22

1.6K 197 4
                                    

Sudah setengah perlombaan berjalan. Tetapi Luffy masih tidak menemukan keberadaan Law di mana pun. Kelihatan jelas jika raut ekspresi kecewa tercetak di wajahnya yang sudah kusut.

Luffy cemberut. Ini kedua kalinya pria itu tidak menepati janjinya setelah takoyaki. Tangannya menopang kepalanya dengan bete. Padahal festival olahraga ini adalah kegiatan terakhirnya di sekolah.

"Di sini kau rupanya." Zoro menepuk bahu Luffy setelah lama mecari Luffy ke penjuru sekolah, dan sempat nyasar ke beberapa tempat.

"Kau ini sebenarnya mencari siapa, sih?"

Luffy menggeleng. "Tidak ada." Ia membuang sisa napasnya. "Aku hanya kesal, itu saja."

"Hei, jangan seperti itu. Pertandingan selanjutnya final lomba makan, lho!" Zoro mengingatkan. "Kita berharap kalau kau yang menang."

Luffy tertegun, mulutnya terbuka. "Tentu saja aku akan menang! Kau pikir siapa aku?" Ia memprotes. "Akan kubuktikan kalau aku lah pemenangnya!" Api semangat membara di seluruh tubuhnya.

"Ayo, Zoro. Kita buktikan siapa pemenangnya!" Luffy sudah berjalan sombong menuju panggung perlombaan.

Sebenarnya lomba makan hanya bertujuan menghibur. Kalau menang bisa menambah point untuk kelasnya. Jadi Luffy mengikutinya dengan harapan menang dan menambah point untuk kelasnya.

Zoro meraba kantung celananya, mengeluarkan sebuah ponsel dan menyerahkannya ke Luffy. "Tadi ada orang yang menelponmu."

Luffy berbalik dan menerima ponsel itu. "Siapa?"

"Ayahmu," Zoro berkata datar.

"Ayahku? Kenapa ayahku menelponku?" Zoro mengangkat bahunya.

Mereka berjalan beriringan. Zoro menguap lebar, sepertinya dia masih mengantuk karena semua perlombaan melelahkan sebelumnya.

Zoro melirik Luffy dan berkata. "Sejak kapan kamu memanggil ayahmu dengan sebutan "Daddy"? Aku baru tahu."

Luffy menoleh ke Zoro secepat kilat. "Apa maksudmu?" Sepertinya Luffy masih belum nyambung.

"Tadi yang nelpon namanya "Daddy", kupikir itu ayahmu." Jawab Zoro.

Luffy terkejut. "Apa kau mengangkatnya?" Buru-buru ia memeriksa ponselnya.

"Tidak. Kubiarkan saja sampai mati."

Mata Luffy membulat sempurna. Bodohnya dia tidak membawa ponselnya dan meninggalkannya di kelas begitu saja. Dua kali Missed call dari Law dan satu pesan suara masuk. Luffy tersenyum.

"Aku mau ke toilet dulu, ya. Kau pergi duluan saja, Zoro. Bye bye." Luffy melambai kepada Zoro dan hanya di balas dengan anggukan kecil tanpa minat.

Luffy pergi ke tempat sepi. Dia membuka pesan suara dari Law. Jantungnya berdebar saat akan menekan tombol mulai.

Luffy-ya, maaf aku tidak bisa datang tepat waktu. Aku mendapat telpon darurat. Aku akan berusaha mungkin datang. Jadi, tetap bersemangat dan lakukan yang terbaik!

Ada raut kecewa, tetapi teralihkan dengan senyum di wajahnya. Luffy tahu jika pria itu sangat sibuk. Pernah suatu hari, di tengah malam saat terlelap di dunia mimpi, ponsel Law berdering. Law mengangkatnya dan mendapat panggilan darurat, mau tidak mau Law beranjak dan pergi ke rumah sakit dengan niat setengah.

Pernah juga saat mereka sedang di tengah-tengah ciuman panas, tiba-tiba ponselnya berdering dan ternyata itu panggilan darurat. Law pernah hampir membanting ponselnya, tetapi tidak jadi. Law memang dokter bedah yang jenius, bahkan dokter bedah seniornya masih harus belajar banyak hal darinya. Luffy memakluminya.

PUSPAS || LAWLU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang