12. Psikopet?

669 120 18
                                    

"Kau tau saat apa yang paling indah untuk menikmati senja? adalah saat kita bersama tanpa lagi terluka."

______________________________________

Ditengah panas teriknya matahari, dengan penuh semangat seekor ayam jago berkokok dengan kerasnya didepan halaman seseorang.

"Kukuruyuuuukkkkk"

"Kukuruu-" belum selesai ayam itu untuk berkokok kembali
"bugh" dari arah atas sebuah sandal melayang tepat mengenai ayam itu.
"Kok-kok-kokkk" ayam itu langsung pergi dari halaman rumah.

"HAHAHAHA" diatas sana seorang gadis tertawa dengan puas saat lemparan sandalnya tepat mengenai sasaran.

Siapa lagi kalau bukan Dara pelakunya, padahal itu adalah ayam tetangganya.

"Hooahh" Dara menguap kembali sambil menutup mulutnya, padahal ini jam 11 pagi tapi dia baru bangun. Semalaman Dara tidak tidur karena menangis terus-menerus. Matanya sembab, rambutnya berantakan, khas orang patah hati.

"Ayam sialan ganggu waktu tidur gue aja" Dara mengumpat dengan muka kesal lalu berjalan kembali ke kasurnya.

"Dek woyyy bangun Lo"
baru saja Dara akan kembali tidur sebelum suara itu datang. Dibawah sana seseorang meneriakinya dengan keras. Pagi yang sial.

"Itu titisan kadal ngapain sih disini arghh" dengan frustasi Dara keluar dari kamar, turun untuk menghampiri orang yang barusan membuat paginya buruk.

"Buset anak gadis baru bangun" sindir seseorang yang tengah duduk di ruang tamu.

Dara yang mendengar itu hanya menahan diri untuk tidak mengumpat.

"Ngapain Lo pagi-pagi kerumah orang ?" Tanya Dara tanpa basa-basi

Orang itu langsung menatap Dara dengan tatapan aneh

"Apa?pagi?ini jam 11 lebih bego" lagi-lagi orang itu mencibir Dara

Dia adalah Abang Dara. Tepat,Dia adalah Tama

Dara duduk disebelah Tama sambil matanya terpejam, dia masih sangat ngantuk. Lagipula hatinya sakit, semalaman dia menangis hanya karena laki-laki sialan.

"Gue ngantuk bang, mending kalo Lo kaga ada yang penting jangan ganggu gue ya, gue capek" pinta dara dengan mata tetap terpejam

Tama sedikit heran tumben Dara tidak ngegas atau berteriak. Biasanya setiap kali berbicara Dara selalu ngegas padanya. Tama menatap Dara yang berada disebelahnya.

"Dar?"

"Hm?" Hanya itu respon Dara

"Idih jangan bilang semalem Lo kaga tidur?" Tanya Tama dengan curiga

Dara hanya mengangguk menanggapi, tepat sebelum Tama akan memberi ceramah kepada Dara seseorang datang.

"Dara kamu udah bangun?"

Dara yang mendengar itu langsung membuka matanya, mengubah posisi duduknya dan melihat kearah pintu. Itu suara bundanya yang baru saja masuk kedalam rumah, tangannya membawa beberapa kantong belanjaan.

"Loh mamih belanja lagi?kenapa ngga bangunin Dara aja?" Dara merasa bersalah karena tidak membantu.

"Engga belanja Dara, ini tuh oleh-oleh dikasih sama Tante Eva"

"Wihh apaan tuh Bun?" Tama yang daritadi diam langsung berminat setelah mendengar oleh-oleh .

"Eh itu tuh buat gue bukan buat Lo" Dengan cepat tangan Dara menepis tangan Tama yang akan menyentuh oleh-oleh itu.

"Pelit amat Lo ntar kalo pelit idungnya kembang kempis"

"Lah kalo kaga kembang kempis ya mati lah kampret"

Gita (ibunya Dara) hanya tersenyum sabar melihat mereka berdua bertengkar "udah jangan berantem terus dong sekali-kali akur sehari gitu" setelah itu Gita pergi berjalan ke dapur dan membawa sebagian kantong yang berisi oleh-oleh.

"Capek gue debat sama Lo, mendingan gue ngomong sama baskom" dara berjalan keluar untuk mencari udara segar

"Mau kemana Lo?" Tanya Tama yang melihat Dara keluar tapi diabaikan oleh Dara.

"Yeuw dasar lampir" dan akhirnya Tama menyusul Gita ke dapur karena dara sudah pergi keluar.

"Wah gila ini kembang cantik banget"
Dara mencabut bunga yang barusan dipuji cantik olehnya, entah sejak kapan seseorang berdiri dibalik pagar rumahnya. Menatap dara dengan senyuman. Dia bergumam "dasar aneh"  lalu masuk kedalam halaman rumah Dara dan berdiri mengamati Dara dari belakang.

"Kalau cantik kenapa dicabut?" Tanya seseorang .

Dara sedikit terkejut tapi dia tau itu suara siapa "karena gue harus miliki bunga ini sebelum diambil orang..." Dara membalikkan badannya menatap lurus orang itu "sekarang bunga ini milik gue" Dara tersenyum puas

"Bukannya kalau Lo cabut bunga itu bakalan rusak?" Tanya seseorang itu lagi sambil ikut mengambil bunga yang lain

"Lebih baik bunga ini Riska ditangan gue daripada harus mekar tapi jadi incaran banyak orang" Dara melanjutkan perkataannya "sama halnya kayak orang yang Lo cintai, kalo Lo cuma liatin tanpa miliki dia, dia bakalan diambil orang. Milik gue ya cuma buat gue "

Lalu Dara meremas bunga mawar yang tadi dia ambil. "Dan dia bakal gue hancurin kalau masih ada yang pengen ambil sesuatu yang udah jadi milik gue"

"Hahaha gue berasa ngomong sama psikopat" orang itu tertawa sambil berjalan duduk di teras rumah Dara.

Dara ikut duduk disebelah orang itu " Lo kapan pulang Ja?"

Laki-laki disebelahnya tersenyum "kemaren sih cuma gue tidur kayak mati suri nih baru melek"

Dara tertawa mendengar ucapan orang itu. Namanya adalah Reza teman Dara saat kecil, dia baru pulang dari Canada karena Reza memang sekolah disana, ikut dengan neneknya. Reza pindah ke Canada saat lulus SMP. Dara selalu memanggil dia Jaja bukan Reza karena saat kecil dara susah mengucapkan huruf 'R' dan sampai sekarang dia tetap memanggilnya Jaja. Rumah Reza tepat disebelahnya.

"Harusnya sih Lo kesini bawa oleh-oleh, mana Lo pulang kaga bilang ke gue parah Lo" sindir dara

"Dih Lo juga ada tamu kaga disuruh masuk" Reza balas menyindir Dara, lalu mereka berdua tertawa. Aneh.

"Emang Lo libur ja? Kok pulang?"

"Kaga sih gue cuma bosen aja disana"

Mendengar itu Dara pun heran "lah bisa gitu?"

"Gue mau pindah aja kesini" dengan serius Reza menatap ke arah Dara "biar bisa liat Lo terus"

Entah kenapa ucapan Reza sedikit ambigu bagi Dara. "Ngapain pindah di Canada kan banyak cewek cantik mana bodinya mantep beuh"

" Buset otak Lo Dar hahaha "Reza berdiri "eh gue pulang dulu dah mau mandi ntar gue kesini lagi, siapin makanan yang enak ya buat gue" ucap Reza dengan tampang sedikit songong.

"Si kampret minta di elus pake golok Lo ya"

Reza tertawa puas mendengar Dara mengomel, sebelum benar-benar pulang Reza menatap Dara lagi
"Jangan terlalu dipaksa buat milikin seseorang, lepasin yang bikin Lo sakit"

Dara yang mendengar itu hanya diam karena tidak tau harus mengatakan apa lagi. Dia menggenggam bunga yang tadi sudah rusak di tangannya dengan kuat, akibatnya tangganya terluka.

"Semakin gue genggam dengan kuat ternyata itu cuma nyakitin gue sendiri"

"Andai mencintaimu mudah, mungkin seorang Dara tidak akan selalu patah hati" -Andara

______________________________________

Buah pepaya buah nangka
Buah jeruk buah pisang
Itulah nama-nama buah pren👍

Yang pencet bintangnya nanti dapet kiss gratis dari author kece 🍑🍑










lebih dari virtualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang