20. SHALITTA : MENGAKHIRI

92 22 17
                                    

Jangan lupa follow ya<3 Beri apresiasi kalau cerita ini tersampaikan dengan baik ❤ Kalau ada typo mohon maaf yak wk

Jangan lupa follow ya<3 Beri apresiasi kalau cerita ini tersampaikan dengan baik ❤ Kalau ada typo mohon maaf yak wk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20. SHALITTA : MENGAKHIRI

“Eh-eh, itu Litta ya? Kok bisa sama Erland?”

“Mereka datang bareng, ini gak salah? Mereka kan musuh bebuyutan,”

“OMG!!! Ini bikin heboh banget sih!”

“Mereka kan ada olimpiade, pantes aja bareng, maybe,”

Pagi-pagi sekali keadaan sekolah sudah dibuat ribut. Kedatangan Shalitta yang di bonceng oleh Erland, membuat banyak siswa yang melihatnya bertanya-tanya. Keduanya sangat terlihat akrab, seakan tidak pernah ada dinding permusuhan antara keduanya. Satu sekolahan tahu, bagaimana bencinya lelaki bernama Erland itu kepada Shalitta. Lelaki itu selalu menghalalkan segala cara agar Litta berada dalam kesulitan, kesusahan dan sedih. Itu adalah bagian paling menyenangkan dalam hidupnya.

Sementara itu, di sisi lain, Zeline yang baru saja memarkirkan mobilnya di area parkir sekolah langsung ikut bergabung dengan kedua remaja itu. Sekarang mereka bertiga berada tepat di tengah lapang dan menjadi pusat perhatian.

Semua ucapan yang dikatakan Erland seakan terekam jelas oleh kepalanya. Ia hafal dan ingat betul dengan perkataannya. Memang, ini adalah fase sulit untuknya. Tetapi, Litta ingin segera mengakhiri penderitaan ini. Ingin keluar dari zona yang selalu membuatnya tertekan bahkan menderita. Ini adalah pertama kalinya, Litta mendengar lelaki itu berkata panjang. Terdengar begitu hangat dan tulus. Litta menoleh ke arah samping tepat dimana lelaki itu berdiri. Tanpa sepengetahuannya, bibir Litta tersenyum. Senyum yang sudah lama pudar karena banyak di hapus oleh kesedihannya.

“Aku pikir, aku akan lupa cara tersenyum,”

“Aku pikir, permusuhan ini tidak akan pernah ada akhirnya,”

“Erland Mahesta Abrisam. Lelaki yang berdiri di sampingku kali ini. Tidak, tetapi dia lelaki yang selalu berdiri di depanku. Melindungiku. Lelaki yang dulu begitu membenciku, dan selalu ingin membuatku menderita. Tetapi, sekarang kamu, kamu adalah lelaki yang membenciku ketika aku meneteskan air mata. Lelaki yang marah, ketika aku terlihat begitu rapuh dan lemah,”

“Maaf. Maaf, karena begitu lama mempercayaimu. Maaf, karena selalu berpikir buruk tentangmu,”

Suara hati Litta berhenti. Pandangannya fokus kepada lelaki di sampingnya. Litta terkejut disaat Erland menarik tangan dan menggenggamnya.

“Ayo!” kata Erland.

Zeline yang sadar akan hal itu memilih untuk pura-pura tidak tahu. Dan sebisa mungkin menyembunyikan tawanya. “Curiga gue sama lo ES. Pake di depan mata gue lagi,”

“Ka-kalian kok bisa berangkat bareng?”

Salah seorang siswa perempuan menghadang langkah ketiganya. Perempuan yang dikabarkan menyukai Erland dan salah satu anggota inti OSIS.

SHALITTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang