibir. “Gue gak ada urusan sama lo,” ujarnya. Terdengar menyebalkan di telinga Alga.

ES kembali memandang Litta. Lalu tersenyum—mengambil dokumen dalam pelukan Litta. “Thank you ya. Ini semua udah beres kan?”

Litta menahan tangan ES. Mengambil kembali dokumen itu. “Gue yang kerjain, itu artinya ini tugas ini selesai sama gue,” kesal Litta. Emosi sudah membakar tubuhnya namun sebisa mungkin Litta mengendalikannya.

ES berdecak memandang jijik Litta. “Ternyata lo emang bermuka dua, Ta. Lo mau kan semua guru nganggap lo ketua OSIS kebanggaan, siswa teladan hah? Munafik lo!” teriak ES tepat di wajah Litta.

Jantung Litta kembali berdegup hebat. Tangannya dingin—takut.

“Jaga mulut lo anjing!” bogem mentah dari Alga mengenai rahang ES dengan kuat sehingga lelaki itu terhuyung ke belakang. “Maksud lo apa hah?!" murka Alga.

Lelaki itu pasang badan melindungi Litta. Sementara itu perasaan Litta sudah tidak karuan. Jantungnya berdegup kencang. Jujur saja, dalam hati kecilnya ia sangat takut untuk melawan dunia. Ya, yang di katakan ES benar. Litta memang munafik! Berpura-pura sok kuat. Padahal ia begitu rapuh.

ES tersenyum miring. “Cewek kaya gini lo pilih?”

Wajah Alga memerah tidak terima dengan perkataan ES. Lelaki itu sudah melewati batas. Urat menegang di sekitar lehernya. Tangannya mengepal dengan sangat kuat sehingga kuku tangannya memutih.

“Cewek kaya gini yang lo maksud ini pacar gue. Bangsat!” tinjuan mendarat sempurna di wajah ES. Lelaki itu tersungkur jatuh karena tidak bisa mengimbangi pukulan Alga. Litta menutup mulut menggunakan telapak tangan matanya membulat—terkejut.

“Cukup, Ga,” peringatan Litta. Ia tidak mau kalau akhirnya kejadian ini terdengar sampai ke telinga guru dan tangannya sendiri yang harus memberikan surat peringatan pada pacarnya.

“KAK ERLAAAND!!!” jerit Luna—kaget melihat ES. Perempuan itu berlari dari arah parkir. Baru saja sampai di sekolah.

“Kamu nggak apa-apa kan?” tanya Luna begitu lembut. Ia membantu ES berdiri. Kemudian matanya memandang dua orang yang berada di depannya. Luna memutuskan kontak mata saat bertemu Litta. Tapi, saat matanya bertemu dengan Alga kedua mata itu sempat bertemu beberapa saat. Luna ingat kalau lelaki itu pernah ia temui.

SHALITTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang