Dunia Isla dengan segala isinya berjalan seperti semula. Ia kembali menapakkan kaki di Red Dragon meskipun Yuqi melarang keras dirinya untuk bekerja. Terlihat jelas dari sorot mata Isla yang redup dan senyum dipaksakan, tetapi gadis itu menolak mentah-mentah. Suasana hati yang buruk tidak menjadi penghalang untuk mencari uang, begitu katanya.
Isla kembali bekerja di dapur, ia bertemu Yeosang yang memohon maaf dua belas kali padanya hari ini. Pria itu bahkan berjanji untuk mengerjakan cucian piring yang menumpuk. Tetapi Isla menolak dan memaafkannya. Sekesal apapun dirinya dengan Yeosang, tak bisa dipungkiri bahwa pria itulah yang membuka jalan bagi Isla untuk bertemu dengan Mingi.
Ah, Mingi ya. Sudah seminggu berjalan dan Isla tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Sesekali Isla berharap bahwa pria itu akan datang dan mengunjungi Red Dragon, sekedar untuk minum dan mungkin berbincang dengan Yukhei. Isla tidak akan menampakkan diri, ia hanya akan mengintip. Tapi permohonannya berakhir menjadi harapan yang pupus. Mingi tak pernah datang dan tidak seorangpun pernah membahas tentang dirinya.
"Isla, kau dengar aku?" Yukhei menjetikkan jari dan barulah Isla tersadar dari lamunannya.
"Ya?"
"Kau melamun."
Gadis itu menunduk, "Maaf."
Yukhei menghela napas panjang, "Ada masalah?"
Isla menggeleng, "Tidak."
"Kau ingin pulang?"
"Aku baik-baik saja." Isla memaksakan senyumnya, "Maaf jika akhir-akhir ini aku cukup merepotkan."
Bahkan di tengah keresahan dirinya, Isla masih meminta maaf. Yukhei menyukai attitudenya yang baik. "Tidak apa-apa. Isla, aku memang bosmu. Tapi aku selalu terbuka jika kau ingin cerita atau mungkin berkeluh kesah. Aku melakukan ini bukan karena kau teman Yuqi, bukan juga karena kau habis diculik, tapi karena aku tidak ingin melihatmu terbebani."
Bibir Isla bergetar, ia sudah berkali-kali menahan diri untuk tidak menangis. Namun tampaknya hal tersebut sia-sia. Isla benar-benar butuh menangis sekarang. "Terima kasih." Hanya itu yang mampu ia ucapkan, dan Isla melihat Yukhei tersenyum padanya.
"Tolong jangan dipendam sendirian. Aku dan Yuqi ada di sini kapanpun kau butuh." Yukhei menjulurkan selembar tisu yang langsung diterima oleh Isla, "Aku ingin kau bekerja di Red Dragon untuk waktu yang lama. Jadi, tetap bertahan, ya?"
*****
"Bagaimana kabarnya hari ini?"
"Murung, seperti biasa." Jawab Yukhei sambil menyeruput segelas Bourbon yang disuguhkan oleh temannya.
"Ia tidak mengatakan apapun?"
Yukhei menggeleng, "Aku tidak ingin memata-matainya lagi. Aku muak menjadi kaki tangan atas perbuatanmu yang tidak bertanggung jawab."
Mingi berdecak kesal, ia memang menyuruh Yukhei untuk mengawasi Isla selama ia bekerja di Red Dragon. Jadi, jika Isla mengatakan Mingi tak pernah kelihatan lagi, bukan berarti ia lepas tangan terhadap Isla. Mingi punya Yukhei untuk diandalkan.
"Aku hanya bisa mempercayaimu, Yukhei."
"Untuk apa? Memastikan bahwa Isla tidak berpaling darimu? Ia kembali bekerja di Red Dragon saja aku sudah bersyukur setengah mati! Kau tahu tidak kalau tempat itu adalah neraka baginya?" Emosi Yukhei sudah mencapai puncak ubun-ubun. "Kau berengsek jika mengabaikannya seperti itu."
"Isla yang memilih untuk pergi!"
"Dan kau tidak berusaha untuk mengejarnya kembali!" Suara Yukhei menggema di dapur rumah Mingi yang besar, pasti Wooyoung dapat mendengar teriakan mereka dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE VICIOUS ONE // Song Mingi ✔
FanfictionYoon Isla hanyalah seorang mahasiswa biasa yang bekerja paruh waktu untuk mendapatkan tambahan uang. Tetapi hidupnya seketika berubah ketika menyaksikan suatu peristiwa yang seharusnya tidak ia lihat. Detik itu juga, Isla terseret ke dalam permainan...