Pulang sekolah hari ini, Diva mengajak ketiga temannya untuk pulang bersama, keempat gadis SMA ini berencana untuk hangout karena kebetulan ini adalah hari Sabtu a.k.a weekend.
“Eh itu mobil siapa sih,kek ngikutin mulu ga sih daritadi.” Seru Diva memotong pembicaraan sahabatnya.
Benar saja, tak jauh dari mobil Diva ada mobil merah di belakang mereka. Dugaan Diva, mobil itu telah mengikuti mereka semenjak keluar dari gerbang sekolah.
“Emang searah kali, suudzon mulu dah.” Ujar Kala acuh.Sepertinya ucapan Kala ada benarnya juga, mungkin memang mobil Diva dan mobil di belakang mereka searah.
Diva mencoba memberi jalan untuk mobil di depannya, namun ternyata mobil itu mengikuti kemana arah kemudi mobil Diva. Merasa ada yang tak beres, Della mewanti-wanti Diva agar tetap berhati-hati.
Brakkk…
Diva langsung mengerem mobilnya secara mendadak membuat ketiga temannya berdecak kesal. Mobil Diva menabrak mobil merah yang tiba-tiba saja menyalip saat Diva membelokan mobilnya ke arah kiri. Bumper depan mobil Diva sepertinya menyerempet bagian belakang sebelah kiri mobil merah itu. Pengemudi mobil merah itu pun keluar dari mobilnya dengan wajah kagetnya. Begitupun dengan Diva.
“Shit, mobil gua lecet.” Gumam Diva.
“Eh mobil gua juga lecet ya gara-gara lu.” Bentak seorang gadis yang tadi mengemudi mobil merah itu. Gadis itu memakai baju seragam SMA yang sama dengan Diva itu.
Diva menyipitkan matanya agar memperjelas pandangannya pada gadis yang berdiri tak jauh darinya itu.
“Lah elu?!” Kaget Diva.
“Ck, adek kelas ga ada akhlak.” Ucap gadis itu dengan wajah seperti meremehkan Diva.
“Dih ngaca!”
“Makin ga sopan ya lu, gua liat-liat.”
“Clara Anjir.” Seru Zaya dari dalam mobil saat tahu siapa yang sedang berdebat dengan Diluar sana.
Gadis itu adalah Clara, senior paling di segani oleh murid-murid di SMA Pelita Harapan. Gadis sombong yang merasa mempunyai kekuasaan di SMA Pelita Harapan karena ayahnya adalah salah satu donatur terbesar di sekolah ini. Clara juga tergabung dalam salah satu geng anak populer di sekolah itu dan menjadi pemimpin. Geng yang berisi empat gadis-gadis dengan penampilan berlebihan untuk seukuran anak SMA, dan pastinya tajir-tajir di lihat dari tas, sepatu, maupun aksesoris lainnya yang mereka gunakan.
“Wah berantem nih.” Ujar Kala yang kemudian menyusul Diva turun dari mobil.
Zaya yang baru saja ingin turun menyusul Diva dan Kala, di tahan oleh Della.
“Ga usah ikut-ikutan, ntar gede masalahnya.” Ucap Della menyuruh agar Zaya tetap memantau dari dalam mobil bersamanya.
Saat Kala menghampiri Diva, ketiga teman Clara yang lainnya keluar dari mobil secara bersamaan dan melemparkan tatapan tak suka pada keduanya.
“Eh Del, itu bukannya cewek yang deket ama Dani ya?” Tanya Zaya. Mereka masih di dalam mobil.
Della mengalihkan pandangannya ke arah orang yang di maksud Zaya. Benar kata Zaya, itu cewek yang lagi atau mungkin dekat dengan Dani akhir-akhir ini.
“Biasa aja dong kak matanya.” Ucap Kala santai. Tak berniat menantang ataupun merendahkan.
Jessi, gadis yang di maksud Kala itu tak terima. Ia berjalan menghampiri Kala dan berdiri tepat di depan wajah Kala.
“Weitss, jangan deket-deket dong. Kalem aja kalem.”Ujar Kala masih dengan wajah santainya.
Sementara itu Diva dan Clara masih terus berdebat mengenai mobil mereka yang sama-sama lecet. Clara meminta ganti rugi untuk memperbaiki bagian mobilnya yang lecet namun Diva merasa tidak menabrak mobil Clara, justru Clara yang sengaja memepetkan mobilnya ke arah mobil Diva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love (In Silence)
Teen FictionDani Prasetya, aku jatuh cinta padanya sejak hari pertama sekolah. Aku selalu memperhatikannya. Aku tahu hal apa saja yang dia sukai. Seperti, nasi goreng buatan bundanya, hewan kecil berbulu banyak yups kucing, dan juga bersepeda. Laki-laki tampan...