Chapter 18

11K 2.1K 429
                                    

Happy reading everyone ❤❤❤


*

Sudewi tengah duduk menikmati malam penuh hiruk pikuk. Bulan terlihat begitu damai saat genderang pesta bertabuh di sepenjuru istana. Wulan maupun Saka telah pergi untuk pekerjaan mereka masing-masing. Apalah dirinya, hanya seorang putri bangsawan yang tidak menyukai keramaian. Bahkan saat di aula istana ayahnya tengah menyantap hidangan istana yang sangat lezat sekalipun tak ada yang membuatnya tertarik untuk bergabung.

Jantungnya berdegup sangat kencang saat ayah dan ibunya mengatakan bahwa ia akan menjadi permaisuri kerajaan terbesar di nusantara. Tapi bukan itu yang membuat pipinya merona melainkan sebuah imajinasi tentang dirinya yang akan bersanding dengan seorang pria yang diam-diam telah mencuri hatinya tanpa pria itu sadari.

Meskipun ia masih terbilang sangat muda tapi ia tidak naif akan urusan hati. Senyum lebarnya luruh membentuk garis tipis saat ayahnya bilang bahwa hati Sang Maharaja telah bertambat untuk seorang putri nan ayu rupawan dari kerajaan barat.

Bahkan seorang Mahapatih tertinggi pun mengabulkan permintaan Maharaja untuk menyisakan kerajaan tersebut untuk tidak ditaklukkan. Sudewi mendengar dalam khidmat bagaimana Rajadewi, sang ibu, tidak menyukai ide bahwa Maharaja sama sekali tidak melihat ke arah Sudewi dan memilih seorang putri yang bukan dari keturunan Kertanegara untuk dijadikan permaisuri. Kekhawatiran kedua orang tuanya mengenai tragedi Jayanegara dulu akan terulang lagi membuat Sudewi bungkam. Sebagai seorang bangsawan ia telah belajar banyak hal. Salah satunya obsesi keluarganya untuk memurnikan tahta kerajaan.

Sudewi mendesah lelah, ia sempat berpikir, apa terlahir dari kasta lebih rendah lebih menyenangkan? Tata krama mengikat kakinya membuatnya tak leluasa menyampaikan isi hatinya seperti Wulan ataupun Saka. Atau paling tidak, ia ingin berlarian di atas padang rumput sambil menarik tali tipis yang terpasang pada kerangka bambu dan dihiasi kain berwarna-warni. Sudewi sedikit lupa namanya, apa mungkin layang-layang? Rasa iri itu kerap menimpanya saat melihat anak pedesaan berlarian kian kemari menikmati hari tanpa perlu ada seseorang yang menunggu dengan rotan di balik punggung ketika mereka bertingkah di luar tata krama.

Bahkan ikan-ikan berwarna jingga di depannya bisa hidup lebih leluasa ketimbang dirinya. Sekali lagi Sudewi mendesah dan tanpa sepengetahuannya seorang wanita datang mendekat.

"Hai!" sapa wanita itu membuat Sudewi mendongak.

Ia kenal perempuan itu. Wanita yang berhasil mendapatkan hati seorang Mahapatih tertinggi. Keduanya belum pernah bertukar sapa meskipun berkali-kali kerap berpapasan karena wanita itu juga salah satu orang terdekat dari Maharaja.

Perawakan cantik perempuan itu terasa tidak nyata bagi Sudewi. Karisma yang dibawakannya seperti bukan hasil didikan bangsawan. Wanita itu indah dengan caranya sendiri. Sebuah perasaan berkecamuk di hatinya. Sudewi tidak tahu harus merasa kagum ataukah iri saat melihat istri dari Mahapatih itu. Ia sangat kagum akan keberanian dan kecerdasan yang wanita itu miliki. Entah dia sendiri tidak tahu bagaimana dua insan itu saling bertemu tapi mengingat seorang Mahapatih yang selalu menjadi mimpi buruknya di masa kecil sampai luluh kepada seorang wanita. Selain itu ia juga cemburu karena wanita itu seperti memiliki ikatan batin yang tidak bisa ia gapai dengan Maharaja.

Seperti yang dikata ibunya, wanita itu juga yang membuat perjanjian dengan Mahapatih dan meyakinkan Mahapatih untuk tidak menyerang Kerajaan Sunda. Bukannya bersikap tidak sopan, tapi melihat apa yang berhasil wanita itu lakukan membuat Sudewi sedikit curiga. Seorang wanita yang bukan dari keluarga istana tapi mampu melakukan segala sesuatu, apa mungkin wanita itu tengah memanfaatkan Maharaja?

MAHAJANA (Spin Off MADA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang