07. Kak Dinda & Mama

776 65 1
                                    

Setelah insiden makan malam tadi, Glacia hanya berdiam diri di kamar. Ia baru saja menemukan sebuah fakta. Bahwasanya, tidak semua orang akan menghukumnya jika gadis itu melakukan kesalahan. Bunda Haekal memang baik, dan Glacia sangat bersyukur dipertemukan dengan beliau.

Tok..tok..

Glacia membuka pintu kamarnya saat mendengar ketukan di sana. Dan ia menemukan seorang gadis cantik yang ia yakin lebih tua darinya.
"Hai! Nama kamu Glacia kan? Salam kenal ya, aku Dinda." Gadis bernama Dinda itu mengulurkan tangan bermaksud mengajak Glacia berkenalan.

"Halo! I-iya, nama aku Glacia. Salam kenal j-juga kak Dinda. Ayo masuk!" Dinda mengangguk, lalu keduanya kini duduk di ranjang kamar Glacia.

Hening, hanya itu yang dapat tergambarkan dalam suasana di kamar berukuran kecil ini. Sampai akhirnya, Dinda membuka suara. "Glacia, kamu anak baru di panti ini ya?"

"Ha? Owh, b-bukan kok. Aku cuma tinggal sementara di sini. Cuma kebetulan aja ketemu sama kak Haekal. Jadi ya bisa dibilang temennya kak Haekal, mungkin."

"Owalah. Aku kira kamu calon anak adopsi juga. Gla, doain aku ya. Semoga dalam minggu ini, aku bisa di adopsi sama orangtua yang baik dan bisa jagain aku. Aku nggak tega ngrepotin bunda terus." Merepotkan ya? Glacia jadi sedikit tidak enak juga.

"Amin. Semoga semua doa baik kak Dinda terkabul ya." Dinda dan Glacia terkekeh.

"Em, kak Dinda udah berapa lama di panti ini?"

"Lumayan lama sih, udah dari 5 tahun yang lalu. Aku bersyukur banget ketemu sama bunda, Gla. Bunda nyelametin aku dari bos preman waktu aku dipukulin karena nggak full uang setoran." Jelas gadis itu.

"Ya ampun, ternyata susah juga ya hidup di Jakarta. Aku awalnya juga mau cari kerja sambil cari papa aku. Eh, malah alhamdulillah ketemu dan di ajak ke sini sama kak Haekal." Baru saja Dinda ingin menanggapi, Haekal menyembulkan kepalanya di pintu kamar Glacia.

"Eh ciwi- ciwi, ke depan yuk! Ada tamu, mungkin bakal ada yang di adopsi. Soalnya yang dateng mak-mak." Jelas cowok itu. Dinda langsung antusias pergi ke depan dan tinggallah Glacia beserta Haekal.

"Kok kamu nggak ikut ke depan?" Ya, setelah mengetahui latar belakang Glacia, Haekal memutuskan mengubah cara bicaranya pada gadis itu.

"Ha? I-iya, ini mau ke sana kok. Tapi kak, kalau aku di adopsi gimana? Aku masih punya papa."

"Nggak bakal. Kamu tenang aja, kalaupun orang itu milih kamu, kakak bakalan bilang kalau kamu itu adik kakak. Dan nggak ada yang boleh bawa kamu pergi dari sini." Balas Haekal mantap.

...

Semua anak panti sudah berkumpul di ruang tamu. Dan perlu di ketahui, Glacia memilih di dapur bersama Haekal.
"Glacia, kok kamu di sini sama Haekal? Yuk ke depan, gabung aja nggak papa sama yang lain." Ajak bunda Haekal. Glacia menatap Haekal, lalu menurut karena cowok itu mengangguk.

Glacia dan Haekal berjalan di belakang bunda Haekal. Namun, saat mendengar suara yang sangat ia kenali, Glacia berhenti lalu bersembunyi di belakang Haekal.
"Cia, kamu kenapa? Hey, apa yang bikin kamu takut?" Haekal menarik gadis itu untuk kembali ke dapur. Setelah memberinya minum, Haekal kembali bertanya.

"Kenapa Cia? Apa yang bikin kamu takut?" Glacia gelisah dan terus meremas jemari Haekal.

"Ma-mama ada di sini. Ya, ada mama di sini. D-dia mau bawa Glacia, mau siksa Glacia lagi kak." Haekal kaget karena selain Glacia menjelaskan, gadis itu juga beringsut mencari tempat persembunyian.















Tbc
copyright©DoyChanny2021

ANAK GANGSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang